Kondisi sosial agama merupakan kondisi keagamaan masyarakat yang tinggal disuatu daerah tertentu. Apabila disuatu daerah sudah paham dan saling menghargai antara satu dengan yang lain maka dapat dipastikan daerah tersebut dalam melakukan hubungan interaksi sosial dan agamanya sudah baik.Â
Namun dalam kehidupan ini Agama selalu dikaitkan dengan kepercayaan dan pedoman manusia dalam kehidupan sehari-hari. Agama sangat penting bagi manusia karena dengan agama lah kita bisa menjalani kehidupan dengan baik dan benar.
Disini saya akan membahas tentang keadaan sosial keagamaan yang ada di suatu desa yaitu desa dimana saya tinggal sekarang. Desa Selokgondang Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang. Desa ini merupakan salah satu desa yang berada di kabupaten Lumajang.Â
Masyarakat di sini mayoritas memeluk agama islam dan rata-rata pekerjaan masyarakatnya adalah petani dan kuli bangunan, tetapi nilai-nilai dalam segi keagamaannya masih kental meskipun terkadang terdapat beberapa yang hanya menjadikan status sosial saja. Dalam konteks bersosial masyarakat di sini sopan, santun, dan menghargai antara satu dengan yang lain yang membuat desa ini jarang terjadi keributan.
Pada saat bulan ramadhan tiba masyarakat di sini juga selalu mengamalkan ajaran agama islam seperti salat Sunnah tarawih setelah melakukan shalat isya' berjama'ah, membaca Al-Qur'an setelah sholat tarawih atau biasa disebut "Tadarusan", yang dilakukan warga baik itu dari kalangan remaja sampai orang dewasa di musollah-musollah dekat rumah.Â
Jika akan memasuki waktu sahur remaja disini mengelilingi desa dengan berjalan kaki dengan membawa alat-alat tradisional seperti kentongan, drum bekas minyak tanah yang mereka gunakan untuk membangunkan warga. Kegiatan ini biasa disebut dengan "patrol".Â
Tujuan kegiatan ini adalah mengingatkan masyarakat untuk segera sahur. Ketika waktu ashar tiba, biasanya masyarakat di desa selokgondang banyak yang mengaji di masjid sambil menunggu waktu berbuka puasa .
Kadang-kadang mereka juga melaksanakan buka bersama di mushollah atau masjid terdekat. Masyarakat selokgondang biasanya pada saat bulan Ramadhan mengeluarkan zakat fitrah setiap anggota keluarga yang di serahkan ke fakir miskin atau pengurus mushollah terdekat.
Saat malam takbiran tiba masyarakat banyak yang keliling desa untuk menyuarakan takbir bersama-sama ada juga yang meyuarakan takbir di masjid dan musholah. Kemudian esok harinya mereka melaksanakan shalat idul fitri di masjid dan dilanjutkan silaturahmi antar tetangga dan sanak keluarga.Â
Setelah acara silaturahmi selesai masyarakat disini melakukan acara kenduri di salah satu rumah warga atau musholah-musholah yang berbeda letaknya . Untuk lebih mengenali dan menjunjung rasa solidaritas antar masyarakat maka antara mushollah satu dengan mushollah lainnya saling mengundang untuk melaksanakan kegiatan kenduri bersama.Â
Setelah acara kenduri selesai masyarakat disini meramaikan idul fitri dengan petasan agar suasana idul fitri lebih meriah, jadi di Desa Selokgondang malam puncak lebaran hingga esok harinya sampai lebaran ke-7. Pada saat lebaran ke-7 tiba masyarakat biasanya melaksanakan kenduri ke-2 (riyoyo pitu).
Jadi dari apa yang saya bahas dari awal hingga akhir di Desa Selokgondang masih menerapkan hidup rukun dalam beragama dan saling menghormati antara yang muda dan tua sehingga terciptalah kehidupan yang bertoleransi sehingga menimbulkan masyarakat yang menghormati satu sama lain, sehingga di desa ini sangat jauh dari kata pertikaian antar warga yang menjadikan desa ini aman dan tentram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H