"di lingkungan saya dipandang sebelah mata, orang-orang selalu menganggap "kamu bisa apa?", mereka menganggap saya difabel yang tidak bisa apa-apa" sambil tarik nafas, perlahan ia melanjutkan "orangtua juga kadang pilih kasih, kalau saya minta beli sesuatu jarang diberikan. Tapi, kalau saudara-saudara saya yang minta langsung dibelikan. Dulu pernah kejadian, sekeluarga lagi pergi ke Pantai, tapi saya disuruh nunggu di mobil tidak diajak. Pergi ke Gembiraloka saya gak diajak, pergi makan saya disuruh nunggu di rumah".
Perlakuan lingkungan, orangtua, dan keluarga Tomi membuat ia merasa bahwa dunia sangat jahat, dunia tidak adil, dan niat-niat bunuh diri selalu terlintas dipikirannya. Ia selalu bertanya-tanya "untuk apa aku hidup? aku hidup ini tujuannya apa?". Saya berfikir sejenak sambil meminum air putih gelasan yang disediakan, dengan nada pelan pertanyaan ini akhirnya muncul "lalu, karena hal-hal ini jadi niat bunuh diri, Mas?".
"iya, dulu coba bunuh diri. Pertama kali, di Kereta Api, tapi saya diselamatkan sama orang asing. Akhirnya gak jadi bunuh diri, tiba-tiba ada suatu masalah yang membuat saya semakin merasa kalau tidak ada guna buat hidup di di dunia ini, terus saya minum minuman oplosan. Tapi saya gak mati juga, yang mati dua teman saya. Kami minumnya berempat. Saya yang ingin mati, tapi malah hidup" katanya dengan senyum kecut.
Sejak sekolah, Tomi bukanlah Tomi, ia harus selalu belajar pura-pura bahagia ketika orang lain memandangnya sebelah mata. Kepura-puraan menjadi bagian dari hidupnya, dengan berpura-pura bahagia ia merasa tidak diremehkan. Mencari jati diri bukanlah hal yang mudah bagi Pria ini, banyak tantangan didalamnya.
"saya juga capek berpura-pura, mungkin ini jalan satu-satunya. Tapi Tuhan berkata lain." tambahnya.
Kisah ini mengingatkan saya dengan kutipan seseorang "kalau kamu lemah, dunia akan tertawa" Angkie Yudistia, yang juga seorang difabel Tuna Rungu.
Perjalanan dalam Mencari "Aku"
"ini pialanya Pak Triyono, dia hebat sekali. Saya sangat kagum sama dia" sambil menunjuk piala tersebut.
Menaklukan dunia tak semudah di Film Action. Bagi seseorang yang memiliki keterbatasan secara fisik maupun mental, menaklukan dunia adalah hal yang paling menyiksa. Mereka harus belajar bekerja keras agar tidak bergantung dengan orang lain. Sama halnya dengan Tomi, segala jenis pekerjaan sudah ia lakukan. Namun, tetap balik lagi dengan kondisi, ia harus mendapatkan pekerjaan yang tidak banyak gerak.
"saya sudah pernah bekerja jaga konter pulsa, makelar, jaga Playstation (PS), dan jaga warnet. Tapi ya gitu, pekerjaan yang saya terima juga harus sesuai kondisi fisik. Dapet pekerjaan aja sudah syukur, sudah ada yang mau nerima" ucapnya.
Mendapatkan pekerjaan ditengah keterbatasan suatu kebahagiaan bagi Tomi, setidaknya ia sudah mendapatkan penghasilan untuk membiayai keperluan dirinya. Akan tetapi, persepsi orang tentang "kekurangan" masih sempit, definisi kekurangan yang dimiliki orang lain kini menjadi-jadi. "kerja udah dapet Mbak, tapi kadang yang bikin saya sakit hati, nek (kalau) makan di angkringan saya suka dikasi plastik buat minum.Â