Mohon tunggu...
Nades Medan (Pong Olin)
Nades Medan (Pong Olin) Mohon Tunggu... Guru - Melihat dunia dengan genggaman teknologi

Belajar berbagi dengan sesama tanpa memandang latar belakang. Pernah menjadi wartawan harian lokal, tapi karena tidak bisa seide dengan pemred yang otoriter, aku keluar dan kembali menekuni profesi sebagai pendidik, kembali mengabdikan ilmu pengetahuan sesuai latar belakang pendidikan profesi yang aku dapat selama delapan semester di bangku kuliah. Aku ayah dua orang putri dan suami dari seorang perempuan berdarah Manado dan Toraja, Jean seorang perempuan tangguh yang 50% Toraja dan 50% Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik

Reformasi adalah Masa Balas Dendam

28 April 2012   04:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:01 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyimak perjalanan hidup sebagai warga Indonesia, dari tahun ke tahun terpampang di depan mata gambaran kehidupan yang kian menakutkan. Banyak warga negara yang resah, takut dan gelisah sepanjang perjalanan kehidupannya sebagai warga negara ? Betapa tidak, hari-hari hidup yang dijalani adalah hari-hari yang menakutkan, hari-hari yang tidak aman, hari-hari yang selalu diwarnai tangis dan raungan suara kematian, derai air mata anak-anak bangsa kian hari kian menetes.

Masa pemerintahan di republik ini adalah masa pemerintahan yang tidak menjamin ketenangan dan kedamaian hidup warga negara ini. Di masa orde baru dibawah kepemimpinan resim Soeharto yang memerintah dengan tangan besi, kebebasan dan keinginan berpendapat dikekang. Akses informasi sangat terbatas, dan hak politik terbelenggu. Hak asasi hanya omongan belaka di kalangan pejabat negara dan pejabat pemerintahan. Tentara dan Polisi menjadi alat negara untuk menekan rakyat dengan senjata.

Pada masa orde baru, demokrasi dipraktekkan secara sepihak oleh penguasa demi melanggengkan jalannya kolusi dan nepotisme yang memuluskan jalannya korupsi.

Sekarang, hampir 14 tahun masa reformasi berjalan sebagai masa pembalasan terhadap masa orde baru. Lahirnya masa reformasi yang dimotori oleh aktivis mahasiswa adalah puncak dari ketidak sabaran dan kemarahan terhadap kesaliman Soeharto bersama kroninya yang berkuasa lebih 30 tahun. Dari tahun ke tahun, pemerintahan reformasi yang diharapkan akan menjamin dan menjanjikan kenyamanan dan ketentraman hidup di negeri ini, justru menjadi masa yang makin menakutkan.

Anarkisme warga Negara dan kelompok-kelompok masyarakat berlomba mengisi ruang-ruang informasi di berbagai media. Penggusuran lapak-lapak pedagang kaki lima menjadi pemandangan yang lumrah. Pembangunan mega proyek di kota-kota besar memperpanjang antrian koruptor. Ketimpangan penegakan hukum, telah mengantarkan banyak warga miskinj ke ruang penjara dan melenggangkan jalan bebas bagi para pencuri harta negara.

Masa reformasi adalah masa balas dendam terhadap orde baru. Kebebasan tak lagi terkendali dengan aksi-aksi penculikan, pembunuhan dan saling serang antar kelompok-kelompok masyarakat, baik itu diperkotaan maupun di desa-desa di pinggiran hutan. Generasi bangsa yang masih belia, yang masih duduk di bangku sekolah sudah berani turun jalan saling berhadapan dengan mempersenjatai diri saling mengancam dan saling mendahulu mengantarkan sesamanya ke liang lahat. Geng-geng motor bermunculan memperlihatkan identitas anarkismesnya.

Di masa reformasi ini, lahir pula partai-partai politik yang mahir menggoda rakyat dengan janji-janji perbaikan fasilitas umum, janji-janji tentang kemanan dan kenyamanan serta kesejahteraan, tapi ujung-ujungnya adalah memupuk tumbuh suburnya korupsi dan ketimpangan di berbagai bidang.

Masa orde baru mendegungkan dan mengumandangkan tegaknya NKRI dengan pilar Pancasila dan UUD 1945 dengan iming-iming kemakmuran yang merata dan konsep apik GBHN serta praktek repelita yang dijalankan dengan pemilu yang diformalkan.

Masa reformasi mempertontonkan ketimpangan sosial, melebarnya jurang antara rakyat dan penguasa yang satu selimut dan satu bantal dengan pengusaha. Masa reformasi melahirkan partai-partai politik yang begitu lahir langsung pandai merayu, menebar pesona mencari simpati dukungan menuju ke kursi kekuasaan yang korup dan jalan penindasan.

Orde lama, orde baru dan refomasi adalah Indonesia yang masih ada dalam banyangan.

Parepare, 28 April 2012

Opini Kegelisahan

Nades Medan

Komposianer dari kota kecil di pulau Sulawesi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun