Mohon tunggu...
Nada Taufik
Nada Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seorang writer, producer film, stand up comedian, fotografer, mentor Ketofastosis, business woman yang bergerak dibidang Bags dan Fashion. Pernah bergerak dibidang tarik suara (singer), Host dan MC.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Gibran Rakabuming Raka

26 Juli 2023   15:58 Diperbarui: 26 Juli 2023   16:10 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum dimulai saya mengingatkan bahwa tulisan ini saya tulis sebagai penilaian pribadi saya ya, jika ada kesalahan dalam penyampaian mohon di maafkan.

Siapa yang tak kenal dengan putra sulung Pak Joko Widodo (Presiden Indonesia ke 7) ini, mas Gibran Rakabuming Raka. Sesuai dengan catatan pada wikipedia bahwa mas Gibran (nama panggilan akrabnya) lahir di Surakarta, Solo pada tanggal 1 Oktober 1987. Wah lebih muda 5 tahun dari saya, hehe... 

Saya mulai tertarik mengikuti sosoknya ketika banyak hujatan-hujatan datang di media sosial untuk dirinya dan keluarga besarnya, apalagi dia bisa trending di twitter karena jawaban-jawaban yang dilontarkannya terkadang lucu-lucu dan membuat menarik netizen.

Sepengetahuan yang saya dapatkan kenapa akhirnya beliau memutuskan untuk berkiprah menjadi wali kota Solo, karena beliau ingin mengabdi untuk kota kelahirannya di Surakarta, Solo. Lebih tepatnya mungkin mengabdi ya, karena dia merasa adalah salah satu putra daerah disana.

Semenjak kepemimpinannya, kota Solo terus menjadi perbincangan di media sosial dari revitalisasi kota Solo yang sedemikian rupa hingga mengirimkan UMKM dan ikut serta dalam acara fashion show di Paris. Semua dilakukan mas Gibran Rakabuming Raka hanya untuk mengenalkan pada dunia tentang budaya dan hasil dari Indonesia yang selama ini mungkin tidak banyak orang tau.

Pada tahun 2000 an kebetulan saya belajar di negara Amerika, tepatnya di salah satu bagian California. Saat itu saya masih sangat ingat bagaimana orang-orang sana bingung dan terlihat aneh ketika saya bilang datang dari Indonesia. Banyak dari mereka berpikir bahwa Indonesia itu adalah salah satu kota di salah satu negara Bali. Jadi yang lebih dikenal di luar negri itu hanya kota Bali, yang seharusnya kota didalam Indonesia tapi ini pengetahuan mereka terbalik. 

Banyak orang luar negri juga bertanya-tanya letak Indonesia, apakah Indonesia mempunyai listrik, apa sudah ada TV atau mobil? Saya hanya tertawa geli, karena mereka berpikir bahwa Indonesia adalah negara hutan yang tidak banyak kehidupan modern. Padahal di Indonesia sendiri, internet pada tahun 2000 sudah ada, saya pribadi sudah mengenal yang namanya email dan internet menggunakan koneksi dial-up atau telfon yang biasa digunakan orangtua saya untuk mengirimkan email kepada saya.

Melihat hal yang dilakukan mas Gibran Rakabuming ini, saya sangat senang sekali. Setidaknya orang luar akan mengenal Indonesia jauh lebih dalam kebanding hanya bertanya, "Indonesia itu dimana? Apa itu kota disebelah Bali?" atau sekedar menerka-nerka apakah Indonesia sudah mempunya listrik atau lampu untuk kehidupan. Sangat disayangkan sekali bahwa pemimpin sebelumnya tidak sampai berpikir kearah sana, alhamdulillah ada pemimpin seperti presiden Joko Widodo dan anaknya yang dapat memperkenalkan Indonesia lebih jauh lagi.

Tak lama setelah itu, kita bisa melihat sendiri bahwa kota Solo saat ini sudah jauh berbeda dari sebelumnya. Pada tahun 2005 saya sempat singgah di kota Solo, saat itu terlihat tidak banyak kehidupan disana karena jalanan sepi, banyak yang rusak, gedung-gedung juga terlihat tidak terawat, terutama Studio rekaman pertama yang di Indonesia, Lokananta. Saya bahkan menyangka gedung itu pasti gedung hantu karena tidak menarik sama sekali dari luar, bisa dibilang sudah mau runtuh. Setelah pembangunan di masa pak Jokowi dan mas Gibran, saya melihat kota Solo sangat berubah dan modern. Banyak sekali jalan-jalan yang sudah diperbaiki, lampu jalan banyak menghiasi kota ini dan saya sangat tertarik untuk datang kembali ke studio Lokananta yang tadinya saya lihat gedung hantu tersebut. 

Menariknya lagi sekarang kebun binatang Safari tak hanya ada di Bogor ataupun Bali tapi sudah ada juga di kota Solo, untuk tempat yang satu ini saya belum mengunjunginya tapi saya melihat dari berita, foto dan media yang sudah di dokumentasikan bahwa tempat ini salah satu destinasi wisata yang menarik dan tak kalah menariknya dari Safari di kota-kota besar lainnya. 

Saya tidak akan menyenggol tentang politik ya disini, ini adalah benar-benar dari pandangan saya pribadi yang bukan orang politik. Jadi saya melihat sosok mas Gibran Rakabuming Raka ini bukan hanya sekedar anak presiden yang dibilang orang hanya duduk termenung dan mengambil hasil dari bapaknya, justru dia sendiri yang bergerak, mencari dana, memberikan ide untuk perkembangan dan pembangunan di kota Solo. Saya tidak setuju jika mas Gibran dibilang "aji mumpung" bapaknya seorang presiden lalu dia berkiprah di politik, karena yang saya lihat sendiri mas Gibran berjuang sendiri tanpa relawan-relawan bapaknya. 

Perjuangan mas Gibran juga bukan kaleng-kaleng, dia berusaha dari bawah menyusun tim nya sendiri, menyusun rencana-rencana pembangunannya sendiri, bahkan yang saya salut dari beliau adalah gaji yang seharusnya menjadi hak nya sebagai wali kota Solo tidak pernah dia ambil karena dia mengalokasikan untuk pembangunan Solo. Wih canggih banget kan, sosok ini benar-benar keren, sayang saja dibalik itu semua banyak yang masih memandang sosoknya sebagai sosok "Anak Ingusan" atau "Anak kemarin Sore", sementara tidak pernah mau tau apa yang sudah dia kerjakan dari awal.

Mas Gibran Rakabuming Raka terlihat sosok yang cuek, walaupun sebenarnya dia adalah sosok yang menurut saya sangat perhatian, bekerja keras dan tidak mau menggunakan nama bapaknya hanya untuk kepentingan pribadinya. Dia menolak untuk selalu di dampingi paspampres dan saya pernah melihat dirinya benar-benar sosok yang berjalan sendiri, tanpa pendampingan siapapun juga.

Saya juga sempat bertemu dengan beliau dari kejauhan di airport dan dia menggunakan kelas ekonomi sama seperti yang lainnya, dia juga ikut mengantri diantara penumpang-penumpang lainnya, sosok ini benar-benar berbeda dari anak-anak presiden yang mungkin pernah dikenal didalam masyarakat.

Yang lucunya itu adalah mas Gibran selalu dipanggil media untuk wawancara tapi sebelum shooting dimulai, dia selalu meminta untuk tidak di make up karena mukanya alergi dan tidak suka digunakan hal-hal macam itu. Dia selalu ingin tampil apa adanya dan tidak pernah basa-basi. Tidak banyak anak pejabat seperti beliau yang tidak banyak bicara tapi terlihat hasil-hasil kerja nyatanya.

Menurut saya nih ya, semua orang pasti punya pro dan kontra termasuk keluarga presiden apalagi mas Gibran kakak beradik yang sering sekali menjadi sorotan. Saya selalu mencari tahu kebenarannya, membaca, melihat, bahkan kenal dekat agar tidak salah menilai orang lain. Saya yakin semua manusia diberikan sifat baik dan sifat buruk, tapi jika sifat baik lebih tinggi biasanya banyak orang yang tidak suka bahkan mungkin akan membencinya. Cuma buat apa membenci orang lain, sementara diri kita sendiri juga belum sempurna?

Politik itu jahat, kawan. Memang sangat jahat, karena orang bisa saja main hantam dan saling mengirimkan hoax. Jarang akhir-akhir ini saya melihat politik itu saling membangun atau saling berlomba untuk perkembangan Indonesia. Dari isu-isu yang beredar, saya melihat bahwa politik semakin kesini semakin minus etika. Kalau memang mau bersaing, bersaing lah yang sehat, positif, bangunlah Indonesia dengan baik dan benar setidaknya negara luar akan memandang kita warga cerdas bukan rakyat yang kerjaannya cuma main jotos-jotos dengan yang lain. Apalagi kalau sudah isu agama, sepertinya rakyat dibuat menjadi orang yang sangat bodoh. Sementara didalam semua agama sudah diajarkan dalam hidup, beribadah untuk Tuhan. Bukan sibuk dengan memandang negatif suatu agama lalu mencampur adukan dengan kepentingan politik, apalagi kalau sampai menghasut orang lain hanya untuk kepentingan pribadi. Sangat disayangkan sekali, rakyat tidak berkembang dalam pemikiran.

Jika saja rakyat cerdas dan mampu untuk menggunakan logika, Indonesia sudah damai dari dulu. Tidak ada sosok-sosok yang dijelekkan, justru dibantu untuk membangun Indonesia lebih baik lagi dan memperkenalkannya ke negara luar. Apa tidak malu kalau sampai sekarang, Indonesia hanya di pandang sebelah mata oleh negara luar? Bergabunglah seluruh rakyat Indonesia, agar pesta demokrasi kali ini memajukan kita semua tanpa harus menilai negatif seseorang.

Kalau saja semua rakyat Indonesia berpikir untuk saling berlomba kebaikan dan membangun Indonesia dengan hati yang ikhlas, saya merasa negara kita sudah jauh lebih berkembang dari negara luar lainnya. 

Kembali ke sosok mas Gibran Rakabuming Raka lagi ya, sosok ini yang terkenal cuek, pendiam dan tidak banyak cawe-cawe (cerewet) selalu menggunakan kemeja atau kaos yang bikin salah fokus para netizen. Saya pribadi selalu kagum dengan pakaian yang digunakan oleh dirinya. Terkadang karena kepo (ingin tahu) saya sempat search di ecommerce kemeja nya merek apa ya, harganya berapa. Salah satu cara dari mas Gibran sendiri untuk mengenalkan produk-produk lokal Indonesia yang tidak kalah menarik dari produk luar negri.

Cara mas Gibran untuk memperkenalkan produk lokal ini terlihat dari awal dia menjadi anak presiden, walaupun sebelumnya masih kurang ya "Fashion" nya tapi sekarang-sekarang ini cukup booming dan salfok (salah fokus) yang melihat dikarenakan motif serta warna pilihannya yang terang dan keren-keren untuk anak muda. Beberapa artis dan publik figur pun meniru pakaian kemeja yang digunakannya, wih keren kan? Mas Gibran sekaligus menjadi model dalam busana-busana produk lokal.

Kalau ditanya apakah tidak ada negatifnya mas Gibran? Sayangnya saya tidak diajarkan untuk melihat "kejelekannya" seseorang jadi lebih menarik "positif" dari seseorang tersebut. Sudah pasti sebagai manusia yang hidup di dunia memiliki kelebihan dan kekurangan tapi apabila kita selalu melihat kelebihan seseorang, maka kita akan menghargainya dan menjadikan kekurangan seseorang pun tidak terlihat sama sekali. Bukan begitu??? 

Sekian saja menurut pandangan saya sebagai netizen dan penulis tentang mas Gibran Rakabuming Raka. Sekali lagi saya tidak dibayar mas Gibran untuk menuliskan ini, ini jujur dari penilaian saya sebagai netizen yang hobi menulis. Terima kasih banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun