DEMAM BERDARAH SEBAGAI KRISIS KESEHATAN MASYARAKAT, TANTANGAN, PENGENDALIAN DAN PENANGAN
NABILLA SALWA AGUSTY/191241213
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
 Demam Berdarah Dengue atau DBD adalah suatu infeksi virus yang disebabkan oleh gigitan nyamuk betina berjenis Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD ini merupakan penyakit yang memiliki risiko tinggi menyerang daerah tropis.Â
Hal ini dikarenakan daerah hutan hujan tropis merupakan habitat bagi nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. World Health Organization (WHO) melakukan studi yang mana ditemukan sebanyak 40% penduduk dunia di daerah tropis yang memiliki risiko tinggi terinfeksi Demam Berdarah Dengue.Â
Demam Berdarah Dengue merupakan suatu penyakit yang serius dan tidak bisa dianggap sepele. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat menyebar secara cepat karena pergerakan inang atau nyamuk Aedes Aegypti yang cepat berpindah-pindah.Â
Selain mobilitas nyamuk Aedes Aegypti yang cepat, faktor seperti iklim dan perilaku masyarakat juga menjadi tolak ukur cepatnya penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Jika tidak mendapatkan tindakan yang tepat dan cepat, Demam Berdarah Dengue dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya.
World Health Organization melaporkan hingga 30 April 2024, setidaknya ada sekitar 7,6 juta kasus Demam Berdarah Dengue di dunia. WHO juga mencatat setidaknya ada 16.000 kasus terparah dan 3.000 laporan kematian akibat Demam Berdarah Dengue di dunia. Karena hal ini, WHO membentuk sistem pengawasan dengue global dengan pelaporan yang dilakukan setiap bulannya pada semua wilayah jangkauan WHO.
     Di Indonesia kasus Demam Berdarah Dengue sendiri telah mencapai sekitar 88.593 kasus sepanjang minggu ke-17 tahun 2024. Data ini didaparkan berdasarkan laporan dari 456 kabupaten/kota yang tersebar di Indonesia. Menurut Direktur dr. Imran Pambudi selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, nyamuk cenderung mengigit lebih banyak pada musim kemarau dimana suhu ruang bisa mencapai diatas 25 derajat selsius. Hal ini juga yang memengaruhi tingginya lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue pada musim kemarau di Indonesia.
    Hingga saat ini vaksin dan obat terhadap serangan Demam Berdarah Dengue (DBD) belum ditemukan. Hal yang dapat dilakukan hanyalah pencegahan terjadinya Demam Berdarah Dengue. Pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan upaya preventif, salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan adalah dengan memutus rantai penularan. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk Demam Berdarah Dengue juga harus dihilangkan seperti, menampung air di wadah-wadah terbuka, dan menumpuk sampah. Masyarakat diharuskan untuk waspada karena penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue ini sangat luas, Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak hanya menyerah orang dewasa namun anak-anak serta balita pun menjadi sasarannya. Sayangnya kesadaran masyarakat akan pencegahan dan perawatan penderita Demam Berdarah Dengue di Indonesia sendiri dapat dikatakan rendah, terkhusus pada daerah-daerah pelosok Indonesia.
    Gejala Demam Berdarah Dengue yang biasanya menyerang penderita, antara lain, Panas tinggi sekitar 2-7 hari, Mual dan muntah, Batuk dan pilek, Munculnya ruam-ruam kemerahan pada kulit yang terlihat seperti bekas gigitan nyamuk, Terjadinya penurunan trombosit hingga <100 ribu/mm. Apabila gejala-gejala tersebut telah terjadi dan penderita tidak segera mendapatkan penanganan intensif, tidak menutup kemungkinan jikalau kematian adalah akhir dari penderitaannya. Â
     Untuk pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus Demam Berdarah Dengue masyarakat dapat mengamalkan metode 3M, yaitu Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang barang bekas.
Masyarakat sebagai garda terdepan melawan penyebaran virus Demam Berdarah Dengue sudah seharusnya lebih peka dan berhati-hati. DBD bukanlah virus yang mematikan jika dilakukan penanganan dan  perawatan yang tepat.
KATA KUNCI : Demam, Dengue, Masyarakat.
Â
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization.2024.Disease Outbreak News Dengue-Global Situasion.
www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2024-DON518. [online] (diakses tanggal 13 september)
Syamsir, Andi Daramusseng.2018.Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan. www.google.com/url?q=https://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/5996/3316&sa=U&sqi=2&ved=2ahUKEwja48a16r6IAxXdb2wGHdTELBYQFnoECBIQAQ&usg=AOvVaw0hnfjNHWsY2p0tp5eFgk1o.[online] (diakses 12 september)
I Gede Willy, Made Mahardika, I Nengah.2023.Jurnal Riset Kesehatan Nasional.www.google.com/url?q=https://ejournal.itekes-bali.ac.id/jrkn/article/download/473/224&sa=U&sqi=2&ved=2ahUKEwja48a16r6IAxXdb2wGHdTELBYQFnoECBQQAQ&usg=AOvVaw2hpRsDl-cYDSYypir6g0uv. [online] (diakses 11 september)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H