Mohon tunggu...
Nadia Basri
Nadia Basri Mohon Tunggu... -

Pembelajar, Economicholic, Love My Country Indonesia. (Study at The Business School, Bournemouth University, UK)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Memahami Manuver Jokowi Hadapi Perang Dagang AS-China

9 Juli 2018   19:42 Diperbarui: 9 Juli 2018   19:57 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perang dagang as-china. sumber : Tribunnews.com

Demikian juga harga minyak dunia yang terus melonjak, itu semua dampak dari cemasnya perekonomian dunia dari kondisi perang dagang tersebut.

Bagi Indonesia, perang dagang secara tidak langsung akan berdampak, baik positif maupun negatif. Dampak positif dapat diraih bila pemerintah Indonesia memanfaatkan peluang untuk meningkatkan ekspornya.

AS tentu saja akan mencari pasar baru untuk mengimpor barang selain dari China yang biayanya ditingkatkan, begitu pun dengan China. Peluang Indonesia untuk menggenjot ekspornya sehingga akan tercapai surplus neraca perdagangan dalam hal ini terbuka lebar.

Sebaliknya, jika tidak dapat memanfaatkan peluang, Indonesia akan terkena dampak negatif. Dengan kondisi perekonomian yang melambat karena ketidakpastian global, barang -- barang Indonesia di pasar global (jika tidak kompetitif harganya) akan tidak diminati. Rendahnya ekspor akan membuat neraca perdagangan RI defisit, sehingga rupiah pun melemah.

Dari hasil Ratas di Istana Bogor hari ini, pemerintah menegaskan akan memaksimalkan tool fiscal, yaitu harmonisasi bea masuk, bea keluar, dan juga substitusi impor.

Pemerintah akan membiayai SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) kepada UMKM yang bergerak di bidang furniture, biaya operasional pengrajin pun akan semakin rendah. Hal itu berdampak produk Indonesia memiliki harga yang lebih murah di pasar global, eskpor pun dapat ditingkatkan.

Selain itu, pemerintah menegaskan akan meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri dalam pengadaan barang pemerintah. Hal itu guna menekan impor, sehingga surplus dapat tercapai.

Pemerintah pun tengah mempertimbangkan untuk memberikan insentif untuk melakukan relokasi pabrik yang sudah padat karya, misalnya dari Jawa Barat ke Jawa Tengah. Dengan upah buruh (biaya operasional) yang lebih murah di Jawa Tengah, barang yang diproduksi dari dalam negeri pun akan memiliki harga yang relatif bersaing di pasar global.

Sebagai orang yang terbiasa mempelajari ekonomi, langkah Indonesia perlu diapresiasi. Saat ini tidak ada satu pun negara di dunia yang dapat menghindari dampak perang dagang. Yang dapat dilakukan ialah menghadapinya dengan berbagai manuver kebijakan ekonomi. Manuver yang dilakukan oleh Indonesia saat ini pun berada di jalur yang benar, yaitu berusaha menjadi pengekspor alternatif.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun