Senja tadi baru saja kita berceloteh, ditemani angin, polusi, dan bergelas-gelas kopi hitam.
Senja tadi kita merenung, lalu kau tertawa-tawa, melepas sajak.
Aku terdiam, menyaksikan angin mencumbu anak rambutmu.
Menyaksikan gurat kasar di wajahmu
Menyaksikan puntung rokok yang terselip di bibirmu
Aku hirau pada lalu-lalang, pada pengamen-pengamen kecil bertelanjang kaki, mencari receh
Aku usah pada deringan nada pesan yang bersahut-sahut
Mataku terpaku, pada asap nikotin yang membumbung jauh. Pada kopi dan seruput satu-satu
Senja tadi, sampai batas ia sembunyi di balik cakrawala
Ketika sajak, prosa, dan canda berpadu hening semata.
Sampai pada ampas rokok ketiga
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!