Pentingnya Mengontrol Emosi pada Anak
Taukah bunda bagaimana contoh dari regulasi emosi?
Emosi dapat ditekankan sebagi reaksi manusia terhadap sesuatu, namun bagaimana bentuk meregulasi emosi pada anak usia dini...?
Malam hari tepat setelah maghrib saya melihat keponakan saya duduk di sofa dengan wajah cemberut dengan amarah yang memuncak, saya sengaja tidak menghampirinya terlebih dahulu, kemudian saya hampiri dan tanya apa yang telah terjadi namun ia tak ingin menjawab, karna takut saya terpancing emosi karna tidak ada respon dari dia, akhirnya saya coba untuk merileks kan diri terlebih dahulu, kemudia saya lanjut  mengajaknya berkomunikasi, barulah disitu saya panggil dia kepangkuan saya dan saya peluk, karna apa saya paham betul tentang dirinya, pelukan pada anak itu dibutuhkan agar anak merasa aman dan nyaman, setelah itu mulailah saya ajak berkomunikasi
" adik kenapa wajahnya ditekuk seperti itu? Kenapa coba cerita sama aunty" ucap ku sambil mengelus punggungnya. " adik marah yaa...."
" adik sebel aunty adik di ejek, karna adik ga suka adik marah" ucapnya menunduk kebawah
" adik coba lihat mata aunty...aunty tau adik sedang marah, yuk coba Tarik nafas sama-sama biar hati dan jiwa adik tenang" ucapku lembut "nah... bagaimana rasanya setelah Tarik nafas, apa adik sudah lega nak?" tanya ku sambil memujinya hebat
" sudah aunty...adik sudah lebih tenang" ucapnya  " ya sudah kalua adik sedang marah lagi    cobacara seperti tadi aunty ajarkan yaa" ucap ku sambil mengecup kedua pipinya.
Bundaa... itu tadi sedikit cuplikan cerita yang saya alami betul terhadap keponakan saya, yaitu mengontrol emosi dengan menenangkan diri terlebih dahulu.
Apa itu Regulasi Emosi ?
Pada dasarnya yang kita tau emosi merupakan reaksi, sedangkan regulasi menurut kbbi yakni penataan, namun dalam konteks emosi regulasi merupakan mengelola, jika dikaitkan dapat berarti mengelola emosi terhadap manusia, Thompson mendefinisikan ER sebagai terdiri dari "proses ekstrinsik dan intrinsik yang bertanggung jawab untuk memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi reaksi emosional, terutama fitur intensif dan temporal mereka, untuk mencapai tujuan seseorang" dari definisi diatas merupakan cara bagaimana seseorang dapat membedakan antara reaksi emosional dan kemampuan untuk mengatur emosi itu.
Misalnya, masing-masing anak akan merespons rangsangan yang sama dengan cara yang berbeda; yang satu mungkin menanggapi dengan marah dan membutuhkan waktu lama untuk mencapai keadaan tenang, sementara yang lain mungkin menunjukkan sedikit kemarahan dan lebih cepat diam. Apakah adil untuk mengatakan bahwa anak pertama tidak diatur dan anak kedua diatur dengan baik? Anak kedua mungkin memiliki ambang yang lebih tinggi untuk stimulus dan dengan demikian tampak lebih teratur.
Meregulasi atau mengelola emosi sebenarnya tak mudah melainkan susah beberapa ilmu dan ahli pun susah mendefinisikan karna banyaknya perubahan terkait anak dengan banyaknya emosi yang diatur.
Bagaimana emosi regulasi terjadi ?
Mendefinisikan emosi dengan fungsinya mencatat pentingnya suatu peristiwa dan ER sebagai "modifikasi dari setiap proses dalam sistem yang menghasilkan emosi," Campos mengusulkan bahwa regulasi terjadi pada setiap tingkat proses pembangkitan emosi termasuk sebelum aktivasi suatu emosi. Selain itu, karena emosi dikonseptualisasikan sebagai transaksi orang-peristiwa, pengaturan terlibat dalam identifikasi tujuan, pemilihan tanggapan, dan pemantauan jalannya emosi dan pergerakannya menuju atau menjauhi tujuan.
Nah diatas sudah disebutkan  menurut campos emosi regulasi terjadi sesuai dengan tingkatan prosesnya dalam artian pengelolaan emosi dapat bertahap sesuai tingkatan usia manusia jika anak dapat mengelola emosinya maka semakin cerdas pula ia dapat berkeritis dalam pemikirannya.
Seperti apakah perkembangan Emosi Regulasi ?
Perkembangan ER ini juga harus dipertimbangkan (Cole et al., 2004; Gross & Thompson, 2008). (1) Emosi diatur dan juga diatur. Artinya, selain membutuhkan pengaturan, emosi juga mengatur orang lain, seperti saat bayi tertekan menyebabkan orang tua merespon dengan menenangkan anak secara fisik. Banyak penelitian telah meneliti kedua bentuk tetapi istilah "pengaturan emosi" paling sering diterapkan pada pengaturan emosi. (2) Emosi tidak baik atau buruk, dan tujuan individu berkontribusi pada emosi yang ditimbulkan dan proses Regulasi Emosi peraturan. Jadi, sementara orang lain mungkin melihat reaksi anak terhadap stimulus sebagai tidak teratur atau tidak sesuai, untuk individu pada saat itu, dan dalam banyak kasus untuk situasi (misalnya, orang tua yang salah memperlakukan), itu perlu dan adaptif. (3) ER tidak terbatas pada penurunan emosi negatif. ER juga mencakup pemeliharaan dan peningkatan emosi. Dalam beberapa keadaan, emosi negatif dapat meningkat dalam mengejar suatu tujuan seperti ketika seseorang memprotes kesalahan. Emosi positif juga dapat diatur dengan beberapa cara. Emosi positif mungkin perlu diatur ke bawah tergantung pada situasi (konteks muram) atau tingkat intensitas (kegembiraan anak) sementara dalam konteks lain, pengaturan emosi positif dapat digunakan untuk memulai dan mempertahankan interaksi sosial. (4) Di luar tuntutan kontekstual yang lebih proksimal untuk perilaku emosional, ekspektasi budaya dapat memengaruhi emosi yang dihasilkan, pilihan strategi pengaturan, dan kapan strategi itu akan diterapkan dalam aliran proses pembangkitan emosi.
Meregulasi atau dikatakan mengelola emosi ini harus diajarkan dan ditanamkan kepada anak usia dini agar mereka dapat mengontrol emosi dengan baik walaupun anak-anak memang terpaut usianya, maka dari itu kita sebagai orang dewasa harus mengajarkan hal-hal yang positif bagi perkembangan anak dan diharapkan tidak mencontohkan perilaku dan sifat yang berpengaruh buruk terhadap anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H