Mohon tunggu...
Nadhila
Nadhila Mohon Tunggu... -

Berbagi yang dirasakan dan diresahkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Renjana

5 Juli 2017   23:29 Diperbarui: 6 Juli 2017   00:28 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudahkah kau menerima surat-surat ku?
Sudahkah hujan, burung merpati dan guguran cahaya senja menyampaikannya pada mu?
jika belum, boleh kau baca puisi ini sebagai penggantinya
meskipun tak beraroma hujan, tak bersuara kepakan merpati dan tak bersinar
perasaan itu tetap sama, terbentuk oleh ketabahan kasih dan cinta.

Puisi ini seperti perapian sederhana
ketika kau menelusuri kata, kau akan menemukan hangat
ditumpukan diksi basa basi.
Seolah kau menelanjangi syukur ku
menemukan mu diantara ribuan pasang mata semu.

Puisi ini adalah nafas-nafas kehidupan
yang membawa kita menaiki bukit, menuruni jalan terjal
berkelok diantara sawah, kadang menukik tajam ke arah jurang.
Jalan yang membawa kita mungkin berliku
tapi tidak buntu.

Puisi ini adalah kamu
manusia pemilik mata sendu dan senyum candu
melesapkan kesedihan dalam sekali pelukan
cinta yang selalu aku temukan di udara, aksara dan ketaatan doa.

2017. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun