Mohon tunggu...
Nadhifa Salsabila Kurnia
Nadhifa Salsabila Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Masih setia dengan Bandung, namun melalui tulisannya sering kali berjalan ke Korea Selatan dan berbagai belahan dunia lain

Sarjana Ilmu Komunikasi Jurnalistik, pencinta literasi, penyuka fiksi, menulis dimana saja dan kapa saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Begini Cara Mengajarkan Seks Edukasi Pada Anak yang Tepat Menurut Psikolog

28 Juni 2021   07:00 Diperbarui: 28 Juni 2021   07:05 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu mengajari anak | pexels/August de Richelieu

Penyanyi Yuni Sara bercerita blak-blakkan soal ia yang temani kedua putranya nonton film porno. Akibatnya, namanya sempat menjadi viral di sosial media. Kakak Krisdayanti ini bercerita lewat sesi tanya jawab saat menjadi bintang tamu di Vena Melinda Channel.

Gara-gara ini Yuni Sara yang berperan sebagai single parents sudah cukup lama ini sempat diseruduk oleh warganet. Kebanyakan, kurang setuju dengan caranya menemani anak nonton film porno yang dianggapnya sebagai seks edukasi.

Warganet banyak yang berkomentar belum pernah mendengarkan ada cara mengajarkan seks edukasi pada anak seperti itu.

Baca juga: Memilih Sekolah Anak, Pembentukan Karakter atau Sekedar Gengsi?

Pentingkah memberikan seks edukasi sedari dini pada anak?

Banyaknya kasus pelecehan seksual terhadap yang terjadi, di antaranya bisa disebabkan oleh anak yang tidak paham mengenai area sensitif dari tubuhnya yang tak boleh disentuh oleh orang asing.

Menurut Christin Wibhowo, yang merupakan dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang, dilansir dari kompas.com, selain sebagai makhluk sosial, manusia juga merupakan makhluk seksual.

Maka dari itu, menurutnya seks edukasi ini sama pentingnya dengan kebutuhan mendasar manusia lainnya. Namun, untuk mengajarkan seks edukasi pada anak, memang harus ada tuntunannya fan tak sembarangan.

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dan cara yang bisa dilakukan dalam memberikan seks edukasi pada anak.

Ajarkan sedari dini

Memberikan seks edukasi pada anak, bukan berarti hanya soal hubungan suami istri saja. Bahkan, Ayah dan Ibu tidal boleh melakukan sentuhan fisik yang berlebihan di depan anak. Karena, akibatnya malah bisa jadi dicontohkan anak.

Pengajaran seks edukasi pada anak ini lebih mengarah pada pengenalan anatomi tubuh, kesehatan tubuh, cara merawat tubuh dan cara bersosial berbekal pengetahua soal tubuh.

Lebih jelasnya, Christin merinci jika seks edukasi pada anak ini harus meliputi dari berbagai sisi. Yakni kognitif, yang terdiri dari cara berpikir, sisi emosi, sisi fisik, dan sisi sosial tentag bagaimana bergaul dengan orang lain yang sesama jenis dan beda jenis.

Baca juga: Anak Bayar Game Online, Si Orang Tua Memarahi Kasir Indomaret

Mudahnya, seks edukasi pada anak ini bisa mulai diberikan ketika anak berusia 1 tahun. Melalui pengenalan toilet training. Saat anak sudah berusia 3-5 tahun, seorang anak baiknya sudah lulus pengajaran paling mendasar ini.

Berikan pengajaran sentuhan aman dan pohon keluarga

Ketika anak sudah di atas usia 3 tahun, umumnya sudah bisa diajak bicara secara verbal. Edukasi bahkan sudah bisa dilakukan melalui permainan hingga lagu-lagu. Maka dari itu, coba kenalkan pohon keluarga pada anak.

Beritahu keluarga inti terdiri dari siapa saja dan mana saja keluarga di luar keluarga inti. Serta beritahu juga siapa yang termasuk orang asing. Tekankan pada anak, jika ada sesuatu yang mengganjal, anak bisa ceritakan pada keluarga inti, yakni Ibu dan Ayah

Selanjutnya orang tua bisa mulai ajari mana sentuhan aman dan tidak aman. Bisa juga dengan menggunakan lagu "Kepala, Pundak, lutut, kaki,". Selain area itu, maka tidak boleh sembarang disentuh.

Baca juga: Menumbuhkan Rasa Kepercayaan Diri Anak dengan Insting Seorang Ibu

Teman bergaul dan akses medsos

Bentuk pergaulan bebas hingga konten dewasa kini bisa menyebar lebih mudah lewat teknologi internet. Nah, anak bisa diberikan pengejaran soal bagaimana batasan bergaul dengan teman sesame jenis dan lawan jenis.

Contohnya, jika dengan teman perempuan, bisa cipika-piki dan berpegangan tangan layaknya anak ke Ibu. Namun, untuk yang lawan jenis, cukup dengan berjabat tangan saja. Biar anak tidak salah pengertian, maka dari itu orang tua jangan tunjukan interaksi bersentuhan berlebihan di depan anak.

Saat anak sedang menggunakan ponselnya, awasi. Ajari anak untuk ikuti peringatan soal batas usia untuk mengakses konten tertentu.

Baca juga: Perjuangan Bukan untuk Diri Sendiri, tetapi untuk Keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun