Pada 21 Juni 2021 terjadi sebuah fenomena astronomi yang disebut dengan Titik Balik Matahari atau Solstis. Kabar ini disampaikan oleh LAPAN. Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa tesebut puncak Solstis tahun 2021 jatuh di tanggal 21 Juni.
Apa itu sebenarnya fenomena Titik Balik Matahari ini? Berikut sejumlah fakta fenomena Titik Balik Matahari.
Terbit dan terbenam matahari muncul dari arah berbeda
Menurut Lapan, dengan adanya fenomena Titik Balik Matahari ini untuk para pengamat di belahan bumi utara maupun selatan akan melihat matahari terbit dari arah timur-timur laut kemudian terbenam dari arah barat-barat laut.
Sementara itu daerah berlintang tinggi di bagian selatan akan mendapat matahari yang terbit dari arah timur-timur laut kemudian terbenam di arah barat-barat laut.
Waktu siang lebih lama
Dilansir dari kompas.com, menurut peneliti di Pussainsa Lapan Andi Pangerang menyerbutkan jika fenomena Titik Balik Matahari ini kondisinya ketika matahari berada di paling utara di waktu tengah hari.
Akibatnya, waktu siang menjadi lebih lama, sedangkan untuk belahan bumi bagian selatan, waktu siang menjadi lebih pendek atau sebentar.
Pemaparannya, jika di lintang sedang (<23,5 derajat), Matahari ini akan lebih tinggi saat transit atau kulminasi. Sedangkan untuk di sekitar ekuator, ini tergantung dari belahan bumi mana masyarakat bertempat.
Baca juga: Apa Itu Mugen Tsukuyomi yang Wujudnya Dikaitkan dengan Gerhana Bulan
Dampaknya pada Indonesia
Di Indonesia untuk di Pulau Rote, Titik Balik Matahari Juni ini akan membuat matahari berada pada ketinggian 55,5 derajat  di arah utara.
Penggambarannya, semakin ke utara akan semakin tinggi dan semakin ke selatan akan semakin rendah. Untuk itu  di kota-kota yang dilalui garis balik utara (tropic of cancer) akan semakin rendah.