Mohon tunggu...
nada Tputri
nada Tputri Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta'15 Let's be friend! Ig : @nadatputri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kukepakan Sayapku, Kuperlihatkan Keterbatasanku

5 Desember 2017   23:49 Diperbarui: 6 Desember 2017   00:52 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman-teman pakai gelas, saya dikasihnya plastik. Pas saya tanya yang jual dia cuma bilang "biar nanti gak jatuh, gelas MAHAL!", yasudah saya senyum saja, padahal itu sudah kerja". Lanjutnya sambil tertawa, namun matanya memperlihatkan kesedihan mengingat masa lalu.

Tidak hanya soal pekerjaan, pertemanan juga menjadi masalah bagi Tomi. "Konco Musiman" juga ia rasakan dari kecil. Berbeda dengan anak-anak lainnya, disaat masa anak-anak hanya bermain dengan bebas, ia harus memikirkan cara agar bisa bermain. Sejak sekolah, ia memiliki teman-teman yang datang hanya ketika Tomi memiliki "uang" saja. Kasarnya, ini sebagai bayaran karena sudah menemani Tomi.

"kalau mau main atau pergi saya harus punya uang lebih, kalo mau beli pulsa 5ribu harus punya 20ribu. 15ribunya buat bayar temen yang sudah nganterin. Kalau gak di kasih uang, berarti saya harus cari ojek lain yang lebih mahal" Tambahnya sambil menaikan alis.

Sewaktu SD ia juga pernah di suruh untuk berhenti sekolah oleh salah satu gurunya."Tomi, dimasukan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) aja, dia punya kelainan latar belakang mental" ceritanya sambil menaikan sedikit bibirnya.

"Allah Hu Akbar" terdengar di tengah perbincangan, bersamaan kami melihat jam dinding disamping kanan, sudah waktunya sholat dzuhur. Sepintas saya melihat ke arah pintu, awan semakin gelap, jalanan semakin sepi, dan kisah ini semakin membuat saya tidak bisa berkata-kata. "permisi" suara dari pintu depan yang membuyarkan pikiran saya. "misi mbak" sapa lelaki paruh baya yang keluar dari belakang sambil tersenyum ke arah saya.

Persepsi keterbatasan juga dirasakan dalam mencari jodoh. Tidak sedikit orang yang menjudge orang lain "tidak mampu". "saya baru mau pendekatan aja mbak, tapi orangtuanya sudah langsung bilang di depan saya "Nik, kamu nek cari calon jangan yang cacat!". Padahal saya baru mau kenalan aja, tapi ya saya juga ga bisa ngomong. Saya pamit aja langsung, pas mau salaman juga di tolak" katanya sambil menirukan gaya bicara orang tersebut.

Pelajaran hidup sangat banyak dilalui oleh Tomi, bertahun-tahun menjalani hidup seperti ini membuat dia mengerti arti hidup. Ungkapnya, tahun 2013 adalah tahun ia memulai hidup barunya. Tahun tersebut ia mulai mengenal seseorang yang membawa perubahan pada hidupnnya. Sebut saja, Pak Puji. Ia yang mengajak Tomi pertama kali belajar desain grafis kemudian mengenalkannya dengan Pak Triyono pemilik difabel ojek.

BerkatNya, Kini Kukepakan Sayapku

Pak Triyono juga seorang pengusaha Kangen Water saling bekerja sama dalam bisnis ini. Dua pria ini sangat berpengaruh pada perubahan kehidupan Tomi, mengenal mereka berdua adalah suatu anugerah dari Tuhan.

"mereka (Pak Puji dan Triyono) yang pertama kali mempercayai saya mengendarai motor. Mereka memberi saya barang yang sangat saya inginkan sejak dulu, sejak masih sekolah. Barang yang tidak bisa saya dapatkan dari orangtua" ungkap Tomi melihat ke arah jam di dinding kiri dengan mata berkaca-kaca dengan nada yang sedikit tinggi namun masih terdengar seimbang. Ia juga menegaskan bahwa dengan motor itu kehidupannya mulai berbeda, ia mempelajari bahwa tidak ada kata tidak bisa. Ia belajar, usaha adalah kuncinya.

Saya mengambil permen yang disediakan, sambil saya berpikir dan menggerumu dalam hati "bagaimana seorang difabel bisa berkendara?", dengan santai, sambil menyirup teh coklat pekatnya ia melanjutkan "kami memang difabel, tapi usaha dan doa kami mampu mengalahkan segalanya". Saya menunduk dan diam sejenak. Saya kembali melihat kearahnya, saya memastikan dengan bertanya "ketika belajar naik motor, kendala yang dilalui apa Mas?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun