Mohon tunggu...
Nada Nadhifah
Nada Nadhifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Content Writer

Jangan diliat aja, ayo saling follow dan saling membantu!

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Awas, Jangan Salah Tafsir! Kenali Perbedaan Definisi Cinta dan Obsesi yang Beda Tipis

9 April 2023   21:04 Diperbarui: 9 April 2023   21:09 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi contoh seseorang yang merasakan cinta yang tulus dari pasangannya | pexels: Jonathan Borba 

Biasanya obsesi itu lebih mengarah pada sikap posesif, seseorang akan menunjukkan sikap posesifnya yang ekstrem apabila ia merasa pasangannya diganggu atau melihat kedekatan antarkeduanya. Apabila orang itu merasa dalam bahaya, maka ia biasanya lebih menyalahkan pasangannya atau kemungkinan akan berpikiran negatif terhadap pasangannya. 

Ia akan marah-marah atau bisa lebih yaitu main tangan dibandingkan dengan berkomunikasi atau berbicara baik-baik kepada pasangannya. Jika kamu mengalami hal tersebut, sebaiknya cepat untuk mengambil suatu keputusan!

Saya sedikit cerita terkait pengalaman saya, yang mana pada situasi ketika ada teman cowok saya yang menyukai saya. Kami sudah lama kenal sekitar 4 tahun lebih hingga sekarang. 

Namun tindakan teman saya ini membuat saya tidak nyaman sebab saya merasa ia terlalu berlebihan dalam memberikan cinta kepada saya. Jujur saja, saya tidak bisa merasakan cinta yang tulus darinya. Padahal ia sendiri yang mengatakan secara tidak langsung melalui story WhatsApp bahwa ia tulus mencintai. 

Namun, tindakannya membuat seseorang yang ia sukai merasa tidak nyaman atau terganggu. Contohnya seperti ketika saya sedang bermain dengan teman SD saya, namun cowok itu merasa cemburu bahkan tanpa sepengetahuan saya, ia tiba-tiba chat teman SD saya (karena teman SD saya yang memberitahunya), saat itu saya merasa tidak nyaman seperti sedang dipantau padahal ia bukan pacar saya, hanya teman dekat. 

Cowok tersebut langsung chat saya lagi, kemudian saya membalas chatnya dan mengatakan untuk apa ia chat teman SD saya? 

Saya juga mengatakan jika tindakannya itu sangat tidak etis, bagaimana tidak? Ia lancang chat teman saya tanpa basa-basi atau salam terlebih dahulu. Ia juga melarang saya untuk melakukan kegiatan positif yang saya sukai. Saya pun merasa tidak nyaman. Jika cinta tulus, ia tidak akan melakukan tindakan yang nekat seperti itu.

Demikian ulasan ini, semoga kamu yang sedang berada di hubungan atau memiliki pasangan yang obsesi dan merasa tidak nyaman, coba untuk komunikasikan, atau jika tidak bisa satu-satunya adalah mengambil suatu keputusan yang sekiranya tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun