Mohon tunggu...
Nur Nadhifah
Nur Nadhifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi menulis artikel dan cerita fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Indonesia Mempertahankan Kedaulatan di Tengah Konflik China-Amerika di Laut China Selatan

24 Mei 2024   18:18 Diperbarui: 24 Mei 2024   19:02 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: The New York Times

Sumber: The New York Times
Sumber: The New York Times

Kehadiran Amerika Serikat pada konflik Laut China Selatan menambah kemelut di kawasan Asia Tenggara. Karena Asia Tenggara lah yang bersinggungan dekat dengan Laut China Selatan sehingga konflik yang berkaitan dengannya akan terasa dampaknya kepada mereka.

Konflik di Laut China Selatan, yang telah menjadi perhatian utama dalam studi keamanan internasional, menyoroti kompleksitas geopolitik yang melibatkan AS dan China, serta dampaknya terhadap keamanan nasional negara-negara di kawasan, termasuk Indonesia. Tentu saja, eksistensi konflik ini dalam tatanan keamana global tidak bisa diabaikan.

Indonesia bukan termasuk negara claimant di wilayah Laut China Selatan, namun memiliki kedaulatan di dekat wilayah tersebut. Indonesia secara langsung memiliki perbatasan dengan kawasan Laut China Selatan. Posisi Indonesia yang strategis karena menjadi "Choke Point" antara kawasan Samudra Pasifik dengan kawasan Samudra Hindia menjadikan Indonesia sebagai suatu negara penting karena kawasan lautnya menjadi akses strategis penghubung kedua samudera tersebut.

Untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya, Indonesia melakukan strategi balance of power. Tindakan dilakukan Indonesia untuk menyeimbangkan kekuatan dalam perang dingin antara Amerika Serikat dan China di Laut China Selatan, salah satunya adalah memperkuat strategi pertahanan internal khususnya dalam lingkup pertahanan maritim. Selain itu, Indonesia juga melakukan kerjasama dengan negara-negara lain guna memperkuat kedaulatannya. Antara lain kerjasama ekonomi, politik dan militer.

Karena Indonesia bukan termasuk negara pengklaim kawasan Laut China Selatan, sehingga Indonesia berusaha netral menghadapi pusaran konflik di antara dua kelompok negara. Karena sikap netralitas inilah, Amerika Serikat dan China berusaha menjalin hubungan dengan Indonesia. China dengan kekuatan ekonominya, menawarkan bantuan investasi keuangan. Sedangkan Amerika Serikat dengan kekuatan industri militernya menawarkan bantuan kerjasama militer.

Indonesia menerima kerjasama dengan China dala sektor ekonomi. China menanamkan investasi untuk pembangunan di Indonesia. Hal ini tentu menguntungkan Indonesia guna mencapai pertumbuhan ekonomi. Walaupun penguatan kemandirian ekonomi dan penguatan peran Indonesia dalam diplomasi lebih tinggi daripada penguatan kapasitas pertahanan/militer, namun strategi ini mampu menyokong penguatan pertahanan dan militer Indonesia.

Datangnya banyak pengaruh asing ini menjadi hal yang harus dicermati oleh pemerintah dalam menentukan kebijakan strategis guna mempertahankan kadaulatan Indonesia sebagai salah satu negara netral di kawasan Asia-Pasifik. Jika terjadi konflik antara AS dan China pada kawasan Laut China Selatan, tentunya akan berimplikasi langsung terhadap kedaulatan negara Indonesia di Natuna dan sekitarnya. Dihadapkan dengan pusaran konflik dua negara besar menambah daftar kekhawatiran negara-negara Asia Tenggara terutama Indonesia terkait security dilemma. Laut China Selatan menjadi arena berperang antara China dan Amerika Serikat.

Tindakan provokatif Indonesia tentu akan memancing tindakan balasan yang dapat memicu konflik bersenjata sehingga menjauhkan pemecahan sengketa dengan cara damai. Hal ini akan menimbulkan instabilitas kawasan yang akan mencemaskan investor, mengganggu lalu lintas perdagangan, dan dengan sendirinya akan memengaruhi laju investasi ke ASEAN. Oleh sebab itu, menjaga kedulatan Indonesia, ASEAN dan China harus dilihat tidak terbatas hanya pada masalah sengketa LCS. Sebaliknya, Asia Tenggara mengharapkan keteladanan dari China sebagai negara terbesar di Asia.

Indonesia dan ASEAN menawarkan konsep yang dinamakan ASEAN Outlook for Indo-Pacific (AOIP). AOIP memandang LCS sebagai platform kerja sama negara-negara di Indo-Pasifik untuk membangun perdamaian dan kesejahteraan di kawasan. Konsep AOIP selaras dengan prinsip ASEAN yang dalam sektor keamanan berorientasi untuk berupaya untuk menghindari konflik dan mengedepankan diplomasi damai.

Kehadiaran AOIP yang diprakarsai oleh Indonesia diawali dengan memperkenalkan an Indo-Pacific Framework for Mutually Beneficial Corporataion. Gagasan yang disampaikan Indonesia ialah terbentuknya rasa saling percaya serta menumbuhkan sikap saling berdialog dalam menyelesaikan permasalahan. Dalam AOIP menegaskan bahwa ASEAN berperan sentral dengan tetap memerankan sikap netral terhadap dua kekuatan. Keberadaan ASEAN dalam meredam ketegangan perebutan hegemoni di kawasan Laut China Selatan berupaya menempatkan dirinya sebagai jalan alternatif dari dua kekuatan besar di kawasan. Tentu dengan lahirnya kerangka AOIP serta perjanjian pada tataran regional akan membawa babak baru dalam permasalahan perebutan hegemoni di kawasan Laut China Selatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun