Apa yang terbayang di benak Pembaca sekalian jika mendengar kata life plan? Mungkin bagi kita yang telah menginjak usia 20-an, kata ini sudah menjadi sangat familiar. Bahkan, barangkali sudah banyak yang menyusunnya untuk merancang masa depan.
Berbicara tentang masa depan, maka tentu setiap kita memiliki perspektif yang berbeda. Ada tipe orang yang suka menyusun life plan sejak dini untuk menyiapkan dan mengantisipasi masalah di masa mendatang. Namun, ada pula tipe yang membiarkan hidupnya mengalir mengikuti arus untuk mendapat kejutan-kejutan dalam perjalanannya.
Dari survei kecil yang saya lakukan terhadap 20 teman-teman mahasiswa terkait pembuatan life plan, 13 diantaranya menjawab membuat life plan dalam hidup, sementara 7 sisanya menjawab tidak membuat life plan.
Setelah mencerna hasil survei kecil-kecilan itu, ada satu pertanyaan yang kemudian muncul di benak saya, yakni apakah ada orang yang benar-benar tidak memiliki life plan dalam hidupnya
Kalau saya merasa tidak demikian. Sebab, orang yang tidak membuat life plan pun pada hakikatnya juga berencana. Hanya saja yang membedakan adalah rencana tersebut tidak ditulis dan disusun secara rapi.
Pembaca, tahukah Anda bahwa menulis rencana atau life plan akan lebih memotivasi kita untuk mewujudkannya? Karena menulis mempertajam ingatan, maka dengan menuliskan rencana hidup akan membuat kita terus ingat akan life plan tersebut. Dengan begitu, otomatis kita pun terus terdorong untuk merealisasikannya.
Lalu, bagaimana cara menyusun life plan yang baik? Kali ini saya akan berbagi sedikit tips menyusun dan menulis life plan yang saya sarikan dari buku Membangun Peradaban karya Fahmi Zahra. Dalam rekomenadasi penyusunan life plan, penulis buku tersebut berpedoman pada metode penentuan target SMART yang disampaikan oleh George T. Doran.
Mari simak bersama,
Spesific
Life plan yang kita buat haruslah sepesifik, jelas, dan detail. Minimal, life plan harus jelas indikatornya seperti apa, manfaatnya diarahkan ke mana, dan lewat bidang apa saja usahanya. Sebagai contoh adalah sebagai berikut,
- Life plan umum: menjadi wirausaha yang sukses
- Life plan spesifik: menjadi wirausaha yang sukses di bidang sandang dengan omset minimal 10 juta perbulan untuk memenuhi kebutuhan dan bersedekah kepada orang yang membutuhkan
Measurable
Life plan kita juga harus terukur sesuai dengan indikator yang dibuat. Rencana yang terukur akan membuat kita lebih termotivasi dalam melaksanakannya. Misalnya, salah satu rencana hidup kita menjadi seorang youtuber, maka
- Life plan yang tidak terukur: aktif mengunggah video di channel youtube pribadi
- Life plan yang terukur: aktif mengunggah video di channel youtube pribadi dengan ketentuan minimal unggah tulisan seminggu tiga kali.
Achievable
Life plan yang kita susun harus bisa diraih atau minimal memungkinkan untuk diraih. Dalam artian, ketika membuat life plan jangan sampai terlalu mudah untuk dilaksanakan ataupun terlalu sulit. Perlu disesuaikan dengan kapasitas kita masing-masing.
Katakanlah kita memiliki rencana lulus tepat waktu dengan targetan wisuda di semester 8, berdasarkan hitungan dan perkiraan kita life plan ini memungkinkan untuk diraih. Berbeda dengan jika kita membuat deadline-nya lebih cepat, misal di semester 7. Barangkali akan mustahil untuk diraih jika kita masih memiliki tanggungan mata kuliah yang belum diselesaikan.
Relevant
Sebuah life plan yang ideal adalah yang memiliki alur yang relevan dan sinkron dengan apa yang menjadi goal atau tujuan dari kehidupan kita. Semisal, target kehidupan kita menjadi seorang wirausaha, maka life plan kita merupakan hal-hal yang mendukung pencapaian tersebut, seperti mengikuti training kewirausahaan, belajar membuat buisness plan, mencari relasi dan memperluas jaringan, dan hal lain yang menunjang target tersebut.
Time-based
Life plan harus memiliki tenggat waktu. Mengapa? Karena waktu memberikan urgensi dan motivasi kita untuk menyelesaikan life plan yang telah disusun. Selain itu, dengan adanya batasan waktu dapat membuat kita tidak perlu berkutat terlalu lama pada life plan. Apabila tenggat waktu telah terlampaui sementara life plan belum terlaksana, maka kita dapat mengevaluasi diri: apakah tetap melanjutkan ke tahap life plan berikutnya atau menyiapkan waktu pengganti untuk mewujudkan life plan tersebut.
Pembaca, yang perlu diingat meski kita telah menyusun life plan dengan detail menggunakan prinsip SMART, tapi kita tidak boleh lepas dari sebuah kaidah. Bahwa, manusia bisa berencana, tetapi Allah lah yang memiliki kuasa menentukan.
Nah, sekian berbagi tips di tulisan edisi ini. Semoga bermanfaat, dan selamat mencoba!
Referensi:
Sholiha, Annisa. “Metode SMART”. Diunduh dari https://magnaqm.com/project-management-articles/metode-smart
Zahra, Fahmi. 2019. Mengukir Peradaban. Cv Masyhida: Bantul
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H