Candi Badut merupakan sebuah candi Hindu yang terletak di kota Malang, lebih tepatnya di desa Karambeski. Seorang pakar sastra Jawa, yaitu Poerbatjaraka berpendapat bahwa nama Candi Badut berasal dari kata Limwa/Liswa. Kata ini muncul pada baris kedua Prasasti Dinoyo, yang merupakan nama lain dari Raja Gajayana. Menurut bahasa Sansekerta, kata Liswa berarti "anak kemidi, tukang tari", dan dalam bahasa Jawa digabungkan dengan kata "badut".
Candi ini diperkirakan berasal dari abad ke-8 dan dianggap sebagai candi tertua di Jawa Timur. Ada satu keistimewaan yang membedakan Candi Badut dengan candi-candi lain yang ada di Jawa Timur, terdapat Kalamakara yang menghiasi pintu masuk candi ini. Pada umumnya relief kepala raksasa yang terdapat pada candi-candi di Jawa Timur dibuat dengan rahang bawah yang lengkap, namun Kalamakara yang terdapat pada Candi Badut tidak memiliki rahang bawah. Terdapat pula tiga pewara atau candi pengiring yang menghadap ke candi induk. Hal ini membuat Candi Badut lebih mirip dengan candi-candi yang ada di Jawa Tengah dibandingkan ciri umum candi-candi di Jawa Timur.Â
Kemiripan candi badut dengan gaya arsitektur candi di Jawa Tengah dipengaruhi oleh adanya interaksi budaya dan pertukaran seni yang kuat antara kedua wilayah tersebut selama periode sejarah, terutama pada masa penyebaran agama Hindu dan Buddha di Indonesia. Pada masa itu, hubungan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur cukup erat, dan pertukaran budaya dan keahlian arsitektural menjadi kental. Candi Badut, meskipun geografis terletak di Jawa Timur, menggambarkan pengaruh gaya arsitektur Klasik Jawa Tengah, seperti halnya Candi Borobudur dan Prambanan. Faktor lain yang mempengaruhi kemiripan ini adalah migrasi masyarakat, perpindahan arsitek, serta penyebaran agama dan kebudayaan yang menciptakan sintesis seni dan arsitektur antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Oleh karena itu, Candi Badut dapat dianggap sebagai manifestasi dari proses asimilasi budaya yang menghasilkan kemiripan gaya arsitektur dengan candi-candi di Jawa Tengah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H