Biasanya para koki memulai nya dengan menumis bawang merah, bawang putih, setelah agak harum kemudian ditambahkan bumbu khusus mie Aceh yang siap saji dan telah dimasak sebelumnya. Campuran bumbu dan bawang diaduk dengan ditambahkan air kaldu dan bawang daun.Â
Setelah harum baru ditambahkan gurita untuk dimasak hingga berwarna putih dan kulit gurita yang merah dan basah sedikit menjadi lebih kenyal. Untuk menambah tingkat kematangan, biasanya ditambahkan air kaldu dalam jumlah sedikit banyak tergantung kuah yang ingin disajikan dan dibiarkan masak mendidih.
Untuk Mie tumis jumlah air nya lebih sedikit, sebaliknya mie kuah jelas lebih banyak. Atau bisa juga diorder mie kering tanpa kuah sama sekali. Ketiganya sama nikmatnya.
Terakhir barulah dimasukkan mie Aceh yang khas karena umumnya bukan di keringkan, tapi memang mie basah yang diolah langsung, sehingga terasa lebih kenyal.
Dengan campuran mie Aceh itu, komposisi masakah mie kuah menjadi semakin harum. Kuahnya berwarna merah kekuningan, karena kaya dengan ragam rempah Aceh yang luar biasa.
Disajikan panas-panas, biasanya membuat kita ketagihan tak cukup hanya porsi biasa. Jadi kita bisa mengordernya untuk ukuran jumbo dengan tambahan jumlah gurita didalamnya. Sajiannya biasanya ditambahkan potongan ketimun dan kerupuk mulieng alias kerupuk melinjo atau emping.
Hanya sayangnya mie jenis ini lebih enak dinikmati di tempat daripada dibawa pulang, tapi jika memang ngebet, biasanya diakali dengan mebeli mie gurita kering. Dan sesampainya dirumah bisa kita panasnkan dengan kita beri tambahan sedikit air panas untuk membuat kuahnya. Itu yang biasa saya lakukan.
Rasanya tak kehilangan kualitas rempahnya, beberapa teman luar daerah yang menggunakan pesawat pernah mencoba membawanya dan memasaknya di Jakarta ternyata masih luar biasa rasanya.
Mungkin ke depan selain tersedia bumbu rempah juga akan tersedia versi cup-nya yang mungkin dapat mengobati rasa rindu kita jika berkeinginan menyantap kembali menu mie gurita.
Favorit Para Volunteer