Jenis autoimun yang dimiliki Enzy Storia ini menyerang bagian sendi. Terutama sendi-sendi kecil yang ada pada tubuh. Misalnya seperti yang ada di tangan dan kaki.
Penderitanya secara umum akan menemukan gejala seperti kemerahan, hangat, pembengkakan dan nyeri pada sendi tersebut. Jenis sakit autoimun ini juga lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki.
4. Myasthenia Gravis
Autoimun jenis ini menyerang bagian otot-otot. Tandanya, otot terasa melemah ketika sore hari. Gejala khasnya, kelopak mata tampak turun di sore dan malam hari.
Baca juga: Belajar dari Seorang Niken Tantyo Sudharmono
5. Psoriasis
Nah, seperti yang sudah disebutkan Cantika di atas, jenis sakit autoimun ini menyerang kulit. Tanda awalnya biasanya kemunculan sisik tebal di kulit pada berbagai tempat. Warna sisik putih perak dengan dasar kulit kemerahan.
Jumlah sisik ini kebanyakan bisa bertambah seiring dengan keadaan stress, infeksi, dan ketika ada luka di kulit. Biasanya yang sering terkena ada di bagian kulit kepala, siku, lutut, telapak tangan, dan kaki. Gangguang lainnya yang dialami penderita, seperti kuku yang lebih tebal, berwarna kekuningan, dan permukaan bergerigi.
6. Sindrom Sjogren
Jenis sakit autoimun satu ini menyerang kelenjar yang meghasilkan air mata serta air liur. Akibatnya kelenjar ini rusak dan tak bisa menghasilkan air mata atau air liur. Jadi, penderitanya biasanya alamin kondisi mata kering atau xeroftalmia.
Gejalanya bisa rasa tidak nyaman dan seperti ada yang mengganjal di bagian mata. Hingga terasa gatal dan perih. Mata kemudian bisa iritasi, memerah dan penglihatan bisa terganggu. Selain itu kekurang air liur juga menyebabkan mulut kering dan mudah sariawan.
Autoimun jenis ini juga bisa serang organ lain, seperti menimbulkan gejala kulit kering, nyeri sendi, diare, pembesaran kelenjar getah bening, gangguan ginjal dan lain sebagainya. Penanganan akhirnya, tergantung dari jenis gejala yang muncul.
Masih ada banyak jenis sakit autoimun lainnya, memang kadang penderita sakit ini tidak langsung menyadari gejala awalnya. Maka baiknya, konsultasikan langsung ke dokter.
Baca juga: Kenali Perbedaan Alergi dan Autoimun