Mohon tunggu...
Nadia
Nadia Mohon Tunggu... Insinyur - Mahasiswa Teknik Informatika

Seseorang yang telah cukup lama melewati usia 20 Tahun dan segera berumur 21 Tahun. Berharap segera dapat menyelesaikan Pendidikan Strata 1 dengan nilai yang lumayan memuaskan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ketika Tubuh Tak Bisa Berbicara

3 September 2019   08:10 Diperbarui: 3 September 2019   08:15 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa sakit adalah cara untuk tubuh kita melakukan komunikasi. Rasa sakit juga merupakan tanda kepada kita untuk segera istirahat, minum obat maupun pergi ke dokter untuk memeriksakan diri.

 Hampir semua orang mengeluh akan rasa sakit, lalu bagaimanakah jika tubuh kita tidak dapat berkomunikasi atau merasakan sakit?? Bukan sekedar imajinasi, tetapi benar terjadi.

Dalam dunia kedokteran, terdapat sebuah kondisi seseorang dimana tubuhnya tidak merasakan sakit, dan suhu. Meskipun dapat merasakan tekanan. Kondisi ini disebut dengan congenital analgesia atau Congenital insensitivity to pain (CIPA). 

CIPA sendiri merupakan transmisi genetic dari neuropati otonom dan sensorik (hereditary sensory and autonomic neuropathy (HSAN)), turunan tipe empat atau juga dikenal dengan HSAN IV.. Singkatnya, apabila mengalami kondisi ini seseorang tidak akan merasakan sakit meskipun sedang terluka, terinfeksi virus dan lain-lain,

Mungkin seseorang penderita CIPA dapat dikatakan manusia super yang tidak merasakan apa-apa, tetapi sebenarnya penderita CIPA memiliki kondisi tubuh yang sangat berbahaya. 

Mereka tidak merasakan sakit, nyeri dan sebagainya tetapi bukan berarti mereka akan selalu sehat. Penderita CIPA akan mengalami peningkatan luka, memar, patah tulang dan lain lain. 

Fraktur dan luka bakar sangat umum dirasakan. Masalah yang lebih sulit diatasi adalah kerusakan sendi. Orang dengan CIPA menggunakan sendi mereka dengan keras. 

Ketika duduk atau tidur dan Anda merasa tidak nyaman, Anda menyesuaikan posisi Anda untuk menghilangkan stres pada area tertentu dari tubuh Anda. Seseorang penderita CIPA tidak akan melakukannya, dan keausan ekstra dapat menyebabkan pembengkakan dan cedera serius pada panggul, lutut, dan persendian lainnya. 

Orang dengan CIPA sering menderita osteomielitis, infeksi tulang yang dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi anggota gerak atau sendi dan bahkan amputasi. Karena mereka tidak merasakan sakit, mereka juga tidak dapat merasakan nyeri ketika mengalami sakit kronis hingga tiba-tiba mereka meninggal.

Pada anak kecil penderita CIPA, anak tersebut mungkin saja tidak sadar ketika terluka, ataupun merasa sakit. Ketika beraktifitas bisa saja ia tidak sengaja menggigit lidah ketika tumbuh gigi atau menggosok mata hingga kornea terluka. Meski terluka atau terpotong, mereka tidak akan sadar dan kita tidak dapat menghentikannya karena mereka tidak menangis. 

Anak-anak penderita CIPA juga tidak dapat mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh mereka. Karena ketidakpekaan dan kondisi tubuh seperti inilah yang membuat 20% persentasi penderita CIPA tidak dapat melewati umur 3 tahun karena demam. Singkatnya usia penderita CIPA singkat.

CIPA disebabkan oleh mutasi gen yang mencegah pembentukan sel-sel saraf pengatur transmisi sinyal rasa sakit, suhu ke otak. CIPA adalah gangguan resesif autosom. Ini berarti bahwa bagi seseorang untuk memiliki CIPA, ia harus menerima salinan gen dari kedua orang tua. 

Masing-masing orang tua harus memiliki mutasi pada kromosom autosom, kromosom yang tidak terkait dengan jenis kelamin. Penelitian menunjukkan bahwa mutasi pada gen TRKA (NTRK1), yang tampaknya mengendalikan pertumbuhan saraf mungkin adalah penyebabnya. Tidak ada statistik yang dapat diandalkan tentang berapa banyak penderita CIPA saat ini, tetapi kondisinya cukup langka. 

Dan tidak mempengaruhi jenis kelamin, sehingga laki-laki atau perempuan dapat mengalaminya selama memiliki Salinan gen dari orang tuanya. Dan CIPA tidak memiliki pola klinis yang seragam. 

Misalnya, kebanyakan orang dengan CIPA memiliki beberapa bentuk keterbelakangan mental - tetapi tidak semua. Pada beberapa pasien keterbelakangan mental tersebut serius, sedangkan pada yang lain sangat ringan.

 CIPA tidak bisa disembuhkan, namun penderitanya tetap bisa hidup. CIPA tidak memiliki obat, setidaknya belum. Jadi, sebaliknya, orang-orang dengan CIPA dan keluarga mereka telah mengembangkan beberapa strategi adaptif untuk membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari mereka. Setiap orang dengan CIPA membutuhkan rencana perawatan individual yang membantu mengatasi gejalanya sendiri.

Penderita CIPA diharuskan untuk menghindari terjadinya luka atau accident yang dapat menyebabkan infeksi, selain itu penderita CIPA harus rutin memeriksakan diri ke dokter dan melakukan serangkaian tes kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh karena tubuh sedang "bisu". 

Pada anak-anak, orang tua penderita harus lebih peka dan mengajarkan anak untuk memberitahu apabila terjadi luka ataupun mereka sempat terjatuh, selain itu tingkat pengamanan pada anak-anak penderita tetap harus diperketat disbanding pada anak-anak yang tidak memiliki CIPA. Orang tua memastikan bahwa sesuatu yang dapat menyebabkan luka atau panas sulit diakses oleh anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun