Mohon tunggu...
Nadia Aisyah Rahmah
Nadia Aisyah Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Keperawatan Universitas Airlangga

Penggemar Harry Potter. Menyukai pembahasan mengenai isu-isu kesehatan, lingkungan, dan pemberdayaan wanita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengintip Wujud Perempuan Berdaya Melalui Sosok Anne

8 Juni 2023   23:25 Diperbarui: 8 Juni 2023   23:38 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hikmah-hikmah kehidupan tidak selalu didapatkan dari pengalaman secara langsung. Ia bisa diperoleh dari mana saja. Salah satunya melalui media hiburan berupa film atau series. Tayangan tersebut tidak hanya sekadar menyajikan sesuatu yang menghibur. Banyak pesan-pesan tersurat maupun tersirat yang berusaha disampaikan pada penonton melalui film. Masyarakat juga lebih mudah menerima informasi yang disampaikan melalui tontonan karena terkesan menarik dan tidak monoton. Oleh karena itu, film seringkali digunakan sebagai salah satu media propaganda. 

Satu tahun yang lalu, saat saya sedang berselancar di YouTube, saya menemukan sebuah hidden gem. Kebetulan, waktu itu saya sedang mencari mengenai film dengan tokoh utama berkarakter kritis dan kuat. Entah kenapa, saat itu saya sedang sangat passionate menggali lebih dalam mengenai topik-topik sosial. Lalu, saya menemukan sebuah series berjudul "Anne With An E." Saya otomatis langsung tertarik karena terdapat monolog dalam cuplikan series yang menunjukkan kepeduliaan serta pola pikir tokoh utama yang cukup menarik. Akhirnya, saya memutuskan untuk menontonnya.

Anne With An E merupakan series original Netflix yang berasal dari Amerika. Terdiri dari tiga musim dengan total 27 episode. Series ini adalah adaptasi dari novel karya Lucy Maud Montgomery yang berjudul "Anne of Green Gables." Cerita berlatar di Amerika tahun 1800-an. Tokoh utama, Anne Shirley ialah seorang anak yatim piatu yang menghabiskan kesehariannya di panti asuhan sejak bayi. Ia merupakan gadis dengan perawakan kurus, berambut semerah jahe, dan berkulit pucat dengan banyak freckles di wajahnya. 

Anne juga memiliki kepribadian unik yang membuatnya terlihat berbeda dari orang kebanyakan. Ia sangat menyukai membaca buku. Oleh karenanya, imajinasinya sangat tinggi. Keunikan pada diri Anne membuatnya dijauhi dan dirundung oleh teman-temannya di panti. Ia menerima penyiksaan secara verbal dan fisik. Setelah bertahun-tahun hidup menderita di panti, saat berumur 12 tahun ia diadopsi oleh kakak beradik Cuthbert yang tinggak di Green Gables.

Sebenarnya, kakak beradik Cuthbert menginginkan seorang anak laki-laki supaya bisa membantu mereka mengerjakan pekerjaan di peternakan dan ladang. Namun, terjadi miskomunikasi antara tuan Cuthbert dan pihak panti sehingga Anne lah yang diserahkan untuk diadopsi. Tuan Cuthbert tentu saja terkejut ketika menemui bahwa anak yang diadopsinya merupakan seorang gadis. Namun, karena ia sudah menempuh perjalanan cukup jauh menuju panti terpaksa tetap membawa Anne pulang ke kediamannya.

Pada awalnya,  keluarga Cuthbert masih belum bisa menerima kehadiran Anne karena mereka terganggu dengan sikap Anne yang cerewet dan tidak bisa diam. Namun seiring berjalannya waktu, Anne mulai diterima. Kehidupan Anne pun menjadi lebih baik dibandingkan saat masih di panti. Ia menemukan sahabat sejati yang bernama Diana.

Hal yang saya sukai dari sosok Anne ialah karakternya yang sangat kuat. Dia merupakan orang yang pemberani. Meskipun sudah mengalami banyak kejadian tidak mengenakkan dalam hidupnya, Anne masih memiliki semangat yang tinggi untuk bertahan. Dia juga mengetahui apa yang diinginkan dan vokal mengenai pendapatnya terhadap suatu permasalahan. Apabila ada hal yang menurutnya kurang benar, Anne tidak segan untuk mengutarakan pendapat bahkan kepada orang yang lebih tua yang mana pada masa itu, 'melawan' orang yang lebih tua masih dianggap tabu. 

Selain kepribadian Anne, yang menarik untuk diikuti dari series ini adalah kisah keseharian Anne. Pertemanannya dengan Diana dan teman-teman sekolah sangatlah menginspirasi. Pertemanan mereka bisa dikatakan sebagai friendship goals. Mereka bukan hanya sekadar teman seru-seruan, lebih dari itu mereka saling mendukung satu sama lain dan berkolaborasi bersama untuk menciptakan perubahan bagi lingkungan sekitar. 

Series ini tidak hanya menyuguhkan slice of life, tetapi juga menyinggung isu-isu sosial yang relevan di masa sekarang, seperti rasisme kepada orang berkulit hitam, problematika kaum marjinal, pemerintah yang antikritik, dan patriarki. Di sini, Anne juga digambarkan sebagai seorang feminis karena sepanjang cerita, penonton akan disuguhkan bagaimana kegigihan Anne memperjuangkan hak-hak perempuan juga kekuatan Anne dalam menghadapi masalah yang sangat menginterpretasikan emansipasi wanita. 

Hal yang sangat menarik lainnya adalah love story antara Anne dan Gilbert. Kisah mereka tidak memiliki screen time yang terlalu banyak, namun cukup membuat penonton merasa gemas dengan interaksi yang terjalin di antara keduanya. Gilbert merupakan sosok laki-laki green flag. Ia merupakan murid yang sangat pintar dan memiliki manner baik. Bisa dikatakan, Anne dan Gilbert merupakan sosok partner ideal bagi satu sama lain. Dia tidak memandang rendah Anne sebagai seorang wanita. Gilbert selalu mendukung, menghargai, dan membantu apa pun yang dilakukan Anne. 

Series ini adalah tontonan favorit saya sejauh ini. Sosok Anne  benar-benar menginspirasi saya sebagai seorang wanita agar menjadi kuat dan berdikari terhadap kehidupan saya. Sangat worth to watch!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun