Alhamdulillah saya baru saja menyelesaikan umroh mandiri dengan total perjalanan Jakarta-Jeddah-Jakarta 7 hari pada pertengahan November lalu.
Rasanya masih membekas di ingatan, nyaringnya bunyi adzan di pelataran Masjidil Haram dan riuhnya orang-orang di sekitar Ka'bah, yang tentunya membuat saya ingin mengunjunginya lagi lain waktu.
Namun poinnya bukan itu. Selain bersyukur (akhirnya) bisa menginjak Tanah Suci, saya juga bersyukur karena bisa terwujud pula keinginan saya sejak lama untuk umroh ketengan alias umroh mandiri atau tanpa didampingi agen tur.
Nah, pertanyaannya -yang juga beberapa kali saya terima- apakah umroh mandiri worth it? Atau justru bikin sulit?
Bagi saya, worth it! Dan saya nggak menyesal pergi tanpa pendampingan agen tur. Berikut beberapa alasannya, termasuk jika Anda berpikir ingin mencobanya.
*Disclaimer: umroh mandiri memang memungkinkan kita untuk lebih menghemat biaya. Tapi, cara ini tidak untuk semua orang. Demi kenyamanan dan keamanan.
Alasan kenapa umroh mandiri layak dicoba
1. Biaya lebih murah
Umroh mandiri artinya pergi sendiri, memesan tiket pesawat dan kamar hotel sendiri, naik transportasi sendiri, semuanya sendiri.
Sekadar gambaran, total tujuh hari perjalanan saya dan dua rekan saya menghabiskan kurang dari Rp 20 juta untuk semua kebutuhan (kecuali oleh-oleh yang berbeda-beda setiap orangnya).Â
Biaya ini masih bisa ditekan seandainya kami lebih irit lagi, terutama di aspek makanan dan minuman. Namun, hemat bukan berarti merana.Â
Satu, kami pengin mencoba makanan dan minuman di tempat baru yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Dua, jangan juga asal makan sehingga kesehatan dikorbankan.