Mohon tunggu...
Nabilla Tashandra
Nabilla Tashandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Laman iseng. Senang memerhatikan dan mengomentari hal acak, banyak mendengar musik tapi bukan pemusik. Bukan juga jurnalis musik.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Umroh Mandiri, Worth It atau Sulit?

18 Desember 2024   23:01 Diperbarui: 19 Desember 2024   18:03 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan dari dek bus wisata Madinah. (foto: dok pribadi)

Salah satu yang bikin boncos di makanan dan minuman adalah kopi. Satu kali beli kopi kami bisa habis di atas 50 SAR (lebih dari Rp 214.000). Tapi karena kami memang ingin nyoba kopi lokal, maka ya itulah biaya yang mesti dikorbankan. Bisa lebih hemat? Tentu bisa! Misalnya dengan memanfaatkan kopi complimentary dari hotel.

Mencoba salah satu kopi viral di Mekkah, Arab Saudi. (foto: dok pribadi)
Mencoba salah satu kopi viral di Mekkah, Arab Saudi. (foto: dok pribadi)

Biaya penerbangan juga bisa lebih murah seandainya kami memilih LCC (low-cost carrier). Alih-alih memilih penerbangan seperti Air Asia, kami memilih Oman Air (rute Kuala Lumpur-Jeddah) dan Qatar Airways (rute Jeddah-Jakarta) karena memang ingin mampir ke Oman dan Qatar. Selain itu, dua maskapai tersebut juga sudah termasuk bagasi 25 kg dan 30 kg, sehingga sangat membantu. Ingin lebih hemat? Bisa! Pilihlah LCC.

Kontra: meski beberapa aspek bisa ditekan, biaya juga bisa saja membengkak jika tak berhati-hati. Untuk itu, perencanaan biaya sangat penting untuk dilakukan sebelum berangkat. Selama perjalanan pun penting untuk rutin melakukan penghitungan pengeluaran. 

Untuk diketahui, meski pergi mandiri, saya dan kedua teman saya beberapa kali melakukan technical meeting sebelum berangkat dan membahas perjalanan secara rinci, mulai dari menyusun itinerary hingga perencanaan biaya.

2. Jadwal ditentukan sendiri

Hal lain yang terasa convenient ketika pergi umroh mandiri adalah jadwal yang fleksibel dan dapat ditentukan sendiri. 

Saya, misalnya, saat pergi umroh mandiri ini memilih untuk transit di Muscat (Oman) dan Doha (Qatar), "luntang-lantung" hanya buat tahu dua kota itu saja. Apalagi, saya tidak langsung terbang ke Jeddah dari Jakarta, tapi dari Kuala Lumpur, yang mana perlu meluangkan lebih banyak waktu lagi untuk transit.

Tapi memang itulah yang kami mau dan kami menikmati itu. Meskipun artinya total durasi perjalanan kami lebih dari 24 jam sekali jalan.

Sementara ketika pergi bareng tur atau rombongan, tentu kita harus mengikuti jadwal bersama dan toleran dengan jadwal tersebut.

Ketika jadwal ditentukan sendiri, kita dan rekan seperjalanan juga bisa lebih fleksibel mengubah-ubahnya jika ada tempat yang tiba-tiba ingin dituju, atau terjadi sesuatu selama perjalanan sehingga terpaksa mengubah jadwal.

Kontra: jadwal yang disusun sendiri ini bakal lebih menantang bagi orang-orang yang belum terbiasa pergi ke luar kota/negeri sendiri, karena bisa-bisa ada agenda utama yang justru terlewat. Tapi, apakah nggak bisa? Bisa saja. Asalkan dibekali penjadwalan yang tidak matang.

3. Belajar eksplorasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun