Januari menjadi tidak dingin dengan kehadiran mu dua puluh dua tahun lalu. Tangis mu yang pertama adalah penghangat bagi hati orang tua mu kala itu, menyaksikan putra pertama nya hadir di dunia. Mengukir senyum kebahagian di wajah mereka, sebuah doa yang diam-diam dipanjatkan ketika melihat mata bening mu. Adzan pertama yang kau dengar dua puluh dua tahun lalu adalah suara getaran kebahagian, rasa syukur dan kebanggaan yang tak terhingga dari seorang ayah. Pengharapan yang begitu besar untuk putra sulungnya.
Dua puluh dua tahun lalu, kau masih mengerjap melihat cahaya lampu. Tidak mengerti apapun kecuali hangat dekapan ibu. Dua puluh dua tahun yang lalu nama mu disematkan, dengan penuh doa dan harapan agar putra pertama mereka mampu sekuat besi untuk melindungi orang-orang yang dicintainya, memberi kebaikan bagi orang-orang disekeliling nya, putra yang diharapakan memiliki banyak sifat baik seperti Rasulullah.
Dua puluh dua tahun yang sudah berlalu. Kini, kau menjadi manusia seutuhnya. Menjadi dewasa sebagai si sulung. Menjadi pelindung sebagai yang pertama. Menjadi tumpuan ketika keluarga butuh pegangan. Dua puluh dua tahun yang sudah berlalu menjadikan mu seperti sekarang. Banyak cerita, kisah suka dan duka dalam perjalanan dua puluh dua tahun mu, menyisakan banyak kenangan yang kau simpan dalam tangkai ingatan.
Hari ini bisa jadi seperti hari-hari biasanya sebagaimana kau menjalani hari. Tapi hari ini adalah istimewa bagi orang-orang disekitar mu. Hari dimana kamu ada, untuk pertama kalinya. Selamat hari kelahiran untuk mu. Selamat telah melewati cerita sejauh ini. Selamat ulang tahun sulung. Semoga Allah memberi mu umur yang panjang, semoga kesehatan selalu menyertai tiap langkah mu, semoga kelimpahan rezeky tidak pernah jauh dari mu, semoga adanya kehadiran mu mampu bermanfaat bagi sesama, semoga hidup mu semakin berwarna, semoga kemudahan bersama mu dalam menyelesaikan semua kewajiban. Untuk mu, doa ku yang terbaik terus mengalir. Â
Untuk dua puluh dua tahun mu, mungkin ada beberapa hal didepan yang membuat mu layu tapi semoga lebih banyak hal lainnya yang mampu membuat mu bahagia dan tertawa. Untuk dua puluh dua tahun mu, terimakasih sudah ada di bumi.
Once again, Happy Birthday!
Surakarta, 3 Januari 2017.
Devoutly,
Nana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H