Mohon tunggu...
Imam Farhannabil Roihan
Imam Farhannabil Roihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Teknik Transportasi Laut ITS

Tetap santai walau pikiran terbantai

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Otokritik dalam Menanggapi PPKM: (Mungkin) Sebuah Antitesis

26 Juli 2021   13:27 Diperbarui: 26 Juli 2021   14:02 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bahkan dalam urusan memakai masker saja, masih banyak yang tidak benar menggunakannya. Ada yang meletakkan masker didagu. Ada yang tidak mengganti masker setelah dipakai selama 4 jam. Ada yang membuat masker nya lecek atau basah. Sampai-sampai, masih ada saja yang menggunakan masker scuba. Atau malah hanya menggunakan face shield tapi tidak menggunakan masker.

Kasus lain adalah ketika Bulan Ramadhan 1442 H dimana pemerintah melarang masyarakat untuk mudik. Namun, masih saja ada masyarakat yang mudik. Pemerintah menyebutkan ada 1,5 juta orang yang tetap mudik. Untungnya jumlah tersebut sudah lebih kecil dibanding perkiraan jumlah pemudik. Masih ingat kah video yang viral menunjukkan sepasang suami istri pengendara mobil yang marah-marah kepada petugas ketika disuruh putar balik ketika ada penyekatan?

Belum lagi pembodohan yang terjadi di masyarakat tentang Covid-19. Ada yang bilang virus ini hoaks. Ada yang bilang pandemi ini konspirasi dan argumen aneh lainnya. Bahkan yang berbicara adalah seorang musisi yang jelas-jelas bukan seorang yang ahli dalam bidang medis.

Kalau para pekerja ingin dipahami. Maka tenaga medis juga mau. Perlu dipahami bahwa kondisi rumah sakit sudah penuh. Bukan hanya sekedar penuh, pasien bahkan harus mengantri supaya mendapat perawatan. Tidak main-main, kapasitas yang penuh adalah kapasitas ruang ICU. Selain itu, oksigen juga semakin langka. Sudah banyak cerita di media sosial anggota keluarga seseorang yang harus meregang nyawa karena tidak sempat mendapatkan supply oksigen. Di media sosial juga sudah seringkali kita temukan broadcast orang-orang yang membutuhkan plasma konvalesen, oksigen, dan lain sebagainya.

Semua pihak harus mau bekerja sama menyelesaikan pandemi ini, jangan merasa paling menderita karena semua pihak juga menghadapi masalah yang berat. Marah-marah hanya akan memperkeruh suasana dan memutus tali kerjasama yang dibutuhkan saat ini. Apalagi pandemi ini tidak bisa dilihat melalui satu sudut pandang. Dibutuhkan sudut pandang holistik dan sistemik untuk menyelesaikannya.

Kritik memang dibutuhkan, namun ingat bahwa kita sebagai masyarakat juga harus bisa mengintrospeksi diri kita. Jangan apa-apa menyalahkan pemerintah. Memang pemerintah juga belum paripurna dalam mengatasi pandemi. Justru disitu lah yang harus menjadi titik awal kita bergotong royong.

Selain kebijakan, pemerintah sebagai pemimpin harus bisa menjadi teladan. Jangan sampai ada lagi petinggi partai penguasa yang malah berpesta ria, tanpa ngejalanin protokol kesehatan pula! Jangan sampai ada lagi pejabat yang merasa lebih dipentingkan untuk dirawat dibanding warga yang bukan pejabat. Jangan sampai ada lagi keluarga pejabat yang keluar negeri untuk bulan madu/kegiatan tidak penting lainnya disaat orang lain harus sabar diam dirumah. We are all in this together.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun