Hubungan ini menggambarkan bagaimana dua orang yang sama-sama kesepian bisa saling mengisi kekosongan satu sama lain, meskipun tidak dalam arti cinta sejati. Sang dreamer merasa menemukan cinta sejati yang selama ini ia impikan, dan bagi Nastenka, pertemuannya dengan sang dreamer memberi pengalaman akan kebebasan emosi yang tidak pernah ia dapatkan di rumah. Mereka adalah dua jiwa yang saling bertemu dalam pencarian makna dan pengertian.
Penutup
Akhir dari White Nights meninggalkan perasaan menyedihkan namun mendalam. Sang dreamer akhirnya memahami bahwa Nastenka mencintai orang lain, dan bahwa cinta yang ia rasakan selama ini hanyalah ilusi yang ia ciptakan dengan fantasi dan harapan. Namun, alih-alih merasa marah atau kecewa, sang dreamer menerima kenyataan ini dengan lapang dada.Â
Sang dreamer belajar menghargai cinta dalam segala bentuknya, bahkan jika itu bukan cinta yang ia harapkan. Ia menyadari bahwa pengalaman singkat ini telah memperkaya hidupnya, memberinya pemahaman baru tentang cinta dan kehidupan.
Menurut saya, tidak ada yang salah baik itu sang dreamer maupun Nastenka. Sang Dreamer tau sejak awal bahwa Nastenka masih menunggu tunangan nya, namun ia tetap mencintai Nastenka dengan sepenuh hati nya, sementara Nastenka egois dengan memanfaatkan hal itu meskipun pada akhirnya Nastenka memilih untuk kembali bersama tunangan yang ia tunggu selama 3 tahun.
Sejujurnya buku ini sangat berkesan di hati saya. Karena "White nights" adalah buku karya Dostoevsky pertama yang saya baca. Dan menurut saya ini adalah kisah Friendzone termenyedihkan yang pernah saya saksikan. Saya sangat merekomendasikan buku ini kepada para pembaca yang Budiman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H