Mohon tunggu...
Nada Rahmi
Nada Rahmi Mohon Tunggu... Lainnya - Public Relations Student

19 y.o

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Rasa Khas Sate Maranggi Purwakarta yang Legendaris

17 Desember 2021   16:12 Diperbarui: 30 November 2022   01:13 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sate Maranggi merupakan sate dengan cita rasa yang khas dengan bumbunya yang membuat orang merasa ketagihan. Warung sate legendaris ini terletak di Jalan Raya Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 

Banyak sekali pengunjung dari luar kota yang datang hanya untuk menikmati kenikmatan dari Sate Maranggi ini setiap akhir pekan.Ternyata asal dari rasa khas sate ini memiliki cerita sejarahnya. 

Di mana pada saat itu ada seseorang bernama Mak Ranggi yang menerima daging domba dari hasil kurban. Namun, pada zaman itu belum ada lemari pendingin untuk menyimpan daging agar tetap awet dan tidak membusuk.

Akhirnya Mak Ranggi mengambil satu cara untuk mengawetkan daging domba dengan membumbuinya menggunakan rempah-rempah. 

Dari bumbu rempah itu daging domba dilumuri dan diawetkan. Sehingga ketika proses pembakaran asap yang dikeluarkan berbau sedap.Setelah dicoba ternyata rasa dari daging sate sangat lezat. 

Hal ini membuat Mak Ranggi dan anaknya mencoba berjualan di sekitar daerah Plered. Tidak disangka banyak sekali pengunjung yang berdatangan karena wangi asapnya yang sangat mengundang selera. 

Saat itulah sate dari Mak Ranggi menjadi buah perbincangan di kalangan masyarakat sehingga tercetuslah nama dengan sebutan Sate Maranggi.

Saat ini daerah Kecamatan Plered menjadi tempat wisata kuliner yang legendaris dari makanannya yang khas, yaitu Sate Maranggi. Karena sate di sana menggunakan bumbu turun-temurun seperti yang dibuat oleh Mak Ranggi. Setiap harinya sate selalu habis oleh pengunjung di sana maupun dari luar kota.

Adapun cara dari pembuatan sate ini, biasanya pedagang memilih daging domba yang masih muda. Daging tersebut dipotong menjadi ukuran yang kecil dan ditusuk menggunakan tusuk sate. 

Setelah itu, daging dimarinasi dengan bumbu rempah rahasia dan sedikit gula aren. Bumbu inilah yang membuat sate tetap terasa enak walau tidak menggunakan sambal tambahan. Proses memarinasi daging kurang lebih 30 menit hingga 1 jam. Jika bumbu sudah meresap dan daging terlihat seperti dendeng, sate siap untuk dibakar.

Sate ini biasanya di santap dengan nasi yang dibungkus oleh daun pisang dan dalam bahasa Sunda biasa menyebutnya dengan timbel. Aroma dari nasinya pun terasa khas karena terdapat wangi yang dihasilkan dari daun pisang. 

Selain itu, bumbu kecap dari Sate Maranggi pun berbeda dari yang lainnya. Sate pada umumnya biasanya menggunakan bumbu kacang atau bumbu kecap yang ditambahi irisan bawang, cabai, dan tomat. 

Namun, pada bumbu Sate Maranggi ini menggunakan kecap yang dimasak menggunakan bumbu khas. Sehingga rasanya pedas manis dan sangat cocok dipadukan dengan sate.

Selain itu, para pedagang juga biasanya menyiapkan acar yang terbuat dari timun, wortel, dan cabai. Acar ini menambahkan sensasi segar dari sayuran untuk melengkapi sate. 

Perpaduan antara bumbu sate dengan acar sangat nikmat untuk dimakan. Saya sendiri sebenarnya orang yang kurang menyukai bau yang dikeluarkan dari daging domba. 

Tetapi, karena Sate Maranggi memiliki aroma yang sangat harum saya menjadi tertarik untuk mencobanya. Adapun tekstur daging sate yang sangat lembut dan tidak sulit untuk dimakan. Sekali menyantap sate ini saya bisa menghabiskan lebih dari 10 tusuk.

Dari ke popularitasan sate ini membuat para pedagang bisa menghabiskan ribuan tusuk perharinya. Setiap pengunjung yang pesan akan habis hingga puluhan tusuk. 

Seperti saya dan keluarga besar saya biasanya menghabiskan 150 tusuk lebih dan itu sedikit menguras kantong. Namun, keluarga saya tidak merasa dirugikan karena harganya sebanding dengan kelezatan yang diberikan satenya.

Ada pula keunikan dari cara pedagang dalam menyajikan sate. Setiap pedagang mengatur meja pelanggan membentuk huruf U dan pedagang memposisikan dirinya berada di tengah-tengah meja untuk membakar satenya. Jadi, setiap sate yang selesai dibakar bisa langsung disantap oleh pelanggan. 

Sehingga pelanggan yang memesan biasanya tidak langsung menyebutkan jumlah yang ingin dipesan. Tetapi hanya mengumpulkan bekas tusuk sate yang dimakan dan nantinya akan dihitung oleh pedagang untuk menentukan jumlah harga.

Pertama kali saya mengunjungi Sate Maranggi ini sekitar tahun 2007. Biasanya saya dan keluarga ke sana ketika ingin berkunjung ke rumah saudara yang di daerah Purwakarta. 

Saat itu lokasinya masih berupa pasar dan berdekatan dengan Stasiun Purwakarta. Kondisi penjualnya pun masih di dalam kios-kios kecil yang berjejer, bahkan masih banyak yang berjualan di sisi jalan pasar. 

Namun, pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Purwakarta berencana untuk membangun wisata kuliner khas Purwakarta. 

Akhirnya setelah melalui proses pembangunan yang panjang, tepat pada tahun 2016 "Kampoeng Maranggi" resmi dibuka. Nama tersebut sudah ditetapkan oleh Pemkab Purwakarta.

Kampoeng Maranggi ini dibangun dengan kios-kios yang dipenuhi oleh pedagang Sate Maranggi di dalamnya. Sehingga pengunjung tidak perlu takut tidak kebagian lapak untuk menikmati sate. Selain itu, kini tempat parkir yang disediakan pun sangat luas sehingga bisa menampung banyak kendaraan.

Hingga saat ini Kampoeng Maranggi menjadi tempat wisata kuliner yang paling diincar oleh pengunjung. 

Setiap akhir pekan maupun liburan akhir tahun, biasanya bisa mencapai ratusan pengunjung yang datang untuk menyantap Sate Maranggi. Maka wajib bagi Anda yang belum pernah mencoba sate dengan rasa yang khas ini untuk datang ke Kampoeng Maranggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun