Opini Metodologi Studi Islam dengan fokus pada perspektif Gen Z
Oleh : Nadia Anggita Putri Ratna Amelia
Metodologi studi Islam adalah pendekatan yang digunakan untuk memahami, menginterpretasikan, dan menganalisis berbagai aspek ajaran Islam, mulai dari teologi, hukum, sejarah, hingga sosiologi. Di era kontemporer, semakin penting bagi para akademisi dan intelektual Muslim untuk mengembangkan metodologi yang tidak hanya berpegang pada teks-teks tradisional, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Hal ini membuka peluang untuk mengeksplorasi agama Islam secara lebih komprehensif dan kontekstual.
Generasi Z (Gen Z), yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di era di mana informasi begitu mudah diakses. Dalam konteks ini, cara mereka memandang dan mempelajari agama, termasuk Islam, berbeda dari generasi sebelumnya. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang sering kali mengandalkan sumber-sumber tradisional seperti kajian di masjid atau sekolah agama, Gen Z cenderung memanfaatkan teknologi digital, media sosial, dan diskusi-diskusi daring untuk mendalami ajaran Islam. Namun, bagaimana metodologi studi Islam dapat disesuaikan dengan cara berpikir Gen Z yang lebih kritis, terbuka, dan cepat berubah?
1. Aksesibilitas Informasi dan Pengaruh Media Digital
Bagi Gen Z, akses terhadap informasi agama tidak lagi terbatas pada buku fisik, ulama, atau guru. Platform seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan podcast menjadi sarana utama bagi mereka untuk belajar tentang Islam. Melalui konten-konten yang menarik dan mudah dipahami, para pendakwah digital berhasil menjangkau jutaan anak muda dan memperkenalkan perspektif Islam yang beragam. Hal ini mengubah dinamika studi Islam dari pendekatan yang formal dan hierarkis menjadi lebih inklusif dan dialogis.
Namun, pendekatan ini juga memiliki tantangan tersendiri. Tidak semua informasi yang tersebar di internet memiliki validitas akademis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk memiliki metodologi yang kuat dalam memverifikasi informasi, seperti memeriksa latar belakang narasumber, memahami konteks historis dari ajaran yang disampaikan, dan membandingkan berbagai perspektif sebelum menerima suatu pendapat.
2. Kritis dan Berani Bertanya: Tantangan bagi Metodologi Tradisional
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang kritis dan tidak ragu untuk bertanya tentang hal-hal yang dianggap tabu oleh generasi sebelumnya. Dalam konteks studi Islam, ini terlihat dari keberanian mereka untuk mempertanyakan topik-topik sensitif seperti gender dalam Islam, hubungan antara agama dan sains, serta isu-isu sosial-politik yang relevan dengan ajaran Islam. Pendekatan ini menantang metodologi tradisional yang kadang terlalu mengedepankan otoritas teks dan mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari realitas kehidupan sehari-hari.
Di satu sisi, sikap kritis ini membuka peluang untuk memperkaya diskursus keislaman dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan relevan dengan kebutuhan zaman. Metodologi studi Islam perlu mengakomodasi kebutuhan Gen Z untuk memahami agama tidak hanya dari sisi normatif, tetapi juga dari sisi pragmatis dan sosial. Ini dapat dilakukan dengan menggabungkan studi klasik seperti tafsir, fiqh, dan hadis dengan ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, dan filsafat.
Di sisi lain, sikap kritis ini juga menimbulkan risiko disorientasi jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang mendalam tentang dasar-dasar agama. Oleh karena itu, metodologi studi Islam yang ideal bagi Gen Z adalah yang mampu membimbing mereka untuk menemukan jawaban tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip dasar ajaran agama.