Oleh: Kortal Nadeak
Guru SD yang belajar menulis.
Sebelumnya saya menceritakan sejarah singkat saya di Kompasiana sebelum saya melanjutkan artikel ini. Tahun 2014, secara tak sengaja saya membaca sebuah artikel menarik yang ditulis oleh Daniel H.T. Akhirnya saya mengetahui bahwa artikel itu ditulis di media warga Kompasiana. Setiap hari saya membuka Kompasiana dan akhirnya semakin tertarik karena kualitas artikel-artikelnya sangat baik dan saya kira para penulisnya adalah lulusan S3. Sebut saja artikel yang ditulis Pakde Kartono, Ninoy N Karundeng, Gunawan, dan masih banyak lagi yang tidak saya tuliskan di sini. Awalnya saya tidak berani bergabung di Kompasiana apalagi nekat menuliskan artikel, namun karena rata-rata penulis Kompasiana adalah pribadi yang menyenangkan dan terbuka, akhirnya saya memberanikan diri bergabung meskipun saya sadar bahwa kualitas tulisan saya tidak mungkin sebaik para senior saya di Kompasiana.
Saya memutuskan bergabung di Kompasiana pada tanggal 22 November 2014 dan telah menulis 9 artikel, 3 di antaranya mendapat label highlight dari admin Kompasiana yang baik hatinya. Artikel saya sudah dilihat oleh 1.189 orang, dengan jumlah komentar 24, dan rating 15. Akan tetapi saya tidak pernah membalas komentar yang “nangkring” di bawah artikel saya meskipun tulisan saya mendapat predikat aktual atau menarik. Saya bahkan tidak pernah mengomentari tulisan bermutu yang saya baca setiap hari. Tulisan-tulisan tersebut telah menambah wawasan saya akan berbagai hal, termasuk dalam kategori politik, humaniora, edukasi, ekonomi, dan fiksi, namun saya tetap tidak berkomentar atau menilai tulisan itu. Anda sudah pasti sudah tahu betapa sombongnya saya, bukan?
Para warga Kompasiana yang membaca artikel ini, secara jujur saya sebenarnya ingin sekali ikut mengomentari artikel-artikel yang ada di Kompasiana. Bagaimanapun jika saya ingin mendapat komentar atau mendapat nilai, maka saya juga harus mengomentari dan menilai tulisan orang lain. Akan tetapi karena kendala sinyal di kampungku sangat lemah dan hanya mengandalkan sinyal EDGE dengan kecepatan rata-rata 6 kb/s. Setiap kali saya mau menuliskan artikel di Kompasiana, saya butuh waktu minimal 15 menit mulai dari menghidupkan komputer, memasang modem, dan mempublikasikannya. Jadi, jika saya ingin menulis artikel, saya harus menuliskannya terlebih dahulu di Word 2007 lalu mengkopikannya di Kompasiana. Selanjutnya saya akan memantau tulisan saya lewat handphone saya yang juga hanya mendapat sinyal EDGE. Saya sudah berulang kali login agar saya bisa menulis atau mengomentari lewat handphone, namun saya tetap gagal. Mungkin handphone saya belum mendukung, sinyal kurang baik, atau saya tidak mengetahui cara login yang benar.
Sebenarnya lewat tulisan ini saya ingin provider telekomunikasi menyediakan sinyal 3G di kampung saya. Banyak hal positif yang mungkin dapat saya lakukan jika sinyal bagus telah tersedia, misalnya saya akan membuat blog berisi konten edukasi. Saya yakin sekali, lewat tulisan saya di Kompasiana, pihak yang berotoritas akan mengetahui keadaan di kampung saya. Mengapa saya sangat yakin? Karena para menteri, politikus, bahkan presiden pun membaca tulisan-tulisan di Kompasiana. Buktinya, beberapa penulis artikel handal Kompasiana sudah pernah diundang ke istana negara. Semoga penyebab kesombongan saya didengar dan akhirnya saya memiliki kesempatan lebih luas untuk tetap menulis. Terima kasih Kompasiana, semoga tetap jaya!
***
Desa Muarabolak, Kecamatan Sosorgadong, Kabupaten Tapanuli Tengah
Menulis di Word 2007 sambil menunggu halaman login muncul 10 menit kemudian….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H