Mohon tunggu...
Nadia Amanda
Nadia Amanda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 6 SAVAL

Jika diibaratkan, malam adalah kanvas hitam besar yang sengaja membiarkan tubuhnya tersiram tinta gelap agar bulan bisa terlihat di dalam temaram. Katanya pula, malam memang sengaja hadir karena siang lebih menyukai matahari.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Azka Aqilla

29 September 2022   19:25 Diperbarui: 29 September 2022   19:27 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Azka Aqilla namanya, anak kecil yang berusia 4 tahun, hidup di keluarga yang berkecukupan. Kedua orang tuanya adalah pedagang yang bisa dibilang pedagang sukses. Azka bisa membeli apa yang dia inginkan maupun yang orang lain inginkan, tapi tidak dengan perhatian kedua orang tuanya. Azka dari kecil sudah hidup bersama asisten rumah tangganya, atau yang sering disapa bi esih. karena kedua orang tuanya sibuk dalam berdagang, setiap hari mereka berdagang tanpa libur. Mereka hanya memberi bekal uang jajan kepada Azka.

     Pada suatu hari kedua orang tua Azka berpikir untuk memasukan  Azka ke Taman kanak-kanak karena Azka sudah berumur 4 tahun. Di ajaklah Azka ke tempat dimana ia akan  menuntut ilmu. Saat sudah sampai Azka dan orang tuanya berjalan menuju tempatnya, di depan gerbang terlihat wajah Azka yang berseri-seri. Pada saat memasuki taman terdapat banyak sekali permainan anak-anak seperti ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, dan yang lainnya. Itu mungkin yang membuat wajah Azka berseri-seri. Pada saat akan melakukan pendaftaran masuk ibunya Azka berkata,

"Azka nanti kamu akan sekolah disini."

     Azka hanya terdiam dan hanya melihat ke sekeliling nya saja. Setelah pendaftaran, orang tua Azka diberikan informasi-informasi mengenai TK tersebut. Mereka pulang dari tempat itu. Setelah sampai dirumah, pada saat itu orang tua Azka harus pergi lagi, pergi bekerja. Tetapi Azka sempat diantarkan pulang oleh kedua orang tuanya.

     Hari itu datang juga. Hari dimana pertama kali Azka sekolah. Pagi hari buta Azka dibangunkan oleh bi esih untuk segera mandi, setelah mandi Azka menggunakan seragam. Aska sangat senang senyumnya lebar satu mil, karena seragamnya sangat cantik. Kemeja kotak kotak dibalut Dress selutut berwarna merah. Tapi bukan hanya itu saja yang disukai Azka, selain seragamnya yang cantik sepatu yang dibelikan kedua orang tuanya pun tak kalah cantik.

     Azka pergi ke sekolahnya menggunakan motor yang diantar oleh pegawai yang bekerja di ayahnya. Setelah sampai Azka turun dari motornya dan masuk ke kelas. Azka itu orangnya sangat pendiam, kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru, apalagi dengan orang orang baru. Azka duduk di kursinya yang ia pilih sendiri, tapi anehnya ia ingin sekali duduk di depan dekat pintu, biasanya orang yang penyendiri itu akan memilih duduk di belakang, berbeda dengan Azka ia malah memilih duduk di depan, atau mungkin yang dipikirkannya itu supaya pada saat pulang ia bisa langsung keluar dengan cepat.
   
   Setelah pelajaran dimulai bel pulang pun berbunyi, Azka langsung bergegas keluar. Ia mencari pegawai ayahnya yang tadi mengantarnya tapi tidak ada. Satu per satu anak anak sudah dijemput oleh orang tuanya, hanya tersisa Azka saja disitu. Hati Azka sangat terluka, Azka sedih hanya dia yang tidak dijemput, apakah orang orang melupakan Azka. Pada saat itu karena Azka bosan Azka menaiki ayunan. Beberapa jam berlalu, tak sadar ternyata Azka menunggu di jemput hingga berjam-jam.

     Suara motor pun terdengar akhirnya Azka dijemput juga, dari pukul 12 baru dijemput pukul 4 gimana tidak kesal Azka. Muka Azka merah padam, ingin marah sekaligus menangis tapi Azka tahan. Sesampainya di rumah Azka menangis memecah kesunyian rumah itu. Tapi tidak ada yang mendengar, karena orang tuanya masih bekerja. Karena Azka banyak menangis Azka pun merasa ngantuk dan tertidur.
     
     Setelah beberapa hari Azka sekolah, suatu hari Azka pulang sekali lagi semua anak telah dijemput sisa Azka yang tidak dijemput. Seperti rutinitas saja setelah beberapa hari sekolah Azka selalu saja telat untuk dijemput. Azka bermain ayunan lagi dan lagi. Jam 2 berlalu jam 4 berlalu pada jam 5 satpam meminta Azka untuk menunggu diluar saja karena sekolah akan dikunci. Hingga ada satu guru yang mengajak Azka untuk ikut bersamanya, karena melihat waktu sudah menunjukkan pukul 5.

"Nak Azka ikut ibu saja yuk ke rumah ibu mau?".
"Iya".

     Azka pun diajak ke rumah guru itu tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Pada saat pegawai ayahnya menjemput ia heran mengapa Azka tidak ada, dan sekolahnya pun sudah di kunci. Ia menelepon ayah Azka. Ayah Azka kaget, ia langsung menitipkan dagangannya dan menyusul ke sekolah. Tapi nihil Azka tidak ada, Mencari Azka yang tak tau dimana seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Ayah Azka kalang kabut mencari Azka yang tak tau dimana. Ibu Azka hanya bisa menangis tersedu sedu.
     
     Di dalam mobil orang tua Azka cemas, menyesal, kebingungan harus bagaimana lagi mencari Azka. Tiba tiba suara telepon ayah Azka memecah keheningan di mobil it. Ayah Azka langsung mengangkat teleponnya.

"Apa benar ini dengan Orang tua Azka Aqilla?".
"Iya benar bu".
"Gini pak ini Azka sedang bersama saya di rumah saya sekarang, karena saya lihat tadi Azka belum saja dijemput jadi takut terjadi apa apa saya bawa saja".
"Oh begitu bu, saya dari tadi mencari Azka, terima kasih bu, kalau begitu saya kesana",  

    Karena orang tua Azka dan ibu gurunya juga sudah dekat jadi ayah Azka tau dimana rumah gurunya, langsung saja tanpa berlama lama ayah Azka melajukan mobilnya menuju putrinya itu. Setelah sampai orang tua Azka langsung memeluk Azka erat seperti tak ingin melepaskan Azka selamanya. Azka memeluk kembali kedua orang tuanya dan berkat,

"Jangan Lupain Azka lagi ya ayah ibu".

     Mereka berpamitan kepada ibu guru dan mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya, di perjalanan pulang ibu Azka hanya memeluk Azka, mobil itu sangat sunyi tak terdengar suara apapun, hanya terdengar suara isak tangis ibu Azka yang lembut. Azka berharap agar orang tuanya tidak lagi tidak memperhatikan Azka, Azka ingin kedua orang tuanya selalu berada disisinya. Itu yang di inginkan semua anak kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun