Mohon tunggu...
Nabilla Tashandra
Nabilla Tashandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Laman iseng. Senang memerhatikan dan mengomentari hal acak, banyak mendengar musik tapi bukan pemusik. Bukan juga jurnalis musik.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Nonton Konser Sampai ke Luar Negeri, Ngapain?

5 Agustus 2023   17:40 Diperbarui: 6 Agustus 2023   23:03 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konser MUSE di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (29/7/2023). DOK.INSTAGRAM HELLOUNIVERSEMY

Tiket pesawat Jakarta-Singapura melambung sampai nyaris Rp 10 juta untuk sekali jalan naik Garuda Indonesia saat konser Coldplay di Singapura. Ini survei manual yang saya lakukan lewat OTA dan web resmi maskapai Juni lalu, entah sekarang. Mungkin ludes?

Itu baru para penggemar yang mengejar konser musisi favorit ke negeri seberang, yang lebih garis keras dan memilih pergi nonton sampai ke Asia Timur, Eropa, atau Amerika juga ada!

Saya salah satu yang merencanakannya. Menonton konser favorit di venue populer seperti Rock am Ring, Budokan, Tokyo Dome, hingga Wembley masuk bucket list saya.

Omong-omong, tulisan ini dibuat tepat sepekan setelah saya pulang dari Kuala Lumpur untuk menonton grup band asal Inggris, MUSE, 29 Juli kemarin. Jam segini, saat tulisan ini tayang, saya sedang ngantre masuk venue. Siap-siap berdiri berjam-jam sampai MUSE tampil pukul 20.30 (faktanya 21.30).

Saya ingat betul salah satu Muser -sebutan untuk penggemar MUSE yang nginap di hotel yang sama dengan saya, asalnya dari Chili. Dia sudah mengejar MUSE ke banyak negara. Padahal, bayangkan, ngejar konser MUSE ke Amerika tentu lebih "masuk akal" buat awam daripada mengejar ke Malaysia, bukan? Tapi rupanya nggak hanya Malaysia, dia sudah melanglangbuana ke mana-mana demi MUSE.

Pada waktu lainnya, di sela festival Hammersonic di Ancol, Maret 2023, di belakang saya saat antre makanan, seorang WN Korea Selatan jauh-jauh datang sendiri ke Jakarta buat menonton Slipknot, yang tahun ini cuma mampir ke Indonesia untuk regional Asia Tenggara.

Salah seorang teman juga mengejar My Chemical Romance hingga ke Jepang beberapa waktu lalu.

November nanti, saya menemani beberapa orang teman nonton Coldplay di Tokyo, Jepang.

Lho, ngapain sih kalian kita semua nonton konser jauh-jauh ke negeri orang? Apa nggak mending uangnya ditabung buat beli rumah??

Once-in-a-lifetime moment

Awam mungkin merasa semuanya tak masuk akal ketika orang berbondong-bondong war tiket konser Coldplay di GBK November nanti. Bahkan, ada yang rela sewa warnet jauh hari sebelum hari war, demi mendapatkan tiket musisi kesayangan mereka. Salah satu link beritanya bisa dibaca di sini.

Tak mengherankan, karena ini bakal jadi kali pertama Coldplay tampil di Indonesia. 

Tangkap layar YouTube, Live Concert Coldplay di River Plate.
Tangkap layar YouTube, Live Concert Coldplay di River Plate.

Saya, meskipun nggak berkorban-berkorban banget, sempat galau berat sebelum akhirnya mengeluarkan uang Rp 2,65 juta untuk nonton Hammersonic. Hanya demi melihat Slipknot secara langsung, yang belum tentu bakal ke Indonesia lagi entah sampai kapan, mungkin selamanya. Kenapa galau? Karena saat itu saya bukan Maggots -sebutan untuk penggemar Slipknot. Mengeluarkan uang segitu untuk nonton festival (yang artinya saya juga bayar untuk nonton penampil lain yang tidak ingin saya tonton) tentunya perlu dipikir dua kali. Tapi pada akhirnya, keputusan ini tidak pernah saya sesali, bahkan syukuri.

Ketika nonton MUSE di Malaysia kemarin, seorang teman perempuan yang berangkat bareng rombongan Indonesia dan berada di spot nonton yang sama dengan saya di Festival B, memegang tangan saya sambil menangis. Padahal kami baru saja masuk ke dalam stadion. Batang hidung Matt Bellamy dan kawan-kawan bahkan belum terlihat. 

"Aku pengen banget nonton dari dulu," katanya, dengan mata merah tak karuan dan suara bergetar tapi bikin hati saya hangat. Apalagi setelah itu dia selfie untuk dikirimkan ke ibunya. 

Di sepanjang konser, teman saya ini menyanyi dengan penuh semangat, sampai-sampai teriakannya "mengganggu" hasil video teman saya yang lain ha ha ha.

Teman saya (tengah dengan kaos MUSE hitam) berpose di tengah konser. DOK: INSTAGRAM HELLOUNIVERSEMY
Teman saya (tengah dengan kaos MUSE hitam) berpose di tengah konser. DOK: INSTAGRAM HELLOUNIVERSEMY

Terbaru, kemarin seorang teman kerja cerita soal perjuangannya dapat tiket konser Taylor Swift di Singapura dengan mantengin antrean tiket di internet dari jam 11.00 sampai sekitar 16.00 atau 17.00, saya lupa. Itupun dia sudah beberapa kali ter-kick dari antrean dan sempat berada di nomor antrean urutan 1-2 jutaan. Demi itu, dia rela ambil libur dan menggunakan liburnya "hanya" untuk war tiket.

"Pengen banget," kata teman saya dengan muka serius, waktu saya tanya "memangnya pengen banget nonton, sampai rela segitunya?"

Dulu, saya pernah menjadi kpoper. Saat itu, grup favorit saya adalah SHINee. Mereka pernah menggelar konser SHINee World di Jakarta (yang saya lupa kapan saja tanggalnya), tapi tak satupun pernah saya hadiri. 

Seorang teman SMP, yang juga sahabat saya sampai masa kuliah, menonton konser itu tapi saya tidak ikut. Belakangan, saya cukup menyesal tidak menyempatkan diri menonton langsung setidaknya satu kali, karena member favorit saya, Kim Jong Hyun, meninggal pada Desember 2017 dan kini, tidak ada lagi SHINee yang utuh.

Ketemu teman satu hobi

Nonton konser, dengar musik musisi tertentu, sama seperti hobi-hobi lainnya, mempertemukan orang-orang satu hobi dalam satu tempat. Seiring bertambahnya usia, ini jadi salah satu kebutuhan hidup paling penting untuk tetap waras di tengah gempuran kesibukan dunia.

Hobi dan interest spesifik membuat kita merasa lebih hidup dan punya motivasi untuk menikmati, serta mengejar dan menunggu sesuatu.

Faktanya, ada lho orang yang tidak punya hobi dan interest sesuatu.

Obrolan soal pentingnya hobi ini belakangan kerap melintas juga di media sosial Twitter. Ketika seseorang tidak punya hobi dan interest, tak jarang mereka menggantungkan kebahagiaan pada orang di sekitarnya, terutama pasangan. Hal-hal seperti ini tak jarang berujung kekecewaan dan stres.

Ketika nonton Dream Theater di Jakarta Mei 2023 kemarin, saya janjian dengan seorang teman, yang kemudian dia mengajak temannya lagi, dan temannya itu mengajak temannya lagi. Kami pulang bareng naik satu mobil. 

Dengan vibe konser yang masih tersisa, sepanjang jalan kami memutar lagi lagu-lagu lainnya dari Dream Theater dan karaokean, lalu ganti lagi lagu musisi lain yang ternyata juga sama-sama kami dengar, atau setidaknya suka, ya karena selera musik kami serupa.

Lucu rasanya berkali-kali dari mulut kami terlontar kalimat semacam "ya ampun selama ini nggak ada yang bisa diajak ngorbol soal ginian". Saya termasuk salah satunya. 

Biasanya, cara mencari teman "sefrekuensi" soal musisi kesukaan adalah kolom komen YouTube, meskipun ya rasanya kurang jika dibandingkan dengan interaksi dunia nyata. Mungkin tidak semua mengalami hal ini, tapi mungkin musisi idola saya cukup niche, jadi susah bertemu orang satu frekuensi di sekitar. Nah, kapan lagi ketemu dengan orang-orang seperti ini? Ya tentu saja konser!

Di waktu lainnya, saya bertemu seorang mas-mas yang usianya saya taksir 35-40 tahunan asal Surabaya yang saya temui saat nonton Dream Theater di Manahan, Solo jadi salah satu yang paling berkesan di segelintir perjalanan perkonseran saya. 

Dream Theater saat konser di Allianz Eco Park Jakarta, (12/5/2023). DOK PRIBADI
Dream Theater saat konser di Allianz Eco Park Jakarta, (12/5/2023). DOK PRIBADI
Mas-mas ini, sebut saja Anton, bercerita pada saya (dan juga beberapa penonton lain di sekitarnya yang dikenal di venue karena bersebelahan) tentang konser-konser musisi internasional yang pernah didatanginya, terutama band rock-metal. Saking banyaknya yang disebut, saya sampai tidak ingat.

Mas Anton, datang ke Solo dengan mengendarai mobilnya dari Surabaya bareng keluarga dan anak-istrinya ditinggal di hotel. 

Di sepanjang konser, dia begitu bersemangat dan juga kami memang berdiri di baris terdepan. Yang paling saya ingat ketika intro lagu "A View of the Top of the World" mulai dilantunkan. Pada kami yang ada di sekitarnya, dengan semringah dia bilang, "yuk siap-siap 20 menit nih, 20 menit!!" -yang mengacu pada durasi lagu. 

Sederhana, tapi momen itu selalu saya ingat sampai sekarang ketika lagu itu ter-shuffle pemutar musik. Di mana bisa ketemu orang-orang dengan energi tumpah ruah seperti dia? Di konser!

Pekan lalu, di perjalanan menonton konser MUSE, saya bertemu banyak orang-orang seru. Selain cari teman barengan untuk menonton konser, sebagian dari mereka adalah penggemar -yang bisa dibilang- garis keras, yang rutin berdiskusi, berkumpul dan membuat acara. Seringkali, saya salut dengan dedikasi segelintir dari mereka untuk menjaga komunitas terus berjalan.

Vokalis dan gitaris MUSE Matt Bellamy di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur Malaysia, (29/7/2023). DOK PRIBADI
Vokalis dan gitaris MUSE Matt Bellamy di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur Malaysia, (29/7/2023). DOK PRIBADI

Kembali lagi ke topik hobi, kehadiran orang-orang ini dan momen yang diciptakan cukup menjadi alasan untuk kita tetap hidup dan hidup waras. Kita jadi memiliki target, jangka pendek maupun panjang, untuk melakukan dan mengejar sesuatu.

Dalam konteks konser, setelah pulang dari Kuala Lumpur, saya makin rajin mencari informasi konser dan bucket list saya kian gemuk. Ingin rasanya mengejar konser lainnya lagi, baik di dalam maupun luar negeri. Bahkan tak menutup kemungkinan untuk terbang jauh demi musisi idola, seperti yang dilakukan mereka -yang saya tulis di awal.

Jika kamu belum menemukan hobi yang pas dan bikin hidup bergairah lagi, cobalah menemukan sosok-sosok itu. Mereka yang bisa membuat hari-harimu tak cuma sibuk bekerja saja, tapi juga bersenang-senang dan menikmati hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun