Mohon tunggu...
Nadhela Bamadarensa
Nadhela Bamadarensa Mohon Tunggu... Sekretaris - Mahasiswa

from moon

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelaksanaan Matching Fund Penyusunan Katalog Produk Budaya Desa Plunturan 2021

15 Desember 2021   00:47 Diperbarui: 15 Desember 2021   05:50 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa sastra inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas 17 Agustus 1945 mendapat kesempatan untuk mengikuti program Matching Fund yang dilaksanakan di Desa Plunturan, Kecamatan Pulung, Ponorogo yang berlangsung dari bulan September - Desember 2021. 

Dengan mengikuti berbagai rangkaian kegiatan yang telah direncanakan oleh tim Matching Fund, salah satunya yaitu penyusunan katalog produk budaya.

Desa Plunturan merupakan desa yang kaya akan keanekaragaman budayanya sehingga berpotensi untuk menjadi desa wisata budaya yang diharapkan tidak hanya dikenal oleh kalangan masyarakat Indonesia saja melainkan bisa sampai kewisatawan mancanegara. 

Desa ini memiliki wilayah yang cukup luas, terdiri dari 4 dusun diantaranya ialah dusun Suru, dusun Krajan, dusun Cabean, dan dusun Gadungan. 

Salah satu contoh seni kebudayaan yang bertahan dan lestari hingga saat ini yaitu seni Reyog. Kesenian ini memang sudah tidak asing lagi ditelinga semua orang.

 Kesenian ini sekaligus menjadi ikon khas Kabupaten Ponorogo bahkan sudah mendunia. Versi Reyog pun sangat beragam ada Reyog modern dan juga Reyog kuno. 

Menariknya desa Plunturan ini masih melestarikan Reyog kuno. "Sebenarnya kalau reog itu gaada bedanya cuman ada, sekarang ini ada yang melestarikan reog kuno seperti Mbah Ghani, Mbah Ghani ini yang dilestarikan itu reog kuno" Ujar Mbah Ghani (73), selaku pelaku kesenian yang berasal dari dusun Suru, hingga saat ini masih aktif dalam melestarikan seni Reyog Onggopati.

Tak hanya kesenian dan budayanya saja, kuliner juga memiliki peranan penting dalam menarik minat wisatawan yang akan berkunjung. Kuliner desa Plunturan yang bisa dinikmati ketika sedang berkunjung di desa ini seperti Gulai Cuwo. 

Kuliner yang berasal dari Dusun Gadungan ini memang tidak jauh berbeda dengan bahan utama yang digunakan untuk memasak gulai yaitu daging sapi, kambing, dan ayam. 

Keunikan yang dimiliki Gulai Cuwo ini terletak pada cara penyajiannya yang masih tradisional. Dihidangkan dalam "Cuwo", sejenis magkok kecil yang terbuat dari tanah liat sehingga membuat gulai memiliki cita rasa khas yang nikmat.

Berkaitan dengan kekayaan budaya yang beraneka ragam dan tersebar di desa Plunturan. Maka melalui program Matching Fund ini, kelompok sadar wisata (POKDARWIS) dalam kegiatan Penyusunan Katalog Seni dapat lebih mudah untuk mempromosikan potensi dan kekayaan budaya yang ada di desa Plunturan dengan cara membuat buku katalog desa yang berisi deskripsi dan fakta-fakta mengenai ragam produk budaya terutama bidang kesenian seperti Reyog, Jathilan, Ganongan, Tledekan, Tarian, Gambyong, Karawitan, Coke'an. 

Tidak hanya itu katalog ini juga berisi jenis-jenis kuliner yang ada seperti Nasi Angkruk, Gulai Cuwo, Punten, Pepes Ikan Asin, Nasi Bakar, dan Rujak Buah Cinde Raos.

Kegiatan katalog seni ini juga merupakan upaya agar nilai seni sekaligus nilai-nilai luhur yang ada di desa Plunturan tidak luntur dan tidak hilang ditelan zaman. Agar rasa bangga dan kepedulian melestarikan budaya warisan leluhur inidapat lebih teratanam di generasi muda Indonesia saat ini.

Jika bukan generasi muda yang akan menjadi penerus, lalu siapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun