Mohon tunggu...
Yuda Rangga
Yuda Rangga Mohon Tunggu... Guru - nadhratul asri adalah Yang berbeda

"berjuang menggenggam malam dengan pagi, berusaha untuk slalu bersyukur dan sabar"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nasib Bekerja di Pengeboran Minyak

16 April 2011   16:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:44 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau melihat judulnya saja, mungkin yang terbesit dalam fikiran teman-teman kompasiana adalah “Hidup Sejahtera, Bahagia dan Sentosa.” Namun secara realita, tidak lah selalu begitu. Banyak juga duka dan problema yang melanda para pekerja di pengeboran minyak dan gas, terutama perusahaan minyak dan gas nya milik pemerintahan (di bantu dana dari BUMN). Saya bisa berbicara seperti itu karena memang saya mengalaminya.

Hari ini (16/04), saya masih bekerja di lokasi pemboran PERTAMINA KYM#1, daerah Kayu Merah, Cirebon (untung gak dekat lokasi pemboman di MasjidPolresta Cirebon kemarin,hehe). Di lihat dari jadwal, sudah dua minggu saya disini. Tepatnya dari tanggal 31 Maret 2011 hingga malam ini. Tapi belum jua saya beranjak pulang bertemu dengan keluarga tercinta di Jakarta. Masih terisolasi dengan pekerjaan yang menumpuk di depan komputer hingga dua minggu kedepan.

[caption id="attachment_101138" align="alignright" width="150" caption="Dok.Pribadi"][/caption]

Memang berbeda dengan pekerja lain, saya bukan lah pekerja yang terjun langsung mengoperasikan proyek pemboran. Karena saya hanya bekerja sebagai operator information technology (opt IT) di office RIG (Bangunan operasi di lokasi pemboran). Namun pokok bahasan tulisan ini bukanlah tentang posisi yang kami tempati, melainkan kendala ‘hati’ yang kami alami (terutama saya) selama bekerja di lokasi pemboran minyak dan gas. Berikut opini saya :

·Yang pertama adalah beratnya meninggalkan keluarga di rumah dalam jangka waktu yang cukup lama. Tidak ada pekerja di sini yang memiliki schedule kurang dari satu pekan. Sekurang-kurangnya adalah ya satu pekan itu. Dan Itu pun tergantung posisi dan kebijakan perusahaan. Biasanya jadwal crew change (ganti kru) satu pekan adalah hanya untuk HSE (Health Safety Environtment) Region Officer. Sedangkan standar pergantian kru adalah dua pekan – dua pekan. Atau paling lama satu bulan. Tapi berbeda dengan posisi yang saya tempati, kurang jelas jadwalnya. Kadang satu bulan. Kadang juga lebih. Bahkan ada juga yang dari awal berdirinya RIG hingga realese (Selesai sumur; berkisar tiga sampai lima bulan). Ini yang membuat saya rindu keluarga di rumah. (so sweet..)

·Lalu Yang kedua adalah bahaya dengan resiko tingkat tinggi. Jelas bekerja di pemboran minyak dan gas sangat beresiko. Bagaimana tidak? Berbagai accident besar mungkin terjadi. Bisa kebakaran yang di sebabkan karena blow out (semburan liar), jatuh dari ketinggian (bagi posisi derickman dan floorman), hingga munculnya gas bumi yang sangat berbahaya seperti Hydrogen Sulfide (H2S). semua itu resiko tingkat tinggi yang dapat menyebabkan kematian.

http://m.serambinews.com/news/view/3483/h2s-gas-beracun-yang-mematikan

·Sedangkan yang ketiga adalah tidak adilnya gaji ataupun kecurangan penghasilan sesama pekerja. Mungkin saya bisa mengerti jika terjadinya hal ini di sebabkan berbedanya posisi / jabatan yang di duduki. Contohnya CompanyMan dengan paritan. Jelas salary berbeda jauh karena memang tanggung jawabnya berbeda, seperti presiden dengan dinas pembersih lingkungan (atau kasarnya tukang bersih-bersih). Atau jika posisi sama, tapi company berbeda. Saya bisa maklum, karena itu tergantung kebijakan perusahaan masing-masing. Tapi yang terjadi adalah dalam posisi yang sama dan company yang sama, bisa saja terjadi perbedaan penghasilan. Seperti teman saya, yang bekerja sebagai teknisi Mud logging. Ada yang gajinya Rp. 2.000.000/bln, ada yang Rp. 3.000.000/bln (Baru basic. Belum hariannya). Mungkin hal ini bisa terjadi Karena orang yang gajinya tiga juta adalah sanak saudara dari bos di kantornya (Ternyata Nepotisme juga melanda orang-orang lokasi). Atau kecurangan karena korupsi mud materials seperti bentonite, KCL, barite, Calcium Carbonate, soda ash, sodium bicarbonate, dan ‘mahluk-mahluk’ kimia lainnya yang tidak bisa saya sebutkan semua. Misal saja penggunaan Bentonite yang di laporkan ke PERTAMINA 45 saxs, tapi yang sebenarnya di gunakan hanya 35 saxs. Lalu 10 nya? Bisa ‘terbang’ ke dompet sendiri, bisa juga ke orang lain.

Di samping kerugiannya, sebenarnya banyak juga keuntungan yang pekerja lokasi pemboran alami. Walau banyak keluhan dari teman-teman lokasi saya, namun sesungguhnya saya tahu, gaji mereka jauh lebih besar dari saya. Tidak hanya basic nya, bahkan day nya ada yang sampai Rp.700.000/hari. Bahkan penghasilan saya sepersepuluhnya saja tidak sampai.

Namun dengan nasib yang saya terima saat ini, sudah seharusnya saya tetap bersyukur karena masih di berikan pekerjaan oleh Sang Penguasa Alam Semesta. Karena masih banyak orang-orang yang tidak beruntung di bumi pertiwi ini. Sekalipun begitu banyak pekerjaan yang menumpuk di meja saya, ataupun gaji yang tidak sebesar teman-teman saya yang kerjanya terjun langsung ke operasi pemboran minyak tersebut. Sebagai insan yang beriman, sudah sepatutnya kita bersyukur atas nikmat dari-Nya yang telah kita terima, termasuk bekerja di lokasi pemboran minyak seperti saya saat ini. Dan juga bersabar menerima segala keputusan-Nya yang di ujikan kepada kita. :-)

Nb : Salam rindu dari ku untuk orang-orang tersayang di rumah

Semoga bermanfaat.

MasDa, 16 Apri 2011, 10:21 PM

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun