Untuk masalah kota jakarta , saya yang lahir dan besar di kota tersebut saja sudah tidak tahu harus merasa iba,tidak puas,bangga atau malah pesimis dengan keadaan infrastruktur, management dan tentunya perilaku warganya . entah mengapa setiap saya bepergian di kota jakarta saya selalu merasa seperti anak tiri yang tidak diberikan perhatian selayaknya . Jakarta sudah berumur sekitar 4 abad lebih, tetapi masih memiliki persoalan yang sepertinya dari dahulu hanya berulang .
Jika memikirkan infrastruktur di kota Jakarta, didalam hati saya sering berfikir apakah para pemegang kekuasaan di jakarta tidak pernah merasakan bermain game komputer“sim city”?? didalam permainan itu kita diminta untuk membangun sebuah kota dengan budget dan lahan terbatas , di permainan itu skala prioritas benar benar di jadikan modal agar kota kita tetap tumbuh,tetapi juga tetap sehat,aman , dan nyaman. sering disaat memainkan permainan tersebut saya berfikir “wahh..uangnya tinggal sedikit,kalau saya bangun landmark (semacam eiffel tower,toronto tower,dll) kota saya menjadi lebih cantik dan rating saya sebagai gubernur akan naik, tapi warga saya yang berada di sebelah selatan kekurangan pasokan listrik… hmmm lebih baik bangun yang mana dulu ya??” .
Dalam Kasus Jakarta , Pemimpinnya dahulu lebih memilih membangun monas , bundaran HI , serta patung patung minim pakaian yang secara ekonomis tidak menguntungkan dibanding membangun Jalan dengan kualitas super, transportasi rel yang modern , irigasi yang baik ,serta perumahan vertikal bagi warga jakarta yang populasinya hampir sebesar keseluruhan populasi negri jiran kita malaysia. infrastruktur jakarta seakan tidak sebanding dengan populasinya.bahkan ada lelucon yang mengatakan bahwa jakarta saat jam pulang kantor terlihat lebih sewrawut dibandingkan dengan kota tokyo disaat tsunami dan gempa melanda beberapa bulan lalu.
Banyaknya ilmuan,insinyur dan profesor Indonesia yang sering digembor gemborkan acara talkshow di televisi pun seperti tidak ada pengaruhnya bagi kehidupan kaum urban di Indonesia khususnya Jakarta, warga Jakarta harus puas dengan Metro Mini dan Kawan kawan yang mungkin petugas sampah di kota london pun enggan menumpanginya, warga Jakarta harus puas Menghirup udara yang Kotor setiap hari , harus puas dengan bau menyengat dari sungai-sungai yang ada di Jakarta.
Pertanyaannya kemana perginya orang-orang puspitek dan kaum terpelajar di Jakarta?
apakah kepentingan kepentingan oknum oknum yang kuat dana itu sudah begitu kuatnya sehingga membuat semua pemegang kekuasaan,para ahli ilmu perkotaan hanya bisa Diam.
Menurut saya Idealnya Negara dengan Populasi sebesar Indonesia harus memiliki setidaknya 2-3 kota Megapolitan untuk menampung semua warga negara yang ingin ber-urbanisasi ria dari kampungnya masing-masing. Indonesia memiliki 5 Pulau besar, Bayangkan jika disetiap pulau besar itu memiliki kota yang besar,modern,dan maju, Berapa juta manusia desa Indoenesia yang akan menjadi Manusia Kota, dengan Begitu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indonesia dapat dipercepat. Ketimpangan Pusat daerahpun akan berkurang . dan yang terpenting Keutuhan NKRI dapat lebih mudah dijaga dengan meratanya pembangunan. tentu tidak mudah mewujudkannya tetapi jika semua pihak mau berusaha untuk mencapainya . perlahan tapi pasti akan terwujud Indonesia yang Kuat dan Maju.
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti