Sebagai turis kita dapat memanfaatkan QRIS untuk melakukan pembayaran di merchant Thailand, begitu juga sebaliknya, sehingga mengurangi kebutuhan menukar uang saat bepergian.Â
Bank Indonesia saat ini tengah berproses memperluas kerja sama dengan negara-negara ASEAN lainnya.
RPC "Mesin" Penguat Konektivitas Rumah Besar ASEAN
ASEAN dengan kekuatan populasi lebih dari 670 juta jiwa dan PDB gabungan lebih dari 3 triliun dollar AS, sejatinya potensial menjadi pemain utama dalam ekonomi global.Â
Tapi nyatanya, kawasan ini masih menghadapi tantangan integrasi keuangan yang terbatas, biaya transaksi yang tinggi, dan pembangunan tidak merata antarnegara anggota.
Berbagai capaian kemajuan masih berbalut tantangan utama harmonisasi peraturan dan penerapan pembayaran digital di antara konsumen dan bisnis.
Sebenarnya, jerat halangan itu awalnya ditembus dengan mendorong inisiasi ASEAN menggunakan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan secara bilateral atau Local Currency Transaction (LCT). Â
Diketahui, LCT adalah salah satu kesepakatan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN+3 untuk memperkuat kerja sama keuangan di kawasan. Negara-negara ASEAN+3 mencakup 10 negara Asia Tenggara beserta China, Jepang, dan Korea.
Sehingga RPC sebenarnya pemutakhiran yang lebih masif dari inisiatif Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025, yang agendanya adalah integrasi ekonomi kawasan yang lebih solid. Â
Cetak Biru MEA 2025 menetapkan target 70 persen perdagangan intra-ASEAN akan diselesaikan dalam mata uang lokal pada 2025. Untuk mencapai target ini, negara-negara anggota ASEAN telah menerapkan berbagai langkah seperti pembentukan direct clearing arrangement, promosi electronic payment, dan peningkatan infrastruktur pembayaran lintas negara.
Inisiatif RPC menjadi komponen penting dari tujuan ASEAN bertujuan mengurangi ketergantungan pada dollar AS, mengurangi paparan volatilitas nilai tukar dan guncangan eksternal dan mempromosikan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas batas antarnegara anggota ASEAN.
Serta  membangun sistem pembayaran untuk mencapai integrasi dan konektivitas ekonomi yang lebih besar dengan fasilitas pembayaran lintas negara lebih efisien untuk mempromosikan perdagangan dengan mata uang lokal serta mendorong inklusi dan digitalisasi keuangan.
Mendukung peningkatan  daya saing, terutama bagi usaha kecil dan menengah (UKM) yang sering menghadapi kesulitan dalam mengakses keuangan dan sumber daya.
Penggunaan mata uang lokal, dapat menghindari biaya konversi valuta asing dan biaya terkait transaksi lintas negara, dan menguatkan keamanan bertransaksi, seperti halnya serangan cyber ransomeware. Apalagi dalam ketidakpastian global, seperti resesi.
RPC dapat mempromosikan inklusi dan digitalisasi keuangan, pemanfaatan teknologi pembayaran seluler dan digital dengan meningkatkan akses ke layanan inklusi perbankan dan pembayaran di antara populasi yang tidak memiliki akses perbankan dan kurang terlayani. Terutama ke daerah terpencil atau pedesaan, di mana layanan perbankan tradisional mungkin langka.
Penerapan RPC juga diarahkan melawan resistensi keraguan stakeholder dalam penggunaan mata uang lokal atau sistem pembayaran digital, terkait profitabilitas, keamanan, dan kepatuhan terhadap peraturan.
Apalagi jika ASEAN membangun konektifitas dengan blok regional lainnya. Atau diintegrasikan dengan inisiatif ASEAN lainnya seperti ASEAN Single Window (ASW), untuk merampingkan prosedur kepabeanan dan mengurangi biaya transaksi yang mendorong efisiensi dan daya saing.
Ditambah  peran sektor swasta, perusahaan fintech memberikan solusi dan teknologi inovatif untuk meningkatkan sistem pembayaran dan settlements. Termasuk pengembangan produk dan layanan teknologi blockchain dan AI, agar pembayaran lintas batas aman, transparan, tahan risiko dan deteksi penipuan.
Dengan merangkul teknologi ini, negara-negara anggota ASEAN dapat tetap menjadi yang terdepan dan menciptakan ekosistem keuangan yang lebih kuat dan efisien.
Memainkan Empat Pilar UMKM BI Dalam RPC
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dan strategis dalam struktur perekonomian Indonesia karena memberikan sumbangan besar terhadap Produk Domestik Bruto (61,1%), penyerapan tenaga kerja (97,1%), dan ekspor (14,4%).
Dan sebagai pebinis pemula dan fresh graduate, saya juga menjajal peruntungan dalam sebuah dunia penuh disrupsi teknologi pesat dan geliat UMKM yang terus bertumbuh dan berkembang.