Ulasan ini saya tulis setelah selesai membaca bukunya tepat sekitar sebulan lalu. Hanya butuh perjalanan kereta Jakarta-Bandung PP untuk menghabiskan buku Teka-teki Rumah Aneh karya Uketsu (2023) ini. Sebuah prestasi buat orang yang tidak hobi baca buku.
Tapi memang, bagi saya buku ini sebegitu serunya. Ada banyak "plot twist" sepanjang cerita, yang membuat rasanya susah berhenti baca.
Jadi, buku ini sempat viral di medsos X -sebelumnya Twitter dan banyak dibicarakan di beberapa akun base. Entah teknik marketing atau bukan, yang jelas hal itu langsung bikin saya ingin beli bukunya. Singkatnya, esok harinya saya langsung membeli buku ini dan dibaca saat itu juga di perjalanan menuju Bandung.
Sekilas sinopsis
Singkatnya, buku ini bercerita tentang Aku, yang merupakan seorang penulis lepas occult alias hal-hal gaib, ngobrol dengan seorang kenalannya yang ingin membeli rumah bekas. Aku lalu ditunjukkan peta rumah itu. Meski sekilas seperti rumah pada umumnya, setelah dicermati ternyata rumah itu punya sudut-sudut yang ganjil dan mengundang tanya.
Aku pun berkonsultasi dengan kenalannya yang lain, yang seorang arsitek. Dugaan-dugaan mereka berkembang menjadi sebuah asumsi liar yang kedengarannya agak mengerikan. Tapi ternyata, dugaan itu tidak keliru. Memang ada banyak keganjilan di rumah itu dan menuntun mereka ke sebuah keganjilan yang lebih besar lagi.
Setelah selesai membaca tamat, ada beberapa alasan yang menurut saya jadi kekuatan dari buku ini:
(SPOILER ALERT)
1. Bahasa ringan
Ini tentu penting terutama bagi orang-orang yang tidak terbiasa baca buku, seperti saya.
Selain bahasa yang ringan, ukuran font tulisan juga tidak terlalu kecil dan paragrafnya tidak rapat, jadi tidak terlalu capek bacanya.
Format buku yang lebih banyak berbentuk dialog, bukan narasi, juga membuat buku ini lebih mudah lagi dicerna. Pembaca tidak perlu repot-repot "mengingat" deskripsi pendukung dari masing-masing tokoh dan setting lokasi, jadi bisa lebih fokus dengan cerita utama.
Saking iritnya narasi, pembaca bahkan tidak tahu banyak soal fisik karakternya, kecuali latar yang benar-benar penting, seperti profesi.
2. Hanya ada sedikit karakter
Selain bahasa penuturan yang ringan, minimnya karakter utama di buku ini juga membuatnya lebih mudah dibaca.
Meski pada sepertiga terakhir buku muncul banyak nama, tapi secara umum hanya ada tiga karakter utama di buku.
Selain Aku, ada temannya yang seorang arsitek, dan satu lagi perempuan yang menghubungi Aku lewat email dan ternyata punya relasi erat dengan rumah aneh itu.
3. Banyak plot twist
Bagi saya, salah satu kesan yang paling menempel sepanjang membaca buku ini dan saat menulis ulasan ini adalah banyaknya "plot twist" yang tersebar di sepanjang cerita.
Penulis pandai mematahkan asumsi pembaca menjadi sesuatu yang agak di luar dugaan.
Gara-gara plot twist ini, beberapa kali saya "terpaksa" melanjutkan baca karena tanggung dan ingin tahu lanjutannya.
Saking banyaknya plot twist, ada satu titik di sepertiga akhir cerita, yang membuat saya membatin: "duh apa lagi sih???!" karena bakal ketemu satu situasi yang lagi-lagi di luar dugaan.
4. Memainkan psikologi pembaca
Minimnya narasi di luar dialog dan plot twist di beberapa titik secara tidak langsung memunculkan asumsi di setiap pembaca. Jangankan di banyak pembaca, saya dan suami saja punya interpretasi berbeda soal cerita di salah satu adegan dalam buku.
Akhir ceritanya, lagi-lagi, ditutup dengan asumsi dua tokoh utama, Aku dan teman arsiteknya. Meski bisa dibilang tipe akhir yang gantung, tapi asumsi keduanya seolah mengarahkan pembaca ke akhir cerita tertentu, yang sebetulnya sama sekali tidak dituliskan dengan gamblang.
Branding dari penulis, Uketsu, yang misterius di berbagai media sosial juga seolah mendukung kisah ini dengan bungkus yang misterius sepenuhnya. Penyuka cerita misteri jelas makin greget menikmati kisah ini.
9 dari 10 buat saya. Nilai yang tidak sempurna karena saya menyisakan ruang kritik. Termasuk salah satunya karena dari segi cerita, beberapa poin buat saya agak absurd. Belum tentu ceritanya yang kurang bagus, bisa jadi karena poin-poin itu kurang relate dengan keseharian saya, maka pemikiran saya kurang "nyampe".
But overall, great great stuff.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H