Mohon tunggu...
rosita widiyanti
rosita widiyanti Mohon Tunggu... -

Orang biasa yang suka belajar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ekspose di Dunia Entertainment

22 April 2010   22:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:38 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya ini hanya curahan hati semata, setelah berlayar dalam lautan luas internet yang membuka mata mengenai dunia entertainment di luar Indonesia, baru terasa betapa banyak yang tertinggal dari dunia Entertainment Indonesia. Yang sangat tertinggal adalah kerja keras.

Selama ini bila membaca kolom berita Entertainment di media , Kompas. com misalnya , selalu yang diutamakan adalah berita keluarga , misalnya perceraian , pernikahan, perselingkuhan (yang terbaru perceraian Rachel Maryam,). Jarang sekali kita membaca mengenai konser band X ke beberapa kota, liputan konser, kerja keras mereka, bagaimana jatuh bangun mereka sampai tingkat popularitas tersebut. Mungkin memang budaya kita untuk tidak menonjolkan kerja keras / hardship yang telah kita lalui selama ini, tetapi sebenarnya liputan mengenai kerja keras para pekerja entertainment ini akan sangat mendorong perkembangan kaum muda di Indonesia.

Jika hanya family bussines saja yang diekspose, maka banyak misinterprestasi yang akan muncul :


  • Kaum muda menganggap bahwa jika punya bakat , maka akan gampang tenar. Hal inilah yang menyebabkan Indonesian Idol laris manis. Lihatlah hasilnya sekarang, apakah ada hasil Indonesian Idol yang mencuat namanya , itu cuma mimpi bung! Ingat , kesuksesan adala 1% bakat dan 99 % kerja keras.
  • Jika kita membuat sesuatu yang sensasional maka akan segera terkenal dengan cepat, contohnya Ponari, Ryan sang pembunuh berantai, Mbah Surip.
  • Untuk menjaga ketenaran, maka perlu dibuat skandal-skandal misalnya perceraian, perselingkuhan. Yang paling gress adalah Anang dan Syahrini yang jadi bintang iklan setelah digosipkan pacaran.
  • Bahwa tidak masalah jika kita menjadi bejat, asalkan terkenal, misalnya Gary Iskak yang ingin menceraikan istrinya yang sedang hamil.

Padahal banyak ekspose positif yang dapat dibuat mengenai entertainer Indonesia , misalnya Agnes Monica yang setiap tahun menjadi langganan Awards, dia memang latihan keras dengan dancernya, memoles imagenya agar sesuai dengan lagu yang dia bawakan, semua performance panggungnya benar-benar bagus dan terencana, tidak asal nyanyi. Sehingga pantaslah kalau dia menjadi langganan Awards, , bahkan bisa ke Asian Concert di Korea. Juga perjalanan karir Kangen Band, dari band kelas teri yang akhirnyabisa terkenal nasional dan menunjukkan kemajuannya.

Ekspose media saat ini memang mengacu pada ekspose gaya barat yang selebritisnya ancur-ancuran. Padahal diluar kehidupan selebritis barat yang ancur-ancuran itu, karya mereka memang sangat bagus dan diakui di dunia. Kerja keras mereka untuk sampai ke titik popularitas tersebut juga tidak main-main. Misalnya Jennifer Lopez yang harus berangkat dari rumahnya ( di Bronx –daerah yang kumuh) setiap hari naik kereta untuk berlatih dance dan music. Atau David Beckham yang setiap hari berlatih menyepak bola dari kecil tanpa kenal hujan dan panas. Bahkan Beatles pun harus manggung dari café ke café, ditolak sana-sini sehingga bisa terkenal. Semua itu jika diekspose dengan baik , malah akan memberi contoh bahwa siapa saja jika bekerja keras akan sukses .

Saya harap ekspose negative semacam ini bukan karena budaya Asia yang doyan gossip (sepertinya budaya Indonesia deh) karena tetangga-tetangga kita juga tidak begitu-begitu amat. Contoh terdekat adalah Jepang dan Korea yang mampu membangun dunia Entertainmentnya dengan baik ( Japanese pop menduduki rangking kedua di Dunia, dan Korean Tourism Board menggunakan Korean Idol dalam iklannya untuk menarik wisatawan). Mungkin ini disebabkan kultur entertainment mereka yang berbeda, dimana mereka mengutamakan konsep idol. Mereka menyadari betul entertainer yang muncul di media adalah idola dan panutan masyarakat sehingga imagenya harus sempurna. Sebisa mungkin berita yang negative dikurangi. Sehingga jika dilihatberita yang muncul di Koran atau majalah biasanya adalah berita mengenai pertunjukan, karya-karya yang mereka buat. Memang terdengar membosankan tetapi itu justru mendorong mereka untuk menghasilkan banyak karya sehingga penonton tidak bosan dan nama mereka tetap terdengar. Untuk berita-berita yang negative justru didapatkan dari situs-situs pribadi di Internet, forum diskusi, fansite dan bukan dari Koran atau majalah resmi.

Jika sampai ada berita negative yang keluar, punishment yang akan diberikan akan sangat berat. Mungkin system punishment ini perlu juga di Indonesia. Misalnya Tiger Wood, skandal dia menyebabkan banyak iklan yang dicancel, Kasus anggota SMAP jepang yang bugil di depan umum, menyebabkan iklan dia di Toyota di cancel. Dan jika mereka ingin kembali lagi ke depan public , mereka harus mengadakan konferensi pers dan bekerja keras lagi untuk memperbaiki citra yang rusak. Coba kalau di Indonesia , artis yang pake narkoba tetap maju aja tuh.

Saya tidak tahu apa yang salah dengan Indonesia, tetapi saya tetap berharap agar ke depannya kita dapat memperbaiki diri lebih baik. Stop negative thinking.

Always keep the faith. !!!

TVXQ lovers

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun