Mohon tunggu...
Nadhira Paramesti
Nadhira Paramesti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S-1 Kimia di Universitas Sebelas Maret

Saya menyukai seni terutama seni lukis, saya senang mendengarkan musik. Menata kamar tidur menjadi salah satu kegiatan favorit saat waktu senggang. Saya pribadi yang introvert yang lebih senang meluangkan waktu sendiri untuk mengumpulkan energinya, merasa lebih nyaman berfokus pada pemikiran dan batin mereka sendiri, dan menikmati menghabiskan waktu dengan satu atau dua orang saja ketenangannya adalah sumber daya, memungkinkan untuk merenungkan dunia dan menciptakan karya seni yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Film Dokumenter Netflix Mengangkat Kasus Kopi Sianida Kembali

16 Oktober 2023   20:05 Diperbarui: 16 Oktober 2023   20:14 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tanggal 6 Januari 2016, terjadi kasus pembunuhan yang mengejutkan publik. Kasus itu banyak dikenal dengan sebutan kasus kopi sianida karena tersangka yang melakukan pembunuhan diduga memasukkan sianida dalam kopi yang diminum korban. Lalu, pada tanggal 28 September 2023 Netflix telah merilis film dokumenter yang menceritakan tentang kasus tersebut. Hal ini dikarenakan ditemukan banyak temuan bukti yang janggal. Dari banyaknya bukti tersebut, mereka percaya bahwa Jessica bukanlah pembunuh Mirna yang merupakan koban dari kasus itu.

Apabila bukti yang menunjukkan bahwa Jessica bukan pembuhuh Mirna ini benar, hal ini sayangatlah disayangkan alasannya karena Jessica sudah terlanjur dipenjara selama 7 tahun lamanya. Apabila terjadi kesalahan hukum, maka negara harus bertanggungjawab atas hilanganya masa depan dari Jessica. Pengangkatan kasus sianida ini membuat publik menemukan sudut pandang baru terhadap kasus ini, yang dimana dulunya publik dibuat percaya oleh media massa bahwa Jessica adalah pembunuh Mirna. 

Pada tahun 2016 saat terjadi persidangan kasus ini, media massa seakan langsung menghakimi Jessica hanya untuk memperoleh sorotan berita yang menarik publik.
Media massa seakan-akan memanfaatkan momen ini sebagai cara untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan pribadi.

Banyak hal janggal yang terjadi saat persidangan, salah satunya adalah bukti yang diperoleh dari ahli forensik yang pertama kali menangani jasad korban justru tidak dipakai. Persidangan yang dilakukan lebih banyak menggunakan opini ahli yang belum tentu terbukti secara hukum. Hal inilah yang membuat publik menyadari akan ketidakadilan proses persidangan yang telah terjadi 7 tahun yang lalu. Ironisnya kejanggalan dari kasus ini baru ramai diperbincangkan kembali setelah tersangka menghuni jeruji besi 7 tahun lamanya.

Dari film dokumenter ini, penegak hukum seharusnya besikap netral dan professional apabila menangani sebuah kasus. Setelah film dokumenter ini viral, saya berharap kemungkinan kesalahan hukum yang terjadi di negara ini bisa diminimalisasi agar tidak terulang lagi. Karena apabila terjadi kesalahan dalam proses penegakan hukum, dapat merenggut masa depan seseorang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun