Mohon tunggu...
Jihan Nabila Roendra
Jihan Nabila Roendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Hello~

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Merajut Mimpi untuk Menemukan Jati Diri

7 Desember 2024   16:50 Diperbarui: 7 Desember 2024   19:06 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Lusi Fitriana

Tentang Dirinya

Lusi Fitriana Ramandari, lahir pada 11 November, 2004 dan besar di lingkungan yang dikenal dengan kerajinan kulitnya, yaitu Cibaduyut, Bandung. Dalam hangatnya rumah kecil yang dipenuhi cinta, ia tumbuh bersama ayah, ibu, dan seorang adik perempuan yang masih berusia 3 tahun. Kehidupan keluarganya yang sederhana menjadi pondasi kuat bagi jiwa dan langkahnya, membentuk Lusi menjadi pribadi yang penuh harapan dan kasih.

Menurut sang ibu, Lusi adalah pribadi dengan karakter yang kuat dan pendirian yang teguh. Sejak kecil, Lusi sudah dipenuhi dengan nilai-nilai kehidupan yang membentuk karakternya. Etika dasar seperti mengucapkan permisi, maaf, dan terima kasih adalah pelajaran pertama yang ia terima, yaitu betapa pentingnya menghargai orang lain.

Lusi juga dikenal sebagai pribadi yang penuh empati, dengan kemampuan luar biasa untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Ia selalu siap mendengarkan, memberikan perhatian penuh kepada siapa pun yang membutuhkan. Teman-temannya sering datang kepadanya untuk berbagi cerita, baik itu kegembiraan maupun kesedihan, karena mereka tahu Lusi bukan hanya sekadar mendengar, tetapi juga memahami dengan sepenuh hati. Bagi Lusi, mendengarkan bukan sekadar tugas, tetapi cara untuk menunjukkan bahwa ia peduli dan menghargai orang lain.

Momen yang paling membanggakan bagi sang ibu adalah ketika Lusi mulai benar-benar mengenal dirinya sendiri, tepatnya sejak ia di bangku SMP. Saat itu, Lusi mulai menyadari apa yang ia inginkan dalam hidupnya dan berani untuk mengejarnya dengan sepenuh hati. Ia tidak lagi ragu untuk menunjukkan siapa dirinya, dengan segala kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Tekadnya yang kuat untuk mencapai tujuan membuat sang ibu sangat mengagumi proses yang dilalui Lusi. Dalam perjalanan itu, Lusi berhasil meraih banyak prestasi, mulai dari medali hingga piagam penghargaan, yang semuanya diperoleh dengan kerja keras dan usaha yang tak kenal lelah. Namun, bagi sang ibu, yang paling membanggakan bukanlah pencapaian itu sendiri, melainkan proses yang dilalui Lusi untuk mencapainya.

Awal Mula Mengambil Langkah Besar

Setiap perjalanan yang dilalui Lusi penuh dengan tantangan yang membentuknya menjadi pribadi yang lebih matang. Salah satu fase yang paling berkesan terjadi saat ia menjalani masa-masa di SMK. Ketika Lusi mulai memasuki kelas 10, ia dan teman-temannya mulai merasa lebih dekat dan saling mengenal. Namun, semua itu berubah ketika pandemi Covid-19 melanda, dan sekolah terpaksa diliburkan. Lusi dan teman-temannya harus beradaptasi dengan cara belajar yang baru, yaitu pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Perubahan mendadak ini membuat Lusi dan teman-temannya harus belajar dari rumah, menggunakan perangkat elektronik untuk mengikuti pelajaran secara online. Sistem yang awalnya berjalan dengan tatap muka langsung, kini harus dilakukan secara virtual, yang tentu saja membawa tantangan tersendiri. Lusi merasa kehilangan momen-momen kebersamaan dengan teman-temannya di sekolah. Kegiatan yang biasa dilakukan bersama, seperti diskusi kelompok atau bermain di waktu senggang.

Meskipun banyak hal yang berubah, Lusi berusaha untuk tetap fokus pada pelajaran. Ia belajar untuk lebih mandiri dan disiplin dalam mengatur waktu belajar, karena tidak ada lagi guru yang mengawasi langsung di kelas. Ketika pembelajaran tatap muka akhirnya dibuka kembali, Lusi dan teman-temannya harus menghadapi Uji Kompetensi Keahlian (UJIKOM). Lusi tetap berusaha untuk mempersiapkan ujian dengan baik.

Pada saat itu, Lusi mulai mengembangkan minat yang lebih besar terhadap ilmu sosial, khususnya dalam bidang psikologi dan sosiologi. Awalnya, ia tertarik pada psikologi karena rasa ingin tahunya tentang cara berpikir dan perilaku individu. Ia merasa bahwa psikologi bisa menjawab banyak pertanyaan tentang bagaimana orang berpikir, dan apa yang membentuk perilaku manusia.

Namun seiring berjalannya waktu, Lusi merasa bahwa psikologi, meskipun menarik, tapi terlalu fokus pada individu dan tidak cukup mengungkapkan gambaran yang lebih besar tentang masyarakat. Ia mulai merasa bahwa untuk memahami lebih jauh mengenai kehidupan sosial dan fenomena yang ada di masyarakat. Hal ini membawa Lusi pada ketertarikan terhadap sosiologi. Bagi Lusi, sosiologi menawarkan perspektif yang lebih menyeluruh tentang bagaimana masyarakat bekerja, bagaimana perilaku individu dipengaruhi oleh fenomena-fenomena yang ada di lingkungan sekitar. Salah satu fenomena sosial yang menarik perhatian Lusi adalah FOMO (Fear Of Missing Out). Fenomena ini membuatnya tertarik untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.

Persiapan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri dimulai sekitar setahun sebelum kelulusan. Awalnya, Lusi berencana untuk mendaftar beasiswa ke Turki, namun sayangnya ia tidak lolos dalam tahap wawancara. Walaupun sempat kecewa, Lusi tidak menyerah begitu saja. Ia segera mencari alternatif lain dan memutuskan untuk menggunakan agen pendidikan yang bisa membantunya mengurus segala proses yang diperlukan. Dengan bantuan agen tersebut, Lusi merasa prosesnya menjadi lebih mudah dan terorganisir, sehingga ia bisa fokus pada hal-hal lain yang juga penting, seperti persiapan dokumen dan administrasi.

Sumber: Dokumentasi Lusi Fitriana
Sumber: Dokumentasi Lusi Fitriana

Lusi akhirnya memilih Bartin University sebagai tempat untuk melanjutkan studinya. Salah satu alasan utama ia memilih universitas ini adalah karena akreditasi sosial yang sangat baik, yang menjamin kualitas pendidikan yang akan ia terima. Selain itu, Lusi merasa bahwa kota Bartin, yang lebih kecil dan terasa seperti desa, akan memberikan pengalaman yang berbeda. Dengan suasana yang lebih tenang dan tidak terlalu ramai, Lusi merasa lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.

Saat Lusi memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Turki, keluarga, khususnya sang ibu, sempat merasakan kekhawatiran yang mendalam. Keputusan tersebut bukanlah hal yang mudah bagi mereka, apalagi mengingat jarak yang jauh dan tantangan besar yang harus dihadapi. Meski demikian, sang ibu tetap berusaha memahami tekad dan impian Lusi, meski tidak sepenuhnya mendukung 100%. Dalam hati, ia menyadari bahwa sebagai orang tua, tugasnya bukan hanya memberi dukungan, tetapi juga memberikan arahan agar Lusi tidak hanya mengandalkan satu jalan, tetapi memiliki pilihan lain yang bisa dipertimbangkan jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.

Sang ibu selalu memastikan bahwa Lusi telah memikirkan setiap kemungkinan dan memiliki persiapan matang, baik jika ia berangkat ke Turki atau memilih jalan lain. Meskipun awalnya berat, sang ibu akhirnya memutuskan untuk memberi dukungan penuh pada Lusi. Ia tahu, keputusan ini akan menjadi bagian dari perjalanan hidup Lusi yang tak ternilai, sebuah langkah besar yang akan membentuk masa depannya.

"Setidaknya dia sudah pernah mencoba pilihan dia untuk bisa kuliah di Turki," begitu pikir sang ibu. Dengan keyakinan tersebut, mereka memberikan dukungan penuh, meski dengan segala keraguan yang terpendam.

Lika-Liku Kehidupan di Turki

Sumber: Dokumentasi Lusi Fitriana
Sumber: Dokumentasi Lusi Fitriana

Saat pertama kali tiba di Turki, Lusi merasakan campuran perasaan yang jauh dari yang dia bayangkan. Harapannya untuk memulai petualangan baru di negara asing ternyata disambut dengan serangkaian pengalaman yang kurang menyenangkan. Meskipun ia sudah mempersiapkan segalanya dengan matang, kenyataan yang dihadapi jauh berbeda dari ekspektasi.

Proses kedatangannya menjadi lebih rumit karena adanya keterlambatan dari agen yang seharusnya mengatur segala hal terkait kepindahannya. Rasa kecewa dan frustasi mulai muncul saat Lusi dan teman-temannya harus menunggu di luar bandara pada tengah malam, merasa ditelantarkan tanpa adanya kejelasan. Jauh dari rasa semangat dan antusiasme yang semula ia rasakan, Lusi justru merasa lelah.

Lusi juga menghadapi berbagai tantangan besar saat pertama kali tiba di Turki, mulai dari bahasa, budaya, hingga lingkungan sekitarnya.

Bahasa Turki, yang merupakan bahasa aglutinatif, membuat Lusi kesulitan memahami percakapan sehari-hari. Struktur kalimat yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia membuatnya kebingungan, terutama ketika berusaha berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar.

Meskipun mayoritas penduduk Turki beragama Islam, gaya hidup di sana terasa berbeda dari apa yang biasa ia temui di Indonesia. Penjualan alkohol yang bebas dan beberapa kebiasaan lainnya cukup mengejutkan baginya. Selain perbedaan budaya, tinggal di asrama dengan teman-teman dari berbagai negara juga menghadirkan tantangan tersendiri. Beradaptasi dengan lingkungan yang beragam, di mana sikap dan kebiasaan masing-masing individu berbeda, membutuhkan waktu dan usaha.

Sebagai orang tua, mendengar tantangan yang dihadapi Lusi di Turki, seperti kendala bahasa dan budaya, tentu membuat hati sang ibu cemas. Kekhawatiran utama adalah pergaulan yang sangat berbeda dengan apa yang mereka kenal di Indonesia. Sang ibu merasa khawatir jika Lusi terpengaruh oleh lingkungan di sekitar, terutama mengingat budaya dan kebiasaan yang lebih bebas di luar negeri.

Ketakutan akan pergaulan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut di Indonesia menjadi beban pikiran, meskipun mereka menyadari bahwa Lusi adalah pribadi yang kuat dan mandiri. Mereka berharap Lusi dapat tetap menjaga prinsip dan moralitas yang diajarkan, meski berada di tengah lingkungan yang sangat berbeda.

Kekhawatiran tersebut semakin diperburuk dengan kenyataan bahwa meskipun ada banyak teman sebangsa Indonesia di sana, mereka pun tidak luput dari pengaruh budaya asing yang bisa membentuk cara pandang dan sikap mereka. Namun, mereka mencoba untuk tetap memberikan dukungan penuh kepada Lusi, meski terpisah jarak jauh. Sang ibu menyampaikan bahwa mereka berusaha menguatkan Lusi dengan nasihat dan kata-kata penyemangat agar Lusi tetap tegar dan terus berusaha menghadapi tantangan yang ada. Mereka tidak bisa berada di sana secara fisik, tetapi selalu berusaha memberikan motivasi dan dukungan emosional agar Lusi merasa lebih semangat dan mampu bertahan di tengah segala rintangan.

Sang ibu juga menjelaskan bahwa mereka selalu menjaga komunikasi dengan Lusi setiap hari, baik itu melalui pesan singkat atau panggilan video. Tidak peduli seberapa sibuknya Lusi, mereka selalu berusaha meluangkan waktu untuk mengobrol, tukar kabar, dan saling bertukar cerita. Dengan cara ini, meski berada di tempat yang jauh, sang ibu merasa lebih tenang dan yakin bahwa Lusi baik-baik saja.

Secarik Pengalaman Kerja di Turki

Sumber: Dokumentasi Lusi Fitriana
Sumber: Dokumentasi Lusi Fitriana

Bekerja di sebuah hotel keluarga selama musim panas menjadi salah satu momen berkesan dalam perjalanan hidupnya. Meskipun awalnya ia hanya berniat untuk mencari pekerjaan sementara, kondisi yang mendesak di hotel membuat Lusi akhirnya bekerja lebih dari sekadar paruh waktu, karena hotel yang ia pilih membutuhkan banyak pekerja akibat meningkatnya jumlah turis selama musim liburan. Untuk mendapatkan pekerjaan ini, Lusi bergabung dengan sebuah grup perkumpulan orang Indonesia dan ia mencari peluang kerja di sana. Segera setelah tawaran datang, Lusi tanpa ragu langsung memulai pekerjaan tersebut.

Namun, bekerja di hotel yang dikelola oleh keluarga lokal ternyata membawa tantangan tersendiri. Lingkungan kerja yang sangat dekat, membuat Lusi merasa seperti bagian dari keluarga tersebut. Makan bersama, berbagi cerita, bahkan ikut serta dalam kegiatan keluarga, membuat Lusi sulit untuk menemukan waktu istirahat pribadi.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Lusi selama bekerja di hotel adalah tanggung jawab tambahan sebagai babysitter bagi anak-anak pemilik hotel. Ketika jam istirahat tiba, yang seharusnya bisa ia manfaatkan untuk beristirahat atau melaksanakan ibadah, anak-anak tersebut sering ikut bersamanya. Hal ini membuat waktu istirahat Lusi menjadi sangat terbatas, karena ia harus mengurus mereka di sela-sela kesibukannya. Meskipun begitu, ada hal positif yang Lusi dapatkan dari pengalaman ini, seperti diberikan tip dari tamu yang merasa puas dengan layanannya, yang menjadi tambahan penghasilan yang cukup membantu.

Pengalaman bekerja di hotel keluarga ini mengajarkan Lusi tentang tanggung jawab, kerja keras, serta pentingnya adaptasi dengan lingkungan yang baru dan budaya kerja yang berbeda.

Keputusan untuk Kembali ke Tanah Air

Setelah kurang lebih dua tahun tinggal di Turki, Lusi akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Keputusan ini bukan tanpa alasan, melainkan didasarkan pada berbagai pertimbangan yang melibatkan situasi di Turki serta kekhawatiran keluarga di tanah air. Selama tinggal di sana, Lusi menghadapi sejumlah peristiwa yang membuat suasana menjadi tidak stabil, mulai dari ancaman bom di Istanbul hingga meningkatnya risiko gempa bumi yang mengancam keselamatan, serta inflasi yang meningkat membuat biaya hidup yang tak lagi sesuai harapan.

Selain itu, konflik yang terjadi di negara tetangga seperti Suriah turut menambah rasa waswas, baik bagi Lusi maupun keluarganya. Kekhawatiran ini memuncak hingga orang tua Lusi menyarankan dengan tegas agar ia pulang demi keselamatan. Meski berat meninggalkan pengalaman dan pelajaran yang telah ia dapatkan selama di Turki, Lusi merasa bahwa pulang adalah keputusan terbaik, terutama untuk memberikan rasa tenang bagi keluarganya.

Memulai Semuanya Dari Awal

Sesampainya di Indonesia, Lusi juga harus berdamai dengan harapan orang tua yang berbeda dari jalan yang selama ini ia impikan. Bidang sosiologi yang ia minati dianggap kurang menjanjikan dalam hal karier, sehingga ia akhirnya memutuskan untuk mengambil jurusan  administrasi bisnis, yang dianggap lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Bagi Lusi, keputusan ini adalah kompromi antara mengikuti kata hati dan menghormati keinginan orang tua. Meski terasa berat, ia melihatnya sebagai langkah baru untuk mengejar kesuksesan di jalan yang berbeda, dengan tetap membawa semangat belajar dan pengalaman yang telah ia dapatkan selama di Turki.

Memulai kuliah dari awal di Indonesia menjadi pengalaman yang penuh campuran emosi bagi Lusi. Di satu sisi, ia merasa takut mengecewakan orang tua yang telah banyak berkorban, terutama secara finansial, untuk pendidikannya di Turki. Di sisi lain, ada rasa minder ketika menyadari bahwa teman-teman seangkatannya sudah lebih dulu melangkah ke tahap yang lebih jauh, sementara ia harus kembali memulai dari awal. Meski begitu, Lusi berusaha menerima kenyataan ini dengan hati yang lapang. Ia memilih untuk mengikuti saran orang tuanya untuk mengambil jurusan administrasi bisnis, sebuah pilihan yang sejalan dengan ketertarikannya pada dunia perdagangan dan bisnis. Dengan jurusan ini, ia berharap dapat memanfaatkan bakat dan minatnya untuk menciptakan peluang yang lebih besar di masa depan.

Ketika membandingkan pengalaman pendidikan di Turki dan Indonesia. Di Turki, para pengajar cenderung mendekati siswa terlebih dahulu, bahkan memberikan perhatian ekstra. Hal ini berbeda dengan di Indonesia, di mana hubungan antara guru dan siswa terasa lebih formal dan jarang mendekat secara personal. Meski dari segi kurikulum tidak ada perbedaan yang signifikan, pengalaman seperti belajar bahasa Turki selama enam bulan sebelum memasuki perkuliahan menjadi sesuatu pengalaman yang sangat berkesan bagi Lusi.

Kini selain fokus pada kuliah di jurusan administrasi bisnis, Lusi juga menekuni dunia bisnis dengan membuka usaha tote bag. Melalui akun Instagram @.ukkuking, ia menawarkan konsep tote bag yang bisa didesain sesuai keinginan pelanggan. Mulai dari motif, warna, semuanya bisa disesuaikan dengan preferensi masing-masing, menjadikan setiap produk unik dan personal bagi pembelinya. Tidak hanya itu, Lusi juga terlibat dalam usaha franchise brand Sehatea bersama saudara ibunya.

Sumber: Instagram @ukkuking
Sumber: Instagram @ukkuking
Sumber: Instagram @ukkuking
Sumber: Instagram @ukkuking
Sumber: Instagram @ukkuking
Sumber: Instagram @ukkuking

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun