Mohon tunggu...
nadhan
nadhan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Memancing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Terbaik: Menggali Potensi dan Kreativitas Selama Menjalankan Program Asistensi Mengajar di SMK PGRI 3 Malang

16 Desember 2024   15:07 Diperbarui: 16 Desember 2024   15:05 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan sebagai kunci utama dalam menciptakan generasi penerus yang unggul dan berkarakter. Sebagai calon pendidik, pengalaman menjadi Asisten Mengajar adalah kesempatan emas untuk mendalami dunia pendidikan secara langsung. Salah satu pengalaman terbaik yang pernah saya alami adalah ketika mengikuti program asistensi mengajar di SMK PGRI 3 Malang, khususnya mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Program ini tidak hanya memberikan pengalaman berharga, tetapi juga membuka mata saya terhadap realitas pendidikan, sekaligus membangun hubungan yang bermakna dengan siswa dan guru.

Sebelum memulai program Asistensi Mengajar, saya telah mempersiapkan diri dengan baik. Persiapan tersebut meliputi memahami modul ajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila, menyusun materi pembelajaran, serta menyiapkan strategi pengajaran yang menarik. Meski telah memiliki rencana, perasaan gugup tetap menyelimuti ketika pertama kali menginjakkan kaki di SMK PGRI 3 Malang.
Kesan pertama terhadap sekolah ini sangat positif. Lingkungan sekolah tampak tertib, rapi, dan penuh dengan semangat belajar. Guru-guru dan staf sekolah menyambut saya dengan ramah, memberikan rasa nyaman untuk segera beradaptasi. Saya juga diajak untuk mengenal siswa-siswa yang rencana akan saya ajar. Berinteraksi dengan siswa sejak awal membuat saya memahami karakter mereka, yang kemudian menjadi modal penting dalam menentukan metode pembelajaran.
Selain itu, saya juga mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan Seleksi Siswa Baru (SSB) pada gelombang pertama, sebuah kegiatan yang bertujuan menjaring siswa baru yang potensial dan memberikan mereka pengenalan awal tentang lingkungan sekolah. Hal ini menjadi salah satu pengalaman tambahan yang sangat berharga, karena saya mendapatkan pengalaman baru yaitu mekanisme pendataan Seleksi Siswa Baru (SSB) mulai dari pendaftaran, membuat akun siswa, cek fisik, hingga validasi.
Mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila di SMK PGRI 3 Malang memiliki tantangan tersendiri. Pendidikan Pancasila bukan sekadar mata pelajaran, melainkan wahana untuk menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari. Tantangan utama yang saya temui adalah bagaimana membuat mata pelajaran ini relevan dan menarik bagi siswa.
Pada pertemuan pertama, saya menggunakan metode diskusi kelompok untuk memahami sejauh mana pemahaman siswa terhadap Pancasila. Ternyata, banyak siswa yang memandang Pancasila sebagai konsep yang abstrak dan sulit diterapkan dalam kehidupan mereka. Hal ini memotivasi saya untuk mengubah pendekatan pengajaran agar lebih praktis dan kontekstual.
Salah satu metode yang paling efektif adalah dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Saya menghadirkan kasus-kasus nyata yang relevan dengan kehidupan siswa, seperti toleransi di sekolah untuk mencegah bullying, menerapkan perilkau taat hukum di lingkungan sekolah, dan penerapan hak dan kewajiban dilingkungan sekitar siswa. Siswa diminta untuk berdiskusi dan mencari solusi berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Hasilnya, mereka menjadi lebih antusias dan aktif berpartisipasi. Saya juga sering menggunakan media visual, seperti video pendek atau infografis, untuk menyampaikan materi. Selain itu, saya memperhatikan bahwa siswa di SMK memiliki keunikan tersendiri. Mereka cenderung lebih pragmatis dan membutuhkan contoh konkret dalam memahami suatu konsep. Oleh karena itu, saya sering mengaitkan nilai-nilai Pancasila dengan dunia kerja, mengingat sebagian besar siswa SMK bersiap untuk langsung terjun ke dunia kerja setelah lulus.
Salah satu aspek terbaik dari pengalaman ini adalah interaksi dengan siswa. Saya menemukan bahwa setiap siswa memiliki potensi dan cara belajar yang berbeda. Beberapa siswa sangat antusias ketika berdiskusi, sementara yang lain lebih suka belajar secara mandiri. Saya berusaha untuk mengenali keunikan masing-masing siswa dan menyesuaikan pendekatan saya.
Saya juga sering mengadakan sesi mentoring informal di luar jam pelajaran. Dalam sesi ini, siswa dapat berbagi cerita, bertanya tentang materi, atau bahkan mendiskusikan masalah pribadi. Hubungan yang terjalin tidak hanya sebatas guru dan siswa, tetapi lebih seperti teman yang saling mendukung.
Salah satu momen yang paling berkesan adalah ketika seorang siswa, sebut saja Febryanti, mendatangi saya setelah jam pelajaran untuk berbagi tentang kesulitannya memahami Pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban. Saya menggunakan analogi sederhana dan memberikan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa hari kemudian, Febryanti mengatakan bahwa penjelasan saya membantunya lebih memahami konsep tersebut, dan ia merasa lebih percaya diri untuk berbicara dalam diskusi kelas. Pengalaman ini membuat saya menyadari betapa pentingnya pendekatan personal dalam mengajar.
Selain belajar dari siswa, saya juga mendapatkan banyak wawasan dari guru pendamping/pamong. Guru Pendidikan Pancasila di SMK PGRI 3 Malang sangat berpengalaman dan penuh dedikasi. Beliau tidak hanya memberikan bimbingan dalam menyusun modul pembelajaran, tetapi juga berbagi tips tentang bagaimana menghadapi berbagai situasi di dalam kelas.

Suasana Kelas X DKV A (Sumber: camera handphone)
Suasana Kelas X DKV A (Sumber: camera handphone)

Salah satu pelajaran penting yang saya dapatkan dari guru pamong adalah tentang pentingnya fleksibilitas dalam mengajar. Ada kalanya rencana pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena kondisi siswa atau situasi tertentu. Dalam kondisi seperti ini, saya diajarkan untuk tetap tenang dan mencari solusi terbaik.
Guru pamong juga menekankan pentingnya memberikan apresiasi kepada siswa. Apresiasi, sekecil apa pun, dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Saya menerapkan hal ini dengan memberikan pujian atau penghargaan simbolis kepada siswa yang aktif berpartisipasi atau menunjukkan perkembangan dalam pemahaman mereka.
Tentu saja, pengalaman mengajar ini tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangan terbesar adalah menghadapi siswa yang kurang disiplin atau kurang termotivasi untuk belajar. Pada awalnya, saya merasa kesulitan untuk menarik perhatian siswa yang cenderung pasif atau sibuk dengan hal lain selama pelajaran.
Untuk mengatasi hal ini, saya mencoba pendekatan yang lebih personal. Saya berbicara secara langsung dengan siswa yang bersangkutan untuk memahami penyebab kurangnya motivasi mereka dan memberi apresiasi apabila siswa tersebut berani menyampaiakan pendapatnya. Tetapi dalam beberapa kasus, saya menemukan bahwa siswa tersebut merasa bosan dengan metode pembelajaran yang monoton. Oleh karena itu, saya berusaha menciptakan suasana kelas yang lebih interaktif dan menyenangkan yaitu dengan bermain games.
Pengalaman mengikuti program asistensi mengajar di SMK PGRI 3 Malang memberikan banyak pelajaran berharga. Saya belajar bahwa menjadi seorang pendidik tidak hanya tentang menyampaikan materi, tetapi juga tentang membangun hubungan yang bermakna dengan siswa dan membantu mereka berkembang secara akademik maupun pribadi.
Saya juga menyadari bahwa mengajar adalah proses pembelajaran yang tidak pernah berakhir. Setiap hari di kelas adalah kesempatan untuk belajar hal baru, baik dari siswa, rekan guru, maupun dari pengalaman pribadi. Program ini memperkuat keyakinan saya bahwa pendidikan adalah jalan untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.
Mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila di SMK PGRI 3 Malang adalah pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Program asistensi mengajar ini memberikan kesempatan untuk merasakan langsung tantangan dan kebahagiaan menjadi seorang pendidik. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuan dan keterampilan saya, tetapi juga membentuk saya menjadi pribadi yang lebih sabar, fleksibel, dan peduli.
Melalui pengalaman ini, saya semakin memahami pentingnya peran seorang pendidik dalam membentuk karakter generasi muda. Pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang membangun manusia yang berintegritas dan berkontribusi bagi bangsa. Saya bersyukur telah diberikan kesempatan untuk menjadi bagian dari perjalanan pendidikan di SMK PGRI 3 Malang, dan saya berharap dapat terus memberikan dampak positif di dunia pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun