Tapi sebagai “imbalannya” ia meminta izin untuk mengangkut semua barang-barang di gudang untuk dibawanya pulang. Maka akhirnya semua barang buangan itu berpindah tempat memenuhi seluruh halaman rumahnya.
Bisnisnya kembali membesar, tapi sayang di tahun 1950 oknum Permesta menjarah, hingga habislah seluruh modalnya.
Ini untuk kedua kalinya ia mengalami masa jatuh bangun yang luar biasa, tapi ia bukan jenis orang yang mudah menyerah.
Prinsipnya, " Kesulitan apapun asal punya keinginan untuk berjuang pasti bisa diatasi"
Dan di kali ketiga, dengan tangan dinginnya, ia mulai melejitkan bisnis miliknya, hingga menjadi sebuah episentrum bisnis luar biasa saat ini dengan total pendapatan $US6 Milyar atau setara Rp54 Triliun.
Eka memegang teguh salah satu filosofi dagang orang Tionghoa, bahwa belajarlah untuk mengendalikan uangmu, bahwa uang besar berasal dari uang kecil, jadi bijaklah. Kini dalam usianya yang ke-100 tahun, dan kian matang, perusahaan ini telah menjadi raksasa yang turut berkiprah dalam perekonomian Indonesia yang terus tumbuh dan berkembang.
Tsunami Aceh di Akhir 2014 dan rintisan ETF
Aceh diguncang gempa dengan intensitas 8,9 skala Riechter, hingga menyebabkan hampir seluruh daerah pesisir Aceh dari Banda Aceh, ibukota provinsinya hingga Meulaboh di wilayah Aceh bagian Barat porak poranda. Episenstrum gempa berasal dari sebuah Pulau di Ujung wilayah Barat Aceh, tepatnya di Pulau Sinabang, Simeulu.
Peristiwa bencana 100 tahunan inilah yang menjadi salah satu jalan rintisan bagi Keluarga Besar Eka Wijaya membangun Eka Tjipta Foundation (ETF) pada 2006, setelah sebelumnya melakukan kerja-kerja kemanusiaan yang luar biasa dengan Yayasan Tzu Chi. Di mulai setelah pertemuan dengan pimpinan Tzu Chi, Master Cheng Yen di Hualien, Taiwan pada 9 Mei 1998.
Jauh sebelumnya Eka Tjipta telah mendengar bagaimana Tzu Chi adalah salah satu dari dua organisasi Buddha terbesar di Taiwan. Berbeda dari organisasi kebanyakan yang fokus pada meditasi, Tzu Chi justru fokus pada kesehatan, pendidikan, dan bantuan bencana. Lembaga itu bekerjasama dengan jaringan internasional para relawan di seluruh dunia.
Eka Tjipta dan relawan dari Yayasan Tzu Chi bahu membahu membangun ribuan rumah terdampak tsunami dan memenuhi impian banyak orang memiliki kembali rumah mereka kembali.
Organisasi amal ini berjuang untuk meringankan penderitaan yang ada di dunia dengan menginspirasi jaringan internasional para relawan untuk memberikan dukungan spiritual dan pelayanan kemanusiaan kepada seluruh penerima bantuan, tanpa memandang ras, suku, agama, kebangsaan, dan jenis kelamin.