Marilah sejenak berpikir positif tanpa terpengaruh kampanye hitam masing-masing pihak yang bersaing dalam pilpres. Marilah melihat bahwa para kandidat calon presiden RI pada Pemilu 2014 adalah orang-orang hebat. Mereka tentu punya kelebihan masing-masing sehingga namanya bisa bertengger dalam daftar kandidat presiden dan diperbincangkan di seluruh tanah air, bahkan mungkin juga dunia.
Nah, kalau memperhatikan nama-nama yang telah tersebat luas di masyarakat, ada dua kandidat kuat yang tampil sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden 2014. Mereka adalah Joko Widodo yang akrab dipanggil Jokowi serta Prabowo Subianto. Kedua nama ini selalu menduduki posisi puncak pada hasil pooling yang dirilis berbagai lembaga survery. Sehingga mereka patut ditimbang calon terkuat Presiden Republik Indonesia untuk lima tahun yang akan datang. Berikut pendapat saya mengenai kehebatan kedua orang tersebut:
Kehebatan Prabowo
Prabowo sangat bercita-cita membawa Indonesia menjadi negara kuat dan terhormat di antara bangsa-bangsa. Kuat secara ekonomi maupun politik. Untuk merealisasi cita-cita tersebut ia mendirikan Partai Gerindra yang konon ia dirikan pada tahun 2008 dengan modal sendiri.
Prabowo mendirikan Partai Gerindra setelah gagal tampil sebagai kandidat Presiden melalui partai Golongan Karya (Golkar) pada Pilpres 2004. Pada Pemilu tahun 2009, Partai Gerindra yang menjadi pertai termuda peserta pemilu ternyata berhasil meraup suara dan kursi sehingga partainya lolos dari minimum (parlement threshold) untuk menjadi peserta Pemilu pada periode berikutnya (tahun 2014 sekarang). Sekalipun lolos dari parlement threshold, namun Partai Gerindra tidak bisa mengusung Prabowo sebagai kandidat Presiden karena tidak memiliki teman koalisi sehingga Prabowo harus puas pada posisi Calon Wakil Presiden Megawati yang kala itu menjadi Calon Presiden yang diusung oleh PDI Perjuangan.
Sejak mencalonkan diri pada Pemilu 2009 hingga Pemilu 2014, Prabowo mengusung pesan politik yang jelas melalui tayangan iklan di berbagai stasiun televisi. Secara visual iklan Partai Gerindra sangat menarik, dan pesan yang disampaikan melalui suara Prabowo sangat jelas dengan nada suara yang berwibawa. Iklannya menampilkan kondisi nyata masyarakat kita dan potensi sumber daya alam yang tergerus habis sementara petani dan nelayan hidup miskin. Dalam salah satu tayangan iklannya di televisi, misalnya, Prabowo memberi harapan dengan menyampaikan bahwa ke depan tidak boleh lagi ada anak-anak yang tidak sekolah. Pesan ini tentu menggugah orang tua yang setiap hari was-was dengan biaya sekolah anak-anak mereka.
Prabowo juga berkeinginan kuat mengembalikan wibawa negeri kita di mata dunia internasional di tengah keterpurukan selama ini. Hal ini mengingatkan kita akan harga diri yang terpuruk saat berkali-kali bersengketa tentang batas laut dengan negeri jiran, Malaysia. Dalam salah satu tayangan iklan Partai Gerindra Prabowo mengingatkan kita bahwa negeri kita adalah salah satu Macan Asia
Keinginan Prabowo untuk menjadikan Republik Indonesia sebagai Macan Asia tercermin dari gaya penampilannya yang berusaha meniru penampilan Bung Karno, serta terlihat juga dari pilihan nama yang jatuhkan pada partainya yakni Gerakan Indonesia Raya.
Prabowo adalah sosok yang mengalami pahit getirnya menjadi bangsa yang dilecehkan di tengah pergaulan internasional. Masa kecilnya di luar negeri, khususnya di Negeri Eropa, cukup memberinya pelajaran betapa pahit menjadi bagian dari warga negara yang diremehkan. Begitupun saat ia terjun ke dunia bisnis ia bersentuhan dengan para pebisnis mancanegara yang melihat sebelah mata pebisnis Indonesia. Itulah sebabnya dia sangat besungguh-sungguh ingin menjadikan Indonesia Raya sebagai Macan Asia.
Kehebatan Jokowi
Jokowi adalah tokoh fenomenal yang melejit dengan gaya kepemimpinannya yang dikenal dengan istilah 'blusukan'. Anti formalistik dan cenderung dekat dengan rakyat. Di tangan Jokowi, jabatan dan kekuasaan tidak terkesan sakral sehingga banyak orang menaruh simpati. Jokowi adalah antitesa dari gaya kepemimpinan selama ini yang penuh aturan protokoler, angker dan penuh basa-basi. Ia tidak memimpin di belakang meja melainkan hadir di setiap agenda pembangunan di daerah yang dipimpinnya. Katarbelakangnya sebagai rakyat biasa benar-benar tercermin dalam gaya kepemimpinnaya.
Jokowi yang pernah menjadi korban penggusuran ketika jadi rakyat biasa di Surakarta, menjadikan pengalaman pahit itu sebagai cermin saat menjadi Walikota Solo. Ketika kebijakan penataan kota solo terpaksa dia lakukan dengan memindahkan pedagang kaki lima, ia tak melakukannya dengan cara gusur menggusur. Dia berdialog dengan para pedagang sampai belasan kali sesi dialog sehingga akhirnya para pedagang mau direlokasi. Dialog dengan rakyat menajdi pola yang selalu melekat pada gaya kepemimpinan Jokowi.
Jokowi yang berlatarbelakang pendidikan Fakultas Kehutanan dari Universitas Gajah Mada, menjadikan ilmunya sebagai bekal kehidupan. Maka tidak aneh kalau Jokowi kemudian menjadi pengusaha mebel dan produknya diekspor ke mancanegara.
Sebagai pengusaha, gaya kepemimpinannya cenderung praktis dan menggunakan paradigma problem solving. Ia memimpin dengan tindakan melalui program-progam yang telah ia rancang, sehingga terkesan tak memiliki visi. Sejauh yang saya amati, jokowi adalah satu-satunya politisi yang misikin retorika dan wacana, rangkaian katanya tak indah sebagaimana para politisi lazimnya. Tak ada basa basi dan istilah –istilah intelektual dalam bicaranya. Akan tetapi apa yang ia gariskan sebagai program kerja pemerintah benar-benar untuk kepentingan orang banyak. Retorika Jokowi adalah tindakan, Wacana Jokowi adalah perbuatan.
Kehebatan lainnya dari Jokowi adalah jenjang karir politiknya yang runtut bagai meniti anak tangga. Ia telah menjadi Walikota Solo yang bahkan dalam periode kedua kepemimpinananya sebagai Walikota Solo meraup dukungan hampir mutlak yakni mencapai 92%. Kemudian ia menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah lebih dulu berjuang dua putaran pemilihan dan mengalahkan incumbent pada putaran kedua. Jika ia berhasil kelak menjadi presiden maka Jokowi menjadi Presiden Pertama di negeri ini yang menjengjang karir dan dukungan rakyat dari bawah.
Demikianlah sekelumit pandangan saya mengenai dua orang hebat yang akan bertarung dalam Pilpres mendatang. Saya berharap kehebatan kedua jago ini, siapapun yang akan menang kelak, akan berkontribusi terhadap perubahan dan kemajuan bangsa.
Mari kita jadikan Pemilu Presiden sebagai ajang mengedepankan potensi positif, bukan sebagai ajang saling menista antar calon dan antar pendukung calon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H