Mohon tunggu...
Fidel Dapati Giawa
Fidel Dapati Giawa Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Nulis dangkadang, tergantung mood

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berhati-hatilah Belanja di Super/Mini Market

23 November 2011   16:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:17 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para kompasianer yang lagi heboh. Lupakan sejenak soal @Titi dan aktor yang terkait dengannya. Saat ini warga kompasianer yang satu itu telah di tangan pihak yang berwajib yakni admin kompasiana. Bahkan, katanya telah ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku di lingkungan 'rumah sehat kompasiana'. Bung Isjet, salah seorang aparat yang berwajib tersebut menyebutkan bahwa akun @Titi telah diblokir dan telah didiskualifikasi sebagai kompasianer tervaforit daslam Kompasianival. Apakah, tindakan itu memuaskan atau tidak, keterlaluan atau tidak, tak usah diusik lagi. Waktu jualah nanti yang bisa menilai apakah orang-orang yang suka bercerita bohong jadi jera atau tidak, serta apakah admin menjadi lebih sigap atau tidak.

Nah, sekarang marilah kita lirik peristiwa yang remeh temeh. Jauh lebih remeh dibanding kasus misteri @Titi. Peristiwa remeh yang saya maksud terkait erat dengan kegiatan kita sehari-hari, yakni belanja atau beli membeli.

Ceritanya, pada sore ini saya membeli dua buah bohlam merk philips di mini market dekat tempat tinggalku di Jl. Maleer, Bandung. Hujan disertai badai barangkali telah membuat tegangan listrik menjadi tidak stabil sehingga dua bohlam di rumahku putus. Sialnya, bohlam putus alias rusak itu di dua tempat yang strategis yakni di kamar mandi dan di ruang dimana saya mengetik dan mem-posting tulisan ini (serta sebagian besar tulisan lain di Kompasiana tercinta).

Nah, tempat strategis yang pertama adalah tempat merenung sedangkan tempat strategis yang kedua adalah tempat saya mengekspresikan hasil renungan. Cobalah teman-teman kompasianer bayangkan, bukankah kedua tempat ini sangat strategis? Dua tempat itu sering menjadi hulu dari semua interaksi kita selama ini.

Demi Jupiter.... kenapa hal ini bisa terjadi di hari yang bahagia di saat ganjalan hatiku telah dilepas oleh Bung Admin??? [Oh ya.... salam hangat dari teman saya Asterix dan Obelix buat teman-teman kompasiana yang lagi mumet he he he....].

Kembali ke soal kasus belanja saya tadi. Saya membeli dua bohlam masing-msing 8 watt dan 11 watt.  Pada saya hendak membayar dua bohlam yang saya beli, saya merasa ada mark-up harga di kasir. Lalu saya bertanya, "mba, berapa harga yang 8 watt?" Kasir menjawab: "Rp 29.600,-" sambil mencetak struk belanja saya. Dugaan saya ternyata benar, harga telah di-mark-up dua ribu perak. Lalu saya bilang: "harga yang tertera di rak Rp 27.600, mari lihat", kata saya dengan dingin walau ada banyak pengantri yang sedang ingin bayar belanjaan.

Lalu si-mbak kasir mengikuti saya. Ketika sampai di rak pajangan bohlam, fakta membuktikan bahwa harga yang saya sebutkanlah yang benar adanya. Si mbak kasir mencoba ngeles bahwa harga telah naik. Saya bilang, "tidak, saya berhak atas harga yang tertera di rak", dengan yakin seyakin-yakinnya karena harga bohlam yang 11 watt  sama antara yang tertera di rak dengan harga yang di kasir, jadi saya pikir jawaban ini cuma dalih.  Mbak kasir tak bisa berbuat banyak, maka ia mengembalikan uang saya yang dua ribu perak itu.

Saudara-saudari Kompasianer sekalian, sengaja saya menurunkan kisah heroik ini (beeugggh....) buat Anda sekalian. Untuk apa??? Untuk memperingatkan bahwa kejaliman para pedagang bisa terjadi kapan dan  dimana saja serta bagaimana pun Anda bertransaksi. Sebagaimana kejaliman Romawi kepada Bangsa Ghalia sering berusaha dipraktekkan. Namun karena sikap kepahlawanan Asterix dan Obelix, sering kali kejaliman itu bisa pula ditangkal. Begitulah kelakuan para pedagang, terlebih yang berdagang dengan cara modern sekarang ini dengan mesin kasir otomatisnya, kita bisa aja dijalimi dengan kecurangan tanpa kita sadari. Ini bisa terjadi baik di mini market maupun di supermarket.

Ternyata, mesin kasir otomatis yang sebenarnya berfunsi untuk kemudahan dan kenyamanan itu bisa dimanfaatkan untuk merugikan pembeli.

Kecurigaan saya terhadap kecurangan semacam ini sudah lama berlangsung. Awalnya saat saya dan istri belanja di supermarket di BSM. Pernah suatu kali nama barang yang tercantum dalam struk ternyata ketika tiba di rumah, barang dimaksud tidak ada. Karena sudah di rumah maka tidak mungkin dikomplain. Pernah pula pada kesempatan yang lain (bercermin dari kasus pertama) ternyata barang yang tidak kami ambil dari rak namun ada dalam daftar stroke, namun pada saat itu istri saya komplain dan langsung diralat oleh kasir. Ini adalah kecurangan.... ya kan???

Di mini market dimana saya tadi sore beli bohlam, beberapa waktu yang lalu saya belanja beberapa barang-barang kecil berupa buku tulis, multi vitamin, dan snack yang total jumlah semuanya kurang lebih 5 atau 6 item. Ketika mau bayar di kasir, saya merasa harga total jauh di atas yang saya perkirakan. Awalnya kasir tidak mau menyerahkan struk pembelian. Namun ketika saya minta, ternyata cetakannya tidak terang oleh karena pita printernya sudah menipis karbonnya. Saya lagi malas (juga agak lelet dalam hitung-menghitung, he he he) makanya saya pasrah saja. Saya pun tidak komplain. Namun peristiwa itu terpatri dalam batin saya, sebagai konsumen, ya... konsumen  yang heroik tentunya. ha ha ha ha......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun