"Wah ini pasti kacau nih mol, gue bingung ntar balik naik apa?" tanyanya dengan abang ojek didepannya.
      "Tenang aja bang, kalau mau ditungguin, saya tunggin!" kata abang ojek itu menjawab pertanyaanya. Sekilas ia melihat seorang berambut panjang dengan daster merah berdiri menunggu di depan halte, Redy heran melihatnya seperti sosok yang ia kenal. "Kok itu orang diam saja? Apa tidak takut ya?" tanyanya dalam hati. Semakin ramai keadaan disana, untung ojek yang ditumpanginya cepat berjalan. Akhirnya mereka berdua dapat lepas dari daerah itu dan menuju kearah kampus dengan aman.
      Sesampainya di kampus, abang ojek itu masih tetap menunggu di luar pagar. Redy belum memberikan jawaban apakah akan langsung pulang atau menunggu dosen nya. Sementara waktu keadaan kampus sepi, tidak ada mahasiswa yang berseliweran di parkiran. Keadaan kampus yang biasanya ramai, sepi seperti kuburan. Redy berlari kearah kelas, ternyata semua kelas tutup dengan tulisan didepannya, "DI LIBURKAN!". Redy menghela nafas panjang, sepertinya kerusuhan ini sudah sampai disini. Redy lalu berlari kembali ke luar untuk menghampiri abang ojek. Abang ojek menunggu di luar pagar kampus sambil sembunyi tapi untung Redy langsung melihatnya.
      "Bang, ayo bang! Sudah ramai ini!" kata Redy langsung loncat ke motor.
      "Kita tidak bisa lewat jalan tadi, bang. Harus berputar ke belakang, karena jalan protokol semanggi sampai kampus Trisakti sudah diserbu warga dan mahasiswa!" katanya sambil berlari menuju motornya.
      "Hah? Kok bisa? Tau dari mana?" tanya Redy pada tukang ojek.
      "Benar bang, tadi saya nonton TV kecil tuh punya tukang warung. Saya lihat di TV sudah ramai di depan jalan Semanggi, MPR dan Trisakti. Apalagi Slipi jaya bang, itu kan satu jalur." Katanya panik kepada Redy. Alhasil mereka berdua berputar-putar mencari jalan kearah Slipi tapi semuanya sudah di tutup oleh tank dan mobil-mobil polisi. Dari kejauhan mereka lihat beberapa ada yang bermain dengan api, akhirnya memutuskan untuk putar balik.
      "Sepertinya tidak aman nih bang, kita tunggu saja di daerah selatan." Kata Redy kepada tukang ojek tersebut. Tukang ojek langsung memutar arah balik kearah Sudirman. Mereka berdua bingung harus kemana, semua jalan ditutup dan tidak dapat dilewati. Mereka lihat jalan sudirman sudah seperti lautan manusia.
      "Duh, kemana nih kita?" tanya Redy sambil melihat kearah depan jalan.
      "Saya punya saudara daerah Karet bang, kalau mau kita singgah dulu disitu." Tanyanya sama Redy.
      "Baiklah bang, sepertinya itu pilihan tepat!" jawab Redy dan motor pun melaju dengan cepat.