Sampai detik ini, saya masih meyakini System of a Down (SOAD) sebagai salah satu band paling unik di dunia. Bahkan, dari segi suara dan musik, dijamin tidak akan menemukan band yang mirip seperti mereka.Â
"No one sounds like System of a Down and System of a Down sounds like no one", demikian komentar salah satu warganet di YouTube, yang cocok untuk menggambarkan band ini.
30 Juni 1998, album debut yang berjudul sama seperti nama band mereka, System of a down dirilis. The rest is history.
Rasanya, ini jadi waktu yang tepat untuk kembali menulis tentang band eksentrik ini. Orang-orang muda perlu tahu eksistensi band ini.Â
Wajar jika banyak orang muda yang tak kenal. Soalnya, System of a Down terakhir merilis album pada 2005 lalu. Setelahnya mereka sempat hiatus dan tidak pernah merilis lagi album sampai sekarang, meski sudah kembali manggung.
Meskipun, pada 2020 lalu mereka sempat merilis dua lagu berjudul "Protect the Land" and "Genocidal Humanoidz", yang cukup melegakan dahaga para penggemar setia.
Vokal unik
Sampai hari ini, saya masih meyakini band ini punya suara vokal yang sulit -atau mustahil- ditiru.
Vokal dalam album debut ini jadi salah satu buktinya.
Memangnya siapa yang punya suara meratap lirih khas saat nyanyi ballad seperti Serj Tankian, tapi punya karakter suara screamo yang begitu beragam? Serj juga selalu punya ide untuk mengeluarkan bunyi-bunyian unik lewat suaranya. Tak percaya? Coba dengar detail vokal "krr" dalam lagu "Suite-Pee", atau ketika Serj melafalkan "may I please.." saat membuka lagu berjudul "Darts", yang terdengar sangat teatrikal.
Ingin perpaduan karakter vokal yang lebih unik dari Serj? Coba dengar vocal character-switching di lagu berjudul "D-devil" yang mindblowing, atau screamo pada lagu "Suggestion".Â
Gitaris Daron Malakian menambah keunikan band ini. Perannya dalam vokal bukan sekadar menjadi backing vocal.Â
Di album debut, mungkin kita sama sekali tidak akan mendengarkan vokal Daron. Tapi, jika ingin mendengar vokal Serj overlap dengan indahnya bersama Daron, coba putar lagu berjudul Dreaming, atau beberapa lagu lain di album Hypnotize/Mesmerize.
Daron juga punya gaya unik, dengan sepasang matanya yang besar dan intimidatif. Jujur, kesan ngeri itulah yang malah bikin saya pertama kali melirik band ini.
Tak cuma Serj, saya juga meyakini belum ada yang bisa meniru keunikan vokal seorang Daron Malakian, yang punya suara melengking saat nada tinggi.
Daron Malakian sang mastermind
Lebih jauh, bagi saya, Daron adalah mastermind dan nyawa dari System of a Down.
Tengok saja saat band ini hiatus dan masing-masing personilnya punya proyek sendiri. Hanya Scars On Broadway -proyek Daron- yang punya jiwa begitu mirip dengan System of a Down.
Riff yang diciptakannya mungkin tak terdengar terlalu rumit, misalnya jika dibandingkan dengan band seperti Dream Theater atau Dragon Force, tapi Daron punya kreativitas yang menembus langit.
Di banyak lagu, musik System of a Down terdengar punya pengaruh Timur Tengah yang kental, dibalut dengan heavy riff yang membuat musik mereka terdengar "metal banget". Sementara di beberapa lagu lain terdengar eksperimental, goofy, dan bahkan circus-like.
Karena bukan musisi, saya tak akan membahas lebih jauh soal teknis musik karena tidak punya kepakaran di sana.
Tapi dari perspektif pendengar, System of a Down punya musik yang membius dan bikin tipsy. Kalau boleh menyebut satu judul lagu yang cocok menggambarkan suasana hati saya ketika mendengar lagu-lagu System of a Down, maka saya bakal menyebut "This Cocain Makes Me Feel Like I'm on This Song".
Aksi panggung System of a Down juga kerapkali membius, terutama Daron.
Pada tahun-tahun awal, Daron bahkan kelihatan "sinting" luar biasa di atas panggung. Misalnya, main gitar sambil menggelepar di lantai. Bassist Shavo Odadjian juga tak kalah gila.Â
Kekurangan dari hampir semua lagu System of a Down buat saya hanya satu: durasinya kurang panjang.
Lirik absurd
System of a Down memang populer dengan lirik-lirik lagu yang kental dengan pesan kritik sosial dan politik. Namun, tak berlebihan rasanya jika mengatakan band ini juga punya lagu-lagu dengan lirik absurd.
Dan itu menjadi kelebihan lain dari mereka.
Kesan itu juga tidak cuma saya sendiri yang merasakannya. Beberapa media musik bahkan pernah menulis artikel tentang lagu-lagu System of a Down dengan lirik paling absurd. Beberapa medianya, seperti majalah Revolver dan Loudwire.
Salah satu lirik paling absurd buat saya adalah lagu Cigaro, meskipun lagu ini adalah salah satu favorit saya.
Lirik absurd itu langsung diperdengarkan pada bait pertama.Â
"My cock is much bigger than yours, My cock can walk right through the door."
Coba, kurang absurd apa lagi!
Sementara laman Loudwire menempatkan "I-E-A-I-A-I-O" sebagai lagu System of a Down dengan lirik paling absurd nomor satu.
Bunyi liriknya: "Peter's pecker picked another pickle bearing pussy pepper" fit in with it all? Not to mention "Mind delusions acquainted / Bubbles erotica / Plutonium wedding rings / Icicles stretching / Bicycles, shoestrings / One flag, flaggy but one / Painting the paintings of the alive."
Sementara Revolver menempatkan lagu "Chic N' Stu" pada posisi pertama, dengan lirik "Pepperoni and green peppers, mushrooms, olive, chives".
Lagi-lagi, untuk yang satu ini, saya meyakini tidak ada band yang seabsurd System of a Down dalam hal menulis lirik.
Dengan beragam keunikan yang ada, sampai hari ini, System of a Down masih menempati posisi pertama band/musisi yang paling saya sukai, sekalipun sudah nyaris dua dekade mereka absen rilis album.
Datang menonton langsung konser mereka juga ada di bucket list saya. Ini jadi PR, karena System of a Down -sejauh yang saya tahu, belum pernah manggung di Asia, yah kecuali Armenia, karena para personilnya keturunan sana. Jika pernah manggung di negara Asia lainnya, pastilah bukan negara tujuan konser populer seperti Jepang, Asia Tenggara, atau benua tetangga Australia.Â
Jangkauan konser mereka rata-rata tak terlalu jauh dari Amerika Serikat. Maka saya punya PR ganda, yakni sekaligus menabung untuk terbang ke Amerika Serikat, jaga-jaga mereka tak bakal lagi keluar kandang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H