Salah satu contoh kasus yang menggunakan judul berita yang benilai sadisme yaitu pada pemberitaan korban pemerkosaan Enno Farihah, yang terjadi pada bulan Mei 2016 tahun lalu. Â Kasus pemerkosaan yang dialami gadis ini, merupakan kejadian yang jarang terjadi. Karena hal ini, media menjadi sangat aktif dalam mencari angle pada berita tersebut. Kasus ini booming selama 2-3 bulan bahkan lebih, para media ingin mengungkap kasus ini sebanyak-banyaknya. Aktif dalam mencari berita bukanlah hal yang salah, hanya saja harus tetap memperhatikan etika-etika dalam memberitakan suatu kasus.Â
Pada berita Eno ini, tidak sedikit media yang melakukan nilai sadisme pada judul berita mereka, seperti salah satu judul yaitu; Karyawati Diperkosa, Dibunuh, Ditususuk: Ada yang Aneh. Judul ini dibuat oleh metro.tempo.co, dari cara penulisan judul, mereka seperti mengutip hasil wawancara dari narsumber. Namun setelah dibaca, judul dengan isi berita tidaklah sinkron atau sesuai.Â
Isi berita yang disajikan metro sama saja dengan isi berita media lainnya, yaitu tentang kronologi saat pemerkosaan Enno, sisi aneh yang ditunjukan dari judul tidak sama sekali diperlihatkan pada isi berita. Kutipan yang dijadikan sebagai judul tidak ada, narasumber yang berbicara seperti itu pun tidak dicantumkan. Narasumber yang digunakan juga sama seperti berita lainnya, yaitu; Kapolsek dan Kapolres.
Hal ini membuktikan bahwa beberapa Jurnalisme Online lebih senang membuat berita berdasarkan kepentingan untuk diri sendiri dan medianya. Ketika menulis, ia tidak memikirkan bagaimana perasaan keluarga korban dan pembacanya. Meskipun berita tersebut benar adanya, namun judul dari berita ini tetap tidak layak untuk digunakan. Mirisnya, tidak hanya metro.tempo.co saja yang menggunakan judul sadis atau tidak berperasaan tersebut. Beberapa media online lainnya seperti; kaskus.co.id, news.okezone.com, bangka.tribunnews, news.detik.com juga melakukannya.Â
Penggunaan dikurangi, karena dapat menimbulkan banyak arti dan persepsi bagi yang membaca, seperti salah satu judul dari news.detik.com; Sebelum dibunuh dengan Sadis, Eno juga diperkosa tersangka Rahmat Arifin. Kata sifat sadis pada judul tidak pantas digunakan, meskipun benar adanya bahwa kejadian tersebut merupakan kasus yang sadis karena setelah diperkosa, korban juga dibunuh.Â
Namun, bagi keluarga atau kerabat dekat korban yang membacanya dapat berfikiran kasus korban ini terjadi karena ia suka berteman atau mempermainkan banyak pria. Terlebih lagi dari isi beritanya yang menyebutkan tersangka RAL diajak berbincang oleh Arif, yang menanyakan korban pacar si Arif (tersangka) atau tidak. Kemudian, dihampiri lagi oleh Imam setelah itu mereka langsung berencana masuk ke kamar korban, dan memperkosan korban (Amelia, 2016, 17 Mei).
Seseorang yang berprofesi sebagai Jurnalis seharusnya sudah mengetahui aturan dalam penulisan berita, meskipun berita tersebut benar adanya, namun judul yang disampaikan setidaknya tidak mengandung dua konsep pemahaman berbeda antara pembaca dan penulis. Menyampaikan berita yang bersifat sadisme tidak dipermasalahkan namun harus diperhatikan. Penulis harus memperhatikan unsur-unsur dan nilai berita yang digunakannya, karena kesalahan pada penulisan berita adalah hal yang sangat fatal.Â
Kefatalan ini akan berpengaruh pada semuanya, yaitu masyarakat akan susah untuk percaya atau bahkan tidak lagi percaya dengan pemberitaan yang ada di media. Jika pembaca atau khalayak sudah malas atau ragu untuk membaca berita yang diberikan oleh para Jurnalis, maka media pun akan rugi juga untuk meningkatkan kualitas mereka yang sudah turun karena media tersebut tidak dipercaya lagi oleh masyarakat.
Tidak hanya itu, etika Jurnalis pun tidak tertata lagi. Sembilan elemen Jurnalistik yang telah dibuat sudah dilanggar mereka, terutama pada prinsip ke dua yaitu menjaga loyalitas pada masyarakat dan prinsip ke sembilan yaitu penggunaan hati nurani (Ishwara, 2005, hal.14). Kedua prinsip ini harus diperhatikan oleh jurnalis. Ketika mereka sudah merasa bahwa informasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka disitulah mereka dapat memberikannya informasinya.Â
Meskipun informasi tersebut sudah dibuat, namun konsekuensi-konsekuensi yang tidak terbayangkan juga harus diperhitungkan. Berkaitan dengan prinsip ke sembilan, yaitu hati nurani. Prinsip ini digunakan oleh jurnalis dalam pembuatan berita. Kepentingan untuk diri sendiri dan kepentingan untuk khalayak dapat dilihat dari berita yang dimuat oleh mereka.