"White Nights" karya Fyodor Dostoevsky adalah sebuah novella yang indah dan melankolis tentang cinta yang tak terbalas, kesepian, dan juga ilusi yang rapuh. Ditulis pada tahun 1848, kisah ini berlatar di St. Petersburg selama malam - malam musim panas dimana matahari nyaris tidak tenggelam. Orang -- orang menyebut nya peristiwa itu dengan nama "White Nights"
Tokoh utama atau narator dari cerita ini adalah seorang pria tanpa nama yang menghabiskan hidupnya dalam kesendirian penuh fantasi dan terasing dari kenyataan, orang-orang memanggilnya "The Dreamer". Serta seorang wanita muda yang baru menemukan harapan setelah terjebak dalam kesepian, "Nastenka".
Kisah pada buku ini begitu mengharukan sekaligus tragis, Karena pada kisah ini sang "Dreamer" mendambakan cinta dengan begitu dalam hingga setiap sentuhan dan perhatian kecil yang diberikan kepadanya dianggap sebagai cinta.Â
Meskipun kisah ini hanya tentang kesepian dan cinta tak berbalas seorang pria muda, yang benar-benar menakjubkan adalah cara Dostoyevsky dengan mahir mengupas lapisan demi lapisan jiwa manusia, mengungkap kerumitan emosi yang sering kita sembunyikan.
"The Dreamer"
Dostoevsky menggambarkan the dreamer sebagai seseorang yang lebih nyaman hidup dalam dunia imajinasinya sendiri dibandingkan menghadapi realitas. Ia bukan hanya sekadar pemimpi, tetapi pemimpi yang terperangkap dalam fantasinya sendiri.
 Kehidupan nyata terlalu dingin dan membosankan, sehingga ia membangun dunia khayalan yang penuh dengan cinta dan petualangan, sebagai cara untuk menghindari kesepian dan kekosongan. Setiap tatapan, senyuman, dan gerakan kecil dari yang ia terima akan dianggap sebagai bentuk cinta.
"I am a dreamer. I know so little of real life that I just can't help re-living such moments as these in my dreams, for such moments are something I have very rarely experienced. I will dream of you a whole night, for an entire week, all year long."
Nastenka
Nastenka adalah seorang wanita muda yang memiliki kehidupan berbeda dari the dreamer, tetapi terperangkap dalam keterasingan yang serupa. Berbeda dengan sang dreamer yang hidup dalam mimpi, Nastenka berusaha menghadapi kenyataan hidupnya.