Mohon tunggu...
Nadia Silfana
Nadia Silfana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nadia's zone

Ikhtiar, hadapi, syukuri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingnya Implementasi Nilai Pancasila Menghadapi Faham dan Gerakan Radikalisme serta Intoleransi

15 Januari 2022   13:20 Diperbarui: 18 Januari 2022   14:53 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bangsa Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk yang sangat beragam dan disatukan oleh Bhineka Tunggal Ika, yaitu dengan masyarakat yang berbeda-beda, baik suku, agama, ras, dan budaya antar golongan yang kemudian bersatu dalam satu kesatuan Negara Pancasila. 

Sebelum Indonesia merdeka, berbagai masyarakat itu telah berdiam di berbagai kepulauan yang hidup menurut hukum dan peraturan adatnya masing-masing tanpa membeda-bedakan budaya suku lain karena itulah ciri khas dari dirinya. 

Keberagaman penduduk pada bangsa Indonesia merupakan suatu keuntungan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia dibandingkan dengan negara lain karena belum tentu negara lain mempunyai keberagaman yang melimpah seperti dalam bangsa Indonesia. 

Akan tetapi, hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan munculnya konflik-konflik atau permasalahan yang ada antar individu maupun golongan di bangsa Indonesia. 

Dewasa ini kian marak tersebarnya faham atau gerakan radikalisme dan intoleransi pada masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang mulai terpengaruh akan gerakan dan faham radikalisme serta intoleransi. 

Bahkan masyarakat Indonesia sudah lupa akan keberadaan serta eksistensi adanya pancasila yang begitu kuat mengakar pada bangsa Indonesia. 

Sebelum kita bahas lebih lanjut, seharusnya kita harus mengerti apa yang dimaksud oleh gerakan atau paham radikalisme.

Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan suatu perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan menggunakan kekerasan. Paham ini juga mengacu pada sikap ekstrem pada aliran politik yang tentunya tidak sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia. 

Istilah radikalisme yang digunakan untuk menyebut kelompok garis keras, dianggap lebih tepat dibandingkan penggunaan istilah fundamentalisme. Fundamentalisme memiliki makna yang bersifat interpretable. 

Pandangan Barat mengartikan fundamentalisme sebagai paham orang-orang yang kaku dan ekstrim, serta tidak segan-segan berperilaku dengan menggunakan kekerasan dalam rangka mempertahankan ideologinya itu. 

Radikalisme merupakan bentuk paham atau ideologi yang sangat bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Salah satu ciri utama dari paham ini ialah sering menggunakan kekerasan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan atau yang menjadi keinginan kelompoknya. 

Radikalisme menjajah warga Indonesia dalam berbagai bidang seperti dalam bidang pendidikan, keamanan, sosial, maupun dalam budaya bangsa Indonesia. 

Radikalisme sangat membahayakan keutuhan bangsa Indonesia. Bahaya radikalisme membuat stabilitas dan kedamaian pada suatu negara dapat terancam. 

Ajun Komisaris Besar Polisi juga menjelaskan terkait beberapa faktor yang dapat memicu kekhawatiran akan terjadinya radikalisme, seperti fanatisme yang berlebihan, Ideologi, ekonomi, politik, budaya dan juga kesenjangan sosial pada bangsa Indonesia. 

Dampak terjadinya radikalisme sudah tentunya sangat dikhawatirkan demi keutuhan bangsa Indonesia. Demi keutuhan Bhineka Tunggal Ika serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Radikalisme dapat disebarkan baik secara internal maupun eksternal. 

Lebih parah nya lagi dalam penyebaran paham radikal secara internal masyarakat harus lebih berhati-hati dengan semua orang, bisa jadi orang tersebut bisa menghasut kita dengan memberikan imbalan atau bayaran yang setimpal jika kita mau mengikuti apa permintaannya. Dan dilingkup eksternal, 

Tujuan radikalisme tersebut adalah untuk mengadakan perubahan sampai pada akarnya dan demi merealisasikan usaha mereka agar selalu menggunakan metode kekerasan serta menentang struktur dan adat istiadat masyarakat yang ada. 

Persoalan radikalisme tersebut adalah persoalan yang masuk pada kesenjangan-kesenjangan yang masuk pada ranah sosial, ekonomi,bahkan hukum serta politik yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk menangkal adanya paham radikalisme pada bangsa Indonesia. 

Upaya menangkal gerakan radikal dapat dilakukan dengan cara yang komprehensif dengan melibatkan semua bangsa Indonesia dari berbagai elemen, baik dari pemerintah, masyarakat dan sebagainya. Terutama hal yang harus paling dilindungi adalah masyarakat awam dan anak-anak agar tidak mudah terpengaruh oleh paham radikalisme. 

Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi atau program-program seminar yang sasaran-sasaran  nya adalah masyarakat awam serta anak-anak yang berada pada bangku pendidikan. 

Dengan memperkuat nilai Bhineka Tunggal Ika dan penguatan dasar implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari diharapkan hal tersebut dapat mencegah tersebarnya paham radikalisme. Karena seperti yang kita tahu bahwa masyarakat awam bahkan anak anak hanya mengerti atau hafal sebatas sila-sila Pancasila tanpa mengerti apa nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. 

Selain hal tersebut, dapat juga dilakukan dengan penguatan pemahaman agama yang benar, karena pemahaman agama pun bagaikan pisau bermata dua, di satu sisi dapat menangkal berkembangnya paham radikalisme dan disisi yang lain dapat memunculkan gerakan radikalisme yang baru. 

Maka dari itu, sangat diperlukan peran bangsa Indonesia dalam berbagai elemen untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. 

Dengan membumikan nilai-nilai luhur Pancasila pada bangsa Indonesia diharapkan agar seluruh masyarakat Indonesia dapat mengoptimalkan peran Pancasila serta menguatkan berbagai implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. 

Menguatkan akar serta apa yang ada didalam Pancasila tersebut sangat efektif untuk menangkal meluasnya gerakan radikalisme pada bangsa Indonesia. Maka dari itu, diperlukan cara yang aman dan tepat agar tepat pada sasaran dan efektif serta efisien diterapkan di Indonesia. 

Selain membumikan semua sila-sila Pancasila, pemberian paham lebih lanjut tentang sila yang ke tiga juga sangat penting. Sila yang ketiga yaitu "Persatuan Indonesia" yang mengajarkan bahwa bangsa Indonesia harus menjadi satu kesatuan yang kuat sehingga tidak mudah terpecah belah. 

Pada sila ke tiga ini diharapkan masyarakat dapat menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, serta keselamatan bersama atau bangsa dapat melebihi kepentingan pribadi masing-masing. 

Rela berkorban dan membantu sesama kapan pun dan di manapun ketika dibutuhkan. Dengan menepis rasa egoisme diharapkan bangsa Indonesia menjadi kesatuan yang utuh dan kuat untuk menghadapi berbagai rintangan yang tujuannya memecah belah bangsa Indonesia. 

Dari upaya-upaya tersebut juga diperlukan pendidikan kebangsaan yang lebih komprehensif agar keberadaan Pancasila dan agama benar-benar dapat dipahami sebagai dasar dalam bertindak dan berperilaku dalam bangsa Indonesia. 

Selanjutnya rintangan yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah paham intoleransi. 

Intoleransi yaitu suatu kondisi dimana suatu kelompok seperti masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-agama yang secara spesifik atau terang-terangan menolak untuk menoleransi praktik-praktik, para penganut, atau kepercayaan yang berlandaskan agama. 

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata toleransi diartikan sebagai paham atau pandangan yang mengabaikan seluruh nilai-nilai dalam toleransi. Dapat diartikan sikap intoleransi merupakan sikap tidak tenggang rasa atau tidak toleran terhadap masalah yang dihadapi atau kebalikan dari semua yang disebut toleransi. 

Munculnya intoleransi disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah:

1. Pandangan keagamaan sektarian

Indonesia adalah negara pluralisme, yang terdiri dari berbagai keberagaman, budaya, suku, ras, bahkan agama. Oleh karenanya tidak menjadi suatu hal yang tabu ketika Indonesia dihadapkan oleh berbagai macam permasalahan. Salah satunya adalah pandangan agama sektarian. 

Sektarian tersendiri yaitu sikap diskriminasi atau lebih ke membeda-bedakan sehingga terjadi nya kesenjangan sosial yang mengarah ke perilaku kebencian antar sesama karena adanya perbedaan diantara suatu kelompok. Perbedaan tersebut bisa berupa denominasi agama atau fraksi politik. 

Konflik sektarian ini seringkali terjadi pada konflik kekerasan religius dan politik, seperti dalam agama Islam yaitu diantara kelompok sunni dan syiah. Pandangan sektarian ini dapat dibendung dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila secara utuh kepada masyarakat. 

Perlu disosialisasikan akan pentingnya sikap persatuan dan kesatuan bangsa yang tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika serta sila ke tiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia. 

Dan dapat dipahami bahwa sila pertama juga menyebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti adanya kebebasan beragama bagi siapapun masyarakat Indonesia sesuai dengan agama yang diakui Negara Indonesia. 

2. Populisme agama serta politisi yang mengatasnamakan agama

Populisme pada dasarnya adalah salah satu metode pendekatan politik yang bertujuan untuk menarik dukungan atau perhatian dari masyarakat yang merasa aspirasinya tidak diperhatikan oleh pemerintah pada saat itu. 

Populisme tersendiri sering dikaitkan oleh kepentingan "rakyat" dan sering dilawan kan oleh kepentingan golongan yang disebut "elit". 

Dalam hal ini, populisme agama erat kaitannya. Hampir seluruh negara yang mengusung konsep demokrasi pasti akan dihadapkan oleh populisme agama. Populisme agama dapat menimbulkan sikap intoleransi antar kelompok. 

Contoh kasus populisme agama yang ada di Indonesia salah satunya ialah pilkada DKI Jakarta pada era Ahok yang jatuh kemudian dimenangkan oleh Anies terdapat konteks populisme agama. 

Banyak bertebaran isu-isu keagamaan yang diproduksi oleh tokoh-tokoh politik yang mengatasnamakan akan kepentingan agama dan golongan. 

Indonesia yang mayoritas penduduk agamanya adalah Islam menjadikan sentimen agamanya sebagai alat untuk menjunjung calon sebagai pembela agama itu sendiri, hal tersebut yang dinilai adanya manipulasi atas nama agama dan terciptanya keretakan antar bangsa sehingga munculnya populisme tersebut. 

Ada beberapa cara yang dapat membendung atau meminimalisir dampak populisme agama. Cara tersebut antara lain dengan memperkuat identitas masyarakat pada sesuatu yang lebih luas, yaitu sikap nasionalisme terhadap Negara, sehingga sikap saling menghormati antar golongan lebih mudah diciptakan. 

Selain itu, dengan kembali bercermin pada sila persatuan Indonesia sangat berperan dalam menangkal populisme tersebut, bahwa dahulu pahlawan bangsa Indonesia tetap berbeda agama akan tetapi tetap bersama memperjuangkan hak bangsa Indonesia. 

Keagamaan dan kebangsaan sudah seharusnya berdampingan dalam bangsa Indonesia. Sehingga diperlukan penguatan bagi seluruh masyarakat akan bahayanya ancaman populisme serta isu-isu agama dalam memecah keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia.

3. Pendirian rumah ibadah yang dilarang atas dasar agama, sehingga menimbulkan intoleransi

Rumah ibadah merupakan kebutuhan suatu kelompok agama untuk melaksanakan peribadahan secara bersama-sama agar kehidupan spiritual keberagaman bagi pemeluk agama tersebut menjadi lebih baik. Di Samping itu rumah ibadah dapat digunakan untuk mengajar atau melakukan diskusi yang biasa disebut musyawarah. 

Jika pembangunan rumah ibadah dilarang atas dasar agama tertentu, pastinya hal tersebut dapat menimbulkan rasa intoleransi antar masyarakat. Rasa intoleransi tersebut muncul karena adanya sikap diskriminasi antar golongan, hal tersebut dapat meretakkan kesatuan dan keutuhan bangsa Indonesia. 

Maka dari itu, pentingnya rasa kebersamaan, rasa kekeluargaan yang ada pada diri masyarakat Indonesia. Dengan menerapkan dan menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam diri kita diharapkan terciptanya kerukunan dan kedamaian dalam bangsa Indonesia. 

4. Adanya sikap saling acuh tak acuh dalam masyarakat. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata acuh berarti 'peduli, mengindahkan'. Kata acuh lebih sering muncul dalam bentuk kata tidak acuh, acuh tak acuh, dan tidak mengacuhkan. 

Sama dengan tidak peduli akan hal yang sedang dihadapi atau permasalahan tertentu. Munculnya sikap acuh tak acuh dalam masyarakat merupakan suatu hal yang membahayakan bagi keutuhan bangsa Indonesia. 

Sikap saling acuh tak acuh antar sesama bahkan antar masyarakat dapat menimbulkan sikap intoleransi. Intoleransi dikarenakan karena tidak adanya rasa keutuhan dan kebersamaan antar sesama sehingga terciptanya rasa tidak peduli atau dalam bahasa gaulnya disebut bodoamat terhadap suatu hal. 

Maka dari itu, kita sebagai masyarakat Indonesia sangat diperlukan sikap saling membantu dalam kebersamaan demi kepentingan bersama agar selalu terciptanya kerukunan antar sesama. 

5. Adanya ketidakadilan yang dirasakan suatu golongan masyarakat maupun individu.

Masalah ketimpangan maupun kesenjangan sosial masih banyak terjadi di Negara Indonesia. Ketimpangan maupun kesenjangan tersebut terjadi karena adanya sikap diskriminasi yang ada antar sesama, yang membeda-bedakan masyarakat satu dengan yang lainnya. 

Entah itu diskriminasi antar ras, golongan, jabatan, maupun kekayaan yang dimiliki. Sikap seperti itulah yang membuat celah diantara bangsa Indonesia. 

Dengan adanya sikap ketimpangan, kesenjangan, maupun diskriminasi yang ada dalam masyarakat, dipastikan adanya sikap ketidakadilan yang timbul. Rasa ketidakadilan tersebut sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa Indonesia. 

Indonesia yang dikenal dengan negara hukum seperti dalam pasal 1 ayat 3 UUD NRI tahun 1945 sudah pasti seharusnya tercermin sikap keadilan dalam berbagai hal, khususnya dalam Negara hukum seperti di Indonesia ini. 

Sikap ketidakadilan tersebut jika ada dalam bangsa Indonesia maka rasa intoleransi muncul karena adanya tidak setara tingkat keadilan yang ada. 

Berikut adalah beberapa faktor yang melatarbelakangi munculnya sikap intoleransi antar sesama. Sikap intoleransi tersebut sudah seharusnya ditepis dan disingkirkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Dengan menanamkan sikap toleransi antar sesama berupa menghormati, menghargai, serta bersikap lapang dada terhadap milik seseorang yang bukan seperti milik dirinya. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman kembali kepada masyarakat Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. 

Rasa persatuan maupun kesatuan bangsa juga dapat dibentuk dengan memberikan pemahaman lebih lanjut akan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yaitu Pancasila, khususnya sila ketiga yaitu "persatuan Indonesia". 

Dengan adanya pemahaman akan nilai Pancasila serta implementasinya dalam kehidupan sehari-hari diharapkan masyarakat Indonesia akan semakin kuat dan bersatu menghadapi segala permasalahan atau rintangan yang akan dihadapi dikemudian hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun