Di media sosial banyak selebrity yang di bully netizennya dan di maki-maki hatersnya. Ternyata, bukan hanya selebrity, pejabat juga banyak hatersnya. Mana buktinya? Buktinya, saat kemarin di Jakarta ramai pilgub ramai pula media sosial dengan status macam-macam yang isinya kebencian. Para haters dari pejabat A mencela, lalu haters pejabat B juga tidak kalah makiannya. Kenapa ya begitu?
Sekarang kebencian kok sepertinya hal yang lumrah. Benci dengan orang, bisa dengan bebasnya dilakukan. Padahal, dulu orang tidak enak mengkritik orang lain apalagi membencinya. Mau mengkritik orang saja kita tidak enak, bahkan kita minta maaf sebelum memberikan kritik, agar orang yang kita kritik tidak sakit hati. Tapi sekarang zamannya sudah berubah, orang bisa bangga dengan sebutan “haters”. Sampai ada akun “haters” bagi selebrity A, B, C, sampai Z di media sosial. Di akun tersebut haters selebrity A akan selalu memaki dan mencela, selebrity yang dibencinya itu. Tujuannya mungkin bukan untuk memberikan kritik yang membangun, tetapi untuk sekedar memaki dan mencela.
Fenomena apa ya yang terjadi sekarang?
Sebenarnya kan, kita boleh menjadi kritikus tapi bukan menjadi “haters”. Kritiklah dengan santun untuk evaluasi bagi orang yang dikritik. Bukan celaan, makian, apalagi kebencian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H