Mohon tunggu...
Nabilla Tashandra
Nabilla Tashandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Laman iseng. Senang memerhatikan dan mengomentari hal acak, banyak mendengar musik tapi bukan pemusik. Bukan juga jurnalis musik.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Umroh Mandiri, Worth It atau Sulit?

18 Desember 2024   23:01 Diperbarui: 19 Desember 2024   18:03 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pelataran Ka'bah di sore hari seusai shalat ashar di bulan November. (foto: dokumentasi pribadi)

Terkadang, sebagian orang menilai ada seni di balik ketidakpastian. Termasuk saat melakukan perjalanan.

Nyasar,  kendala bahasa, dan hal-hal tak terduga lainnya adalah sesuatu yang bikin perjalanan menjadi terasa seru. Hal-hal ini juga yang membuat kita belajar sehingga tahu harus melakukan apa jika lain kali menemukan kendala serupa.

Hal yang lebih berkesan buat saya, eksplorasi di tempat baru atau asing membuat kita lebih kenal diri sendiri. Deep, isn't it? Apalagi kalau kita punya kesempatan untuk jalan sendiri. Nggak ada orang lain yang bisa kita andalkan kecuali diri sendiri. 

Sekalipun bareng dengan orang lain, dalam hal ini saya bareng dua orang teman, kami tetap bisa mengeksplorasi sekitar.

Menyusuri Mutrah Souk di Muscat pagi hari -yang ternyata masih sepi karena kehidupan di Timur Tengah gini seringkali dimulai sore atau malam hari, nyaris tersesat di Al-Balad Jeddah karena lagi ada pembangunan di mana-mana, sampai nyobain naik bus wisata di Madinah -meskipun bikin nyesal karena kejebak macet saat rush hour alias bubaran shalat Isya.

Pemandangan dari dek bus wisata Madinah. (foto: dok pribadi)
Pemandangan dari dek bus wisata Madinah. (foto: dok pribadi)

Ini baru soal tempat. Belum lagi soal bertemu orang-orang baik, seru, nyebelin, dan ajaib sepanjang perjalanan. 

Misalnya, pernah nggak sih bayangin naik uber, sopirnya nggak bisa Bahasa Inggris dan kamu nggak bisa Bahasa Arab? Kami mengalami itu dan sialnya saya selalu disuruh duduk di bangku sebelah sopir. Sepanjang jalan (karena sopirnya maksa banget ngajak ngobrol meski tahu saya nggak bisa Bahasa Arab) kami terpaksa ngobrol lewat Google Translate yang ternyata ribet banget jika dilakukan di situasi kayak gitu. 

Tapi, yah, hikmahnya kita tidak boleh tinggi hati. Di mana bumi berpijak, di situ langit dijunjung. Dalam konteks ini, Bahasa Inggris memang bahasa universal, tapi kita nggak bisa memaksakan masyarakat sekitar. Mau nggak mau kita juga harus bisa sedikit bahasa lokal mereka jika sedang di suatu tempat, atau buruk-buruknya harus mau repot ngobrol pakai tools macam Google Translate.

Kontra: lagi-lagi, jika tidak terbiasa pergi ke luar kota/negeri sendiri, menerjunkan diri di tempat baru bisa berbahaya bagi kita. Lagi-lagi bukan berarti nggak bisa. Perencanaan matang penting di sini.

Madinah yang cantik. (foto: dok pribadi)
Madinah yang cantik. (foto: dok pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun