Cyra langsung menunjukkan wajah protesnya, “Bercandanya gak lucu, Senja.”
“Eh iya, bukan April Mop lho, Nja. Jangan ngajak perang pagi-pagi bisa ga” Maya ikut menimpali perkataan Cyra sebagai bentuk protes”
“Tapi aku beneran gak bisa. Maksudku 90% bakal batal. Kalian saja yang berangkat. Aku gak masalah kok,” lanjut Senja.
Cyra telah mengeluarkan wajah bersiap akan marah, “Kamu yang gak masalah. Tapi aku dan Maya yang masalah. Plis, kita janji bakal ikut bertiga. Salah satu diantara kita gak ikut, ya semua batal. Bahkan grup Rendy pun ikut batal”
“Tapi masalahnya tuh—” belum sempat senja menyelesaikan perbicaraannya, Crya kembali bersuara.
“Pilihannya hanya dua, kamu ikut atau kita berenam batal berangakat” Cyra meninggalkan Senja sendiri. Disusul dengan Maya yang perlahan mengejarnya.
Senja mengusap wajah. Pikirannya melayang ke berbagai cabang. Tak tau langkah apa yang harus ia pilih.
***
Setelah berbagai drama keberangkatan, akhirnya Senja bisa berangkat. Gadis telah menyanggupi untuk berdiam diri selama ia pergi berlibur bersama teman-temanya. Lagi-lagi dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri. Bagaimana ia tidak mengetahui mana teman laki-laki yang akan bersamanya. Sebuah efek dari tidak mengenal teman kelas sendiri akibat kelas online. Senja masih bertarung dengan pikirannya. Sesekali menimpali candaan Cyra dan Maya, namun menatap tiga teman lelaki yang berada dihadapannya. Senja hanya mengenali Rendy karena merupakan kekasih Cyra. Sisanya, dirinya benar-benar kehabisan petunjuk nama mereka berdua.
Setelah beberapa saat, Cyra dan Maya telah berboncengan dengan pasangan masing-masing. Senja sejenak menatap seorang di ujung barisan. “Mungkin dia yang dikatakan Cyra, sepertinya memang dia orangnya,” batin Senja.
“Izin naik ya,” Ucapku pada dia--Si Jaket Hitam.